🎧 Tommy J Pisa - Di Sini Cintaku Bersemi 🎧
🍁🍁
Ponorogo, 1995.
Ditemani dengungan nyamuk serta hawa dingin di musim penghujan, Hatta menikmati malam minggu ini dengan putaran lagu dari radio. Meski rumahnya memiliki televisi, ia lebih memilih mendengarkan penyiar Gema Surya seraya menunggu surat gilirannya tiba.
Kala penyiar membaca surat miliknya, tak dapat dipungkiri ia merasa malu dan bahagia. Satu sisi malu bila tetangga atau orang yang dikenal kebetulan mendengarkan radio juga, satu sisi lagi optimis jika kerinduannya tersampaikan pada Dewi.
Oh, Dewi. Jerat cinta apa yang membuat Hatta harus merasakan rindu bak orang gila. Meski riweuh akibat penolakan kemarin, ia hanya yakin satu hal, sebelum janur kuning melengkung berarti Dewi masih milik bersama.
Lantas ia terbangun begitu radio menyiarkan acara gending-gending Jawa. Mencari sesuatu di meja pojok kamar lalu kembali ke ranjang dengan buku dan pulpen. Mulailah ia menuliskan sepenggal puisi untuk peluapan rasa gembiranya.
Sepenggal nama ayu beserta wajahnya ...
Membius waktuku dalam kurun tak terhingga ...
Kerlingan matamu, mampu menghancurkan dinding hatiku ...
Tak tertera nama di sana, namun kini kau memilikinya ...Seperti namamu, wahai Dewi ...
Sebanyak apa hati yang harus ku beri ?
Sejauh mana aku harus menanti ?
Mengapa tak lekas kau terima cintaku ini ?
"Hemm ... apa lagi?"
Hatta bukanlah sosok yang pandai bersyair, selama ini rayuan gombal yang ia ucapkan hanya keluar begitu saja. Lain lagi jika disuruh membuat puisi seperti ini, ide pasti berhenti di tengah jalan.
Dengan kesal ia menggaruk rambut hingga helaian hitam itu acak-acakan. Meletakkan buku ke sisi lain lalu membaringkan badan. Mungkin kekesalannya akan hilang bila ia memejamkan mata, namun lebih dari itu, gending-gending Jawa justru membawanya berkelana ke alam mimpi seketika.
🍁🍁
Berbeda dengan mbak atau adiknya yang memilih TKW sebagai pekerjaan mereka. Hatta yang anak tengah lebih disayang sang ibu hingga sikap manjanya lebih dominan ketimbang tekad lelakinya.
Di usia yang ke-22 tahun. Ia hanya diam di rumah luntang-luntung tanpa beban, motor sudah dibelikan, makan tinggal makan, apalagi yang ia cari, toh, ada sawah luasan hektare yang menunjang ekonominya. Begitulah Hatta, pemikirannya masih belum terpecah tapi sudah berani bermain cinta.
Seperti halnya sekarang, di saat teman-temannya pergi bekerja dan pulang sore membawa keletihan, ia hanya asyik goleran di kamar sambil ditemani radio. Kemungkinan beranjak hanya saat sang bapak teriak meminta tolong mengurusi sawah atau perintah mengantar belanja ibunya. Semudah itu memang hidupnya.
Ia yang tengah terlentang di atas kasur, mendengar teriakan si bapak dari arah dapur. "Hatta ... bantu bapak ndaut!"
"Nggih."
Satu hal yang menjadi nilai baik Hatta, meski bebal disuruh mencari kerja, ia tetap anak yang patuh pada bapak/ibunya. Tak pernah membantah karena ia yakin semua ucapan mereka benar dan perintah mereka akan mendapat pahala.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nostalgia '90 [ Re-publish ]
Romance[Buku 1] ( Melodrama - Slice of Life ) Ada kalanya suatu hal tidak bisa dimiliki lantaran hal-hal kecil yang menjadi acuan banyak orang. Dewi mengerti akan itu semua, tapi, ia tetap bertahan demi segenggam cinta yang sarat duka. Membiarkan waktu yan...