9. A CUNNING TIGER

104 15 10
                                    

Siang itu, selasa tanggal 14 musim panas An Marry. Udara terasa begitu lembap saat hujan baru saja menyingkirkan diri dari tengah kota. Orang yang tadinya berlalu lalang tergesa menggunakan payung, kini terlihat lebih santai sambil menikmati kopi dan sandwich makan siang mereka. Beberapa yang lain memilih untuk duduk sejenak, mengobrol dengan sahabat, rekan kerja atau bahkan pacar mereka masing-masing. Bersantai menikmati santap siang di sebuah café memanglah hal yang menyenangkan. Itulah yang Jungkook dan Jimin lakukan setelah dengan kesalnya Jungkook bercerita kalau ia baru saja kehilangan buruannya.

"Aku yakin, hyung, Nona Jiseo pasti terlibat!" ucap Jungkook sambil melempar penanya ke atas meja.

"Kau yakin?" tanya Jimin. "Maksudku, Tuan Choi bekerja sama dengan hal mistis seperti itu?" Jimin mengernyit. "Mengerikan sekali ...," tutupnya.

"Hm, kau pernah bilang kalau Nona Jiseo bisa melakukan apapun yang dia mau, 'kan?" tanya Jungkook.

"Cih, aku tidak tau!" jawab Jimin. "Rumor yang beredar, dia hanya meminta bayaran untuk pakaian yang Nona Jiseo buatkan. Kalau soal perjanjian, aku tidak mengerti," kata Jimin.

Jungkook terdengar membuang napasnya. Ia kesal karena belum bisa menyelesaikan kasus yang hampir satu setengah tahun ia tangani. Jimin lantas menepuk pundak Jungkook, menenangkan rekan kerja sekaligus sahabat karibnya.

"Bagaimana kasus tadi pagi?" tanya Jimin mengalihkan pembicaraan.

"Mereka sedang menunggu hasil forensik mayat Nona itu," jawab Jungkook.

"Kau yakin mayat itu korban pembunuhan?" Jimin bertanya lagi.

"Semua kemungkinan bisa terjadi, hyung," Jungkook lantas menyandarkan tubuhnya di kepala kursi. "Aku harap dia memang benar-benar bunuh diri," lirihnya.

Jimin dan Jungkook terus mengobrol, membahas kasus yang juga Jimin tangani akhir-akhir ini. Mereka tidak menyadari kalau ada beberapa orang yang tengah sibuk mengintai keberadaan mereka.

"Tuan, silahkan kopi anda," ujar pramuniaga di depan meja kasir.

"Ah, terima kasih ...," ucap pria berpakaian casual hitam yang kemudian pergi meninggalkan café setelahnya.

Tak berhenti sampai di situ, sesampainya ia di dalam mobil, pria itu tak lantas segera menyalakan mesinnya. Ia menikmati kopinya sambil memandang pintu keluar café.

"Yeoboseyo?" sapanya saat ponselnya berbunyi.

"Jongin ...," terdengar gelak tawa senang ketika orang di seberang telepon itu menyapa pria bernama Jongin tersebut. "Bagaimana?" tanyanya.

"Detektif kecil itu sudah mulai bergerak lagi, Tuan," jawab Jongin.

"Ah, kelinci kecil itu rindu bermain denganku rupanya," katanya. "Baiklah, kau awasi semua yang dia lakukan, kalau perlu kau buntuti dia dari dia bangun!" perintahnya.

"Saya mengerti, Tuan Choi ...," balas Jongin.

Telepon kemudian mereka tutup. Pria tua yang ternyata adalah Choi Sunghyun itu nampak meletakkan gagang teleponnya kemudian berpikir.

"Aku rasa memberinya sedikit pelajaran adalah ide yang cukup bagus," katanya sambil tersenyum licik. "Bisa-bisanya dia mencampuri urusanku!" kesalnya.

Sunghyun kembali mengangkat gagang teleponnya. Meminta beberapa orang untuk mencari setidaknya melukai Jungkook malam ini. Perintahnya selesai saat sekretarisnya masuk, memberikan beberapa dokumen yang harus ia tandatangani.

"Hari ini anda ada rapat jam 3 sore dengan anggota dewan, Pak," kata sekretarisnya.

"Oh, baiklah ...," ia menyerahkan dokumen yang sudah ditandatangani. "Aku akan segