"Kau tau, rumor tentang butik seberang toko kue Belanda di An Marry?"
"Maksudmu bangunan ke delapan dengan ukiran klasik kuno yang hanya buka pada jam 10 malam itu?"
"Iya, kau benar! Dengar-dengar, pemiliknya hanya menerima pesanan pakaian untuk orang mati,"
"Benarkah?! aku memang pernah mendengarnya dari seorang teman. Aku pikir itu hanya rumor!"
"Rumor katamu?! Nona Jiseo memang hanya menerima pesanan untuk orang mati!"
"Mengerikan sekali!
"Itu belum seberapa. Kau tau apa yang Nona Jiseo inginkan sebagai imbalannya?"
"Apa?! maksudmu dia meminta bayaran mahal?"
"Tentu saja, tapi dia tidak pernah meminta uang,"
"Apa?"
"Sesuatu yang tak pernah kau duga sama sekali."
"Maksudmu?"
"Jiwamu!"
AN MARRY , 15 Mei pukul 9.58 malam.
Derap terburu langkah seorang pria berpakaian hitam terdengar nyaris memenuhi gang sempit di tengah pertokoan yang mulai sepi ditinggal penghuninya. Suara kecipak air yang menggenang seolah menjadi irama pengiring mencekam memecah suasana yang mulai sunyi ketika hujan baru saja selesai mendinginkan terik siang tadi. Pria itu nampak memeluk sesuatu. Sebuah tas, warnanya hitam dengan bahan kulit yang terlihat mahal. Ia berlari sekencang yang ia bisa karena sekarang hidupnya dipertaruhkan berikut dengan reputasinya.
"Kang Daehyun-ssi!"
Teriakan itu membuat si pria menoleh. Sempat ia terjatuh karena terjegal saat ia tak sadar bahwa jalan yang ia pijaki adalah sebuah turuan disertai tikungan tajam. Namun ia segera bangkit lalu berlari lagi. Ia tidak ingin ditangkap oleh dua orang pria berseragam biru yang terus-terusan mengejarnya. Daehyun tidak bersalah, ia hanya melakukan apa yang seharusnya ia lakukan. Melindungi asetnya, melindungi keluarganya dari neraka yang sudah ia buat sendiri.
"Kalian tidak bisa menangkapku!"
Daehyun bergumam seraya terus berlari namun sayangnya pelarian itu terhenti karena ia salah memilih jalan yang seharusnya ia lewati. Daehyun menggeram kesal. Ia terpojok, sementara dua orang polisi terus mengejarnya tanpa ampun. Tak habis akal, Daehyun masuk ke dalam sebuah toko yang kebetulan masih buka tanpa ragu. Dalam benaknya, ia harus sembunyi setidaknya sampai polisi terkecoh dengan trik yang ia mainkan. Sambil menormalkan langkahnya, Daehyun mendorong pintu kayu coklat klasik kuno yang berbunyi saat dibuka. Ia melongok kesana kemari seolah mencari pegawai toko yang menjaga. Namun nihil, Daehyun tak menemukan siapapun di sana. Meja kasir bahkan kosong, tak ada pramuniaga seperti toko pada umumnya. Mereka pun hanya memajang sedikit koleksi yang ada termasuk dalam etalase dengan hiasan lampu dan lilin remang khas eropa. Terlihat bunga camellia dan higanbana di beberapa sudutnya. Daehyun nampak terpukau dengan interior yang mungkin sekarang sulit untuk ditemui sampai ia tak sadar ada seorang perempuan bergaun hitam berdiri di belakangnya. Ia menatap lekat punggung Dakyung yang saat ini berdecak kagum. Iris bulu gagaknya nampak senang saat tokonya kedatangan pelangan.
"Selamat malam,"
Daehyun nampak memutar tubuhnya dan mendapati wanita itu masih senantiasa menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan.
"Selamat datang di Tsubaki Tailor," senyum tipisnya sedikit merekah. Wanita itu nampak mengganggam setangkai higanbana di tangan kirinya. "Ada yang bisa ku bantu?" tanyanya.
"A–ah, si–siapa kau?" Daehyun sedikit gugup. Ia tidak mau dianggap sebagai pencuri di tengah persembunyiannya. Sesekali pria itu melihat keluar. Polisi nampak masih mengejarnya, mencoba mencari jejak Daehyun yang dituduh menggelapkan uang perusahaan atas proyek yang baru mereka jalankan.
KAMU SEDANG MEMBACA
BLACK DRESS [JJK]
Fanfiction[OCT 23, 22] [NEXT CHAPTER UNTIL END AVAILABLE ON E-BOOK VERSION. PLEASE DM ME ON INSTAGRAM IF YOU INTEREST WITH THAT] Ada rumor berkembang di An Marry tentang toko pakaian yang hanya beroperasi pada jam 10 malam. Bangunan kedelapan di depan toko r...