10. Confess

55 12 0
                                    

BAB 10 | CONFESS

"I've been very sorry for neglecting." - Athmar Alzean Ananta

🌷

"Senja, gue mau ngomong." ujarku tiba-tiba.

"Sok atuh, ngomong..ngapain pasang muka serius? kayak mau ngomongin apa aja." balas Senja masih sibuk dengan dus Yupi di depannya.

"Gue kayaknya suka sama Dav-" ucapanku terhenti karena Dava dan David tiba-tiba lewat.

"Siapa? Dava?" tanya Senja.

Aku diam, mencoba melihat sekeliling kelas, memastikan bahwa tidak ada yang mendengarnya.

"David," lanjutku cepat lalu meninggalkan Senja.

"WHAT?!" teriak Senja yang otomatis membuat Dava dan David menoleh ke arahnya.

Senja tertawa girang dan mengejarku.

"Haaaa setelah sekian purnama akhirnya lo bisa suka sama cowookk." kata Senja antusias.

"Apaan, kan tadi gue bilang kayaknya, bukan suka beneran." elakku berusaha membuat ekspresi sedatar mungkin.

"Ya sama aja, pokoknya lo udah mau buka hati, acieee."

Senja terus mengatakan hal-hal aneh padaku, entah mengatakan aku sudah sembuh, aku sudah besar, aku sudah normal, ekhm!
Tidak, aku memang malas jika berurusan dengan hal-hal seperti itu. Menurutku hanya akan buang-buang waktu.

Tapi, beberapa pekan terakhir, aku mulai menyadari perasaanku, rasa suka yang membuatku cemburu jika melihat David bersama orang lain, rasa peduli dan rasa penasaran membuatku menyadari kalau sebenarnya aku sudah jatuh hati pada teman kelasku.

Alasannya sedikit aneh, jika ditanya, aku akan menjawab : "Dia udah beberapa kali confess, sayangnya cuma lewat mimpi. Tapi ya gak mungkin mimpi biasa kan? mimpinya terus terulang, hanya tentang dia."

🕊️✨

Sudah empat hari sejak aku memberi tahu Senja masalah ini. Senja tentu saja mendukung, sesekali Senja juga memberikan saran padaku.

"Wid, confess aja,"

"Widd, ada David, tuh,"

"Widd lo sekelompok sama David ya."

"Wid itu David lagi liatin, ciee di liatin mas crush."

Kira-kira seperti itulah kalimat-kalimat yang Senja lontarkan jika melihat moment interaksi antara aku dan David. Tak jarang juga, Senja memotret kami jika ada kesempatan.

•••

"Ja, lo tau kan kalo gue orangnya gak sabaran?" tanyaku sambil mengunyah donat matcha di depanku.

"Heemm iywa tawu." jawab Senja yang juga sedang mengunyah sandwichnya.

"Makan ya makan, jawabnya pas selesai ngunyah." aku menyentil pelan lengan Senja.

🕊️✨

"gue gila ya?" tanyaku shock

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"gue gila ya?" tanyaku shock.

"Streesss bisa bisanya gue confess."

"Mana langsung di reply lagi, aduhhh kalo sampai ketahuan gimana?"

Aku masih tidak percaya, aku sendiri juga shock..entah keberanian dari mana sampai aku mengirim pesan ke David.

Malam ini aku habiskan dengan memikirkan bagaimana aku akan menghadapi David besok.

•••

"Tau gak? semalam ada yang confess ke Kak David loh~"

"Wahh gila sih, mentalnya kuat banget."

Ya, kurang lebih seperti itu pembicaraan di kantin sekarang.

Setelah mendapat pesan anonym, David langsung bertanya pada Dava.

"Nggak tau juga, tanya Widia coba, dia kan ketua kelas pasti punya kontak temen-temen yang lain." saran Dava yang dibalas tatapan tidak setuju oleh David.

"Males, tanyain, nih." David menyodorkan ponselnya pada Dava, menyuruh saudara kembaranya untuk mencari tahu siapa yang mengirimi David pesan.

"Yang di confess siapa, yang cari tau siapa." Dava mengomel tapi tetap mendatangiku sesuai keinginan adiknya.

"Ada yang liat Widia?" tanya Dava pada Lia yang sedang berkumpul dengan teman-temannya.

"Perpus." jawab Riani.

"Okeyy thank you." balas Dava lalu langsung menuju perpustakaan.

•••

"Wid, tau kontak ini gak?" tanya Dava padaku yang sedang membaca novel.

"Mana? dia ngirim pesan apa?" jawabku belum mengalihkan pandangan dari novel yang ku baca.

"Ini," Dava menyodorkan ponsel milik David.

Deg!

"Woii ini gue!" jeritku dalam hati.

"Dia confess ke lo?" tanyaku berusaha menetralkan rasa kagetku.

"Bukan, bukan ke gue tapi ke David, keren ya .. padahal David spek robot gitu, hahaha." Dava tertawa lepas, membuatku makin gugup.

"Kayaknya nomor baru, gue juga gak nyimpen kontaknya." aku mencoba menjawab setenang mungkin.

Satu sisi aku lega sudah menyatakan perasaanku, tidak ada yang mengganjal di hati nya lagi, tapi di sisi lain, aku juga merasa tidak nyaman dengan David, rasa gugupku meningkat.

Ini pertama kali,

pertama kali bagiku merasa campur aduk seperti ini, merasa senang tapi juga merasa gugup.

"Lo nggak tau, ya? yaudah kalo gitu, gue balik ke David, nyuruh dia buat cari tau sendiri," ujar Dava "Lagian ada ya orang bisa suka sama David." Dava melanjutkan kalimatnya sambil berjalan, meninggalkanku dengan segala kekacauan di benakku.

•••

"Widia nggak tau, nih, lo cari tau sendiri aja." Dava mengembalikan ponsel David.

David mengambil ponselnya dan melangkahkan kakinya meninggalkan Dava.

•••

"Lo yang confess ke gue?" tanya David pada Lala tanpa basa basi.

"G-gue? nggak, gue nggak confess." balas Lala kaget.

"Oh." David meninggalkan Lala setelah mendengar jawabannya.

•••

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

thanks for reading ✨

𝐐𝐮𝐢 𝐞𝐬-𝐭𝐮? [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang