BAB 12 | PROJECT (PART 1)
"Not everything you see is true, sometimes you have to find the hidden meaning yourself." - Dava Dwirantama
🌷
"Lo kan yang confess ke gue?"
"Gue gak yakin sama perasaan gue, tapi gue minta satu kesempatan dari lo, kasih gue waktu dua minggu buat selesaiin masalah gue sama dia, gue janji cuma dua minggu, kalo sampai lewat dari dua minggu gue masih belum selesai, lo ... lo boleh pergi."
•••
"Haaaahhhh ... udah hampir tiga bulan gue nggak peduli, kenapa semalam malah mimpiin dia?" keluhku pada Senja.
"Tandanya dia juga suka sama lo." ucap Senja.
Aku menghela napas, jujur, aku merasa senang karena ternyata David belum memiliki seseorang yang spesial dihatinya.
•••
"Wid, gue suka sama lo."
"E-eh? ekhm ... dapet dare dari siapa nih?" tanyaku menghilangkan rasa kaget.
"Gue serius."
"Anak kecil gak boleh pacaran, nanti aja kalo udah gede." Shaka tiba-tiba muncul dan menyempatkan menyentil jidatku dan Dava bergantian.
Selamat.
Terimakasih, Shaka!!
Aku menatap Shaka dengan tatapan penuh syukur, kali ini Shaka menyelamatkanku. Aku janji, hari ini semua keinginan Shaka akan ku penuhi. Janji.
"Shaka, lo–"
"Kenapa? gak salah kan? Widia masih kecil, liat aja tuh badannya masih kayak anak TK." Shaka dengan cepat memotong ucapan Dava, dan sekali lagi itu membuat Dava terdiam.
"Perasaan lo simpen aja, sampai ... emmmm sampai 3 atau 4 tahun lagi, gue yakin Widia pasti udah tingg–eh gede maksudnya." Shaka melanjutkan kalimatnya sambil merangkulku dan meninggalkan Dava yang masih mematung.
•••
"SHAKAAAAA BARU KALI INI GUE GAK MARAH LO KATAIN BOCIL, GAPAPA SERIUS, KATAIN GUE BOCIL LAGI GAAPAA!!"
"Biasalah, dapet apa nih gue udah nolongin lo?" tanya Shaka dengan senyum nakalnya.
"Apa aja, mau gue traktir?" tanyaku.
"No, no ..." Shaka menggeleng, "Gue cuma mau bolos di jam Ekonomi, lo tau kan harus ngapain?" lanjut Shaka.
"Ngelunjak! Tugas lo tuh kerjain! bolos mulu." jawabku sewot.
"Sekali aja, mumet gue dengerin cerita keluarganya Pak Iyan." ucap Shaka kesal.
"Gak, lo minta apa aja selain bolos." aku tetap menolak keinginan Shaka.
"Ck emang susah ngomong sama anak ambis, yaudah ayo jajanin gue batagor."
"Nah gitu dongg, ayo lah kalo cuma batagor."
•••
"Lo confess ke Widia?" tanya David langsung.
"Iya, kenapa? iri?" balas Dava tanpa ragu.
"Lo ngerti bahasa gak? gue udah pernah bilang jangan deket-deket Widia, dia punya gue."
"Lo udah nembak dia? belum kan? kalo boleh jujur, lo kalah, kalah jauh banget sama gue." ucap Dava diikuti tawa mengejek.
BUGH!
Satu pukulan mendarat sempurna di pipi Dava.
"Itu first warning buat lo, kalo selanjutnya gue masih liat lo caper ke Widia lagi, gue gak segan-segan buat ngelakuin yang lebih dari itu." setelahnya, David meninggalkan Dava yang meringis memegangi bibirnya yang sedikit sobek akibat tonjokan David tadi.
"Bodoh."
•••
"Baik anak-anak, untuk materi terakhir sebelum ujian semester, tugas kalian adalah membuat sebuah mural. Untuk muralnya dapat kalian lukis di sebuah triplek persegi. Tugas ini merupakan tugas kelompok sebagai pengganti ujian semester Seni Budaya. Silahkan kalian bagi menjadi dua kelompok yang masing-masing kelompok terdiri dari lima belas orang siswa." kata Bu Diana sebelum mengakhiri kelasnya.
"Maaf bu, saran saya untuk pembagian kelompok bagusnya ibu yang memilih." sanggah Alzzam.
"Kenapa? apa di kelas ini ada yang tidak akur?" tanya Bu Diana.
Alzzam menggeleng, "Bukan bu, maksud saya biar kelompoknya adil bu, nanti kalau kelompoknya dipilih sendiri bisa-bisa satu kelompok isinya pinter-pinter semua."
Bu Diana mengangguk pelan, "Baik, saran kamu bagus ... kalau begitu saya yang akan menentukan kelompok, dengarkan nama kalian baik-baik, Kelompok satu, Shaka Putra Alingga, Aiden Radhika Wijaya, Adnan Adinata, Dava Dwirantama, Widia Arsy Mahendra, Yoshira Shanaya Zaira, Rania Adira, Senja Arsyana Nattania, Athmar Alzean Ananta, Safira Rena Winata, Julian Alfarez, Aqila Zayina, Joezi Rey Alfa, Nayra Dinda Kanya, dan David Dwirantama. Sudah cukup?" tanya Bu Diana setelah menyebut lima belas nama.
"Sudah bu, pas lima belas orang." jawab Alzzam dan Adnan bersamaan.
"Baik, lima belas orang lainnya silahkan bergabung menjadi kelompok dua. Masih ada yang ingin di sampaikan? terkait materi atau kelompok?" tanya Bu Diana lagi.
"Tidak buu." jawab seisi kelas.
Bu Diana tersenyum kecil lalu menutup pembelajaran Seni Budaya hari ini.
•••
"Deadline tugasnya tadi kapan? lupa gue." tanya Shaka ke Dinda.
"Sehari sebelum ujian semester, mungkin tanggal 25 atau 26." jawab Dinda.
"Berarti waktu pengerjaannya sekitar tiga minggu dong, soalnya hari ini masih tanggal 3 November."
"Ya kira-kira gitu lah."
•••
"Ciee sekelompok sama ayangg."
"Apaan ayang ayang, belajar dekk bentar lagi ujian." ucap Senja yang sudah tidak tahan mendengar Fira terus-terusan menggodanya.
Bukan tidak tahan, hanya saja Senja berusaha menutupi rasa salah tingkahnya. Wajahnya sudah memerah karena Fira dan jangan sampai wajahnya itu terlihat oleh Athmar.
•••
thanks for reading ✨
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐐𝐮𝐢 𝐞𝐬-𝐭𝐮? [REVISI]
Fanfiction"𝚂𝚊𝚛𝚊𝚗 𝚐𝚞𝚎, 𝚕𝚘 𝚓𝚊𝚗𝚐𝚊𝚗 𝚜𝚊𝚖𝚙𝚊𝚒 𝚜𝚞𝚔𝚊 𝚜𝚊𝚖𝚊 𝚝𝚎𝚖𝚎𝚗 𝚔𝚎𝚕𝚊𝚜 𝚕𝚘"- 𝚆𝚒𝚍𝚒𝚊 𝙰𝚛𝚜𝚢 𝙼𝚊𝚑𝚎𝚗𝚍𝚛𝚊 . . . . . . . 𝘑𝘢𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘭𝘶𝘱𝘢 𝘵𝘪𝘯𝘨𝘨𝘢𝘭𝘬𝘢𝘯 𝘫𝘦𝘫𝘢𝘬>< . . [𝘖𝘕𝘎𝘖𝘐𝘕𝘎] [𝘍𝘖𝘓𝘓𝘖𝘞 𝘋𝘜𝘓𝘜...