BAB 11 | THE FEELING IS THE SAME
"If you want, take it now." - Yoshira Shanaya Zaira
🌷
"Untung cuma mimpi" kataku.
•••
"Senjaaa masa tadi gue mimpi gue confess ke David terus ternyata David punya pacar." aku menceritakan mimpiku semalam pada Senja.
Sekarang aku sedang ada di rumah Senja. Aku sengaja mengunjungi Senja dengan maksud memberitahukannya tentang mimpiku.
"Kan cuma mimpi,"
"Masa baru gitu aja langsung nangis, biasanya juga malah seneng."
Senja terus melontarkan kalimat menghibur sebagai responnya terhadap ceritaku tadi.
"Iya sih, tapi ngena banget deh, nyata banget rasanya,"
Bukannya ikut sedih, Senja malah tertawa, membayangkan mungkin sedang membayangkan jika aku benar-benar menyatakan perasaanku.
•••
Dua bulan sejak itu, aku mulai menyibukkan diri dengan kegiatan sekolah dan organisasi. Aku berusaha melupakan semuanya, David, mimpi-mimpi anehku meski masih sesekali berharap agar aku mendapat feedback darinya yang sungguh mustahil untuk terjadi.
Seperti sekarang contohnya, aku tidak masuk sekolah karena melakukan kunjungan ke museum geologi, mewakili sekolahku bersama 2 ketua kelas dari 12 IPS 2 dan 12 IPS 3.
•••
"Widiaaa Widiaaaa lo harus tauu!!" Fira dan Aqila heboh, padahal aku baru saja sampai.
"Apa?" tanyaku dengan nada malas.
"Lala confess ke David kemarinn." Senja yang sudah greget mengatakannya tanpa beban.
"Trus trusss ... Lala di tolak dongg, mana dia ngomongnya di kantin pas istirahat lagi." Aqila melanjutkan ucapan Senja tak kalah hebohnya.
"Udahlah, gue juga udah gak peduli sama dia." balasku singkat.
"Nih," lanjutku sambil mengeluarkan 4 buah paperbag kecil.
"Apaan tuhh." tanya Naya.
"Oleh-oleh, kali aja berguna." aku sebisa mungkin menahan tawa melihat keempat sahabatku membuka paperbag mereka dengan semangat.
"WIDIAAA!" teriak keempatnya bersamaan.
Aku tertawa lepas melihat mereka yang kesal karena melihat isi paperbag yang aku berikan.
Masing-masing ku berikan sebuah boneka dengan karakter wajah aneh mereka. Ini sebenarnya tidak ada dalam list oleh-oleh ku tapi melihat ramainya orang yang me-request pada seorang kakek di rest area tempat bus ku berhenti aku pun tertarik.
•••
"Wid, lo tau kan kalo gue suka sama David? terus kenapa lo malah nikung gue?"
Keheningan kantin siang itu pecah karena suara Lala yang nyaring.
"Hah? siapa yang nikung lo? gue?" aku heran dengan tuduhan Lala yang sangat tiba-tiba.
Apa ini? Aku saja baru kembali ke sekolah setelah tiga hari izin.
Tunggu,
Aku menikung Lala?
"Maksud lo?" Senja buka suara.
"Ya temen lo nikung gue! tampangnya aja baik padahal diem-diem tukang tikung!" Lala kembali bersuara.
"Apa? nikung lo? punya hak apa lo ngatain temen gue gitu?! emang lo sama David udah jadian?! gak kan? David bahkan nolak lo!" bukannya aku, sekarang Senja yang meladeni Lala.
"UDAHH, INI KENAPA MALAH BERANTEM?!" aku menengahi.
Karena pertengkaran tadi, Lala dan Senja menjadi perhatian seisi kantin. Mereka dikelilingi siswa-siswi yang kepo dengan masalah yang mereka debatkan.
•••
"Lala ngelabrak Widia, masa."
Satu kalimat yang dikatakan oleh Rey membuat dua saudara kembar itu berpaling dari ponselnya.
"Kapan?" tanya Dava.
"Nih, di kantin, ada yang live ig" jawab Rey.
"Sekarang gimana? masih pada di kantin?" tanya Shaka juga.
Rey mengangguk, "Lala masih gak terima di tolak sama David"
Rey meletakkan ponselnya di meja agar teman-temannya dapat melihat bagaimana kejadian di kantin.
•••
"Masalah lo sama Widia apa? lo ngerasa keren udah labrak Widia? hebat lo?"
"Inget, dia cewek gue. Sekali lagi gue tau lo gangguin Widia, gue gak bakalan nahan diri."
Lala berteriak frustasi.
Ditolak, menjadi buah bibir oleh hampir semua siswa di sekolahnya, dan sekarang? Dia malah di buat makin pusing dengan kalimat-kalimat yang membela Widia terus terngiang-ngiang di telinganya.
•••
"Va ... "
"Vid ... "
"Lo duluan." kata Dava cepat.
"Jangan caper ke Widia, dia punya gue." sahut David cepat tanpa basa-basi.
Dava terdiam sejenak, "Lo ... udah bilang?" tanyanya pelan.
"Bukan urusan lo, pokoknya stop deketin dia." jawab David lantang.
"Jadi, soal yang confess ke lo gimana? lo gak mau cari tau?" Dava masih berusaha tenang.
"Gak, males." jawab David enteng.
"Vid, lo serius kan sama dia? lo gak cuma penasaran aja? kalo emang lo cuma penasaran, jangan ke Widia." kata Dava serius.
"Lo nggak perlu tau gue serius atau gak." balas David juga serius.
•••
"Wid, gue mau ngomong." Rey tiba-tiba duduk di bangku Naya.
"Sok atuh, ngomong ... biasanya juga langsung nyerocos." ucapku masih sibuk dengan buku catatan didepan ku.
"Dava sama David, mereka-" belum sempat Rey menyelesaikan kalimatnya, Shaka memanggil, "Rey, basket yokk, anak-anak udah pada ngumpul."
"Nanti malem cek dm gue." sambung Rey seblum menyusul Shaka.
•••
"Sebenernya lo serius gak sih sama Widia?" tanya Rey sambil menyeka keringatnya.
Yang di tanya hanya mengangguk tanpa mengucapkan apa-apa.
"Terus kenapa lo nggak ngomong langsung aja? saran gue sih lo mendingan ngomong langsung ke Widia jangan cemen gini dong." ucap Rey lagi.
"Gue belum siap." jawabnya pelan.
"Terus? kapan siap nya? lo siap kalo Widia udah jadi milik orang?" tanya Rey mulai kesal.
•••
thanks for reading ✨
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐐𝐮𝐢 𝐞𝐬-𝐭𝐮? [REVISI]
Fanfiction"𝚂𝚊𝚛𝚊𝚗 𝚐𝚞𝚎, 𝚕𝚘 𝚓𝚊𝚗𝚐𝚊𝚗 𝚜𝚊𝚖𝚙𝚊𝚒 𝚜𝚞𝚔𝚊 𝚜𝚊𝚖𝚊 𝚝𝚎𝚖𝚎𝚗 𝚔𝚎𝚕𝚊𝚜 𝚕𝚘"- 𝚆𝚒𝚍𝚒𝚊 𝙰𝚛𝚜𝚢 𝙼𝚊𝚑𝚎𝚗𝚍𝚛𝚊 . . . . . . . 𝘑𝘢𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘭𝘶𝘱𝘢 𝘵𝘪𝘯𝘨𝘨𝘢𝘭𝘬𝘢𝘯 𝘫𝘦𝘫𝘢𝘬>< . . [𝘖𝘕𝘎𝘖𝘐𝘕𝘎] [𝘍𝘖𝘓𝘓𝘖𝘞 𝘋𝘜𝘓𝘜...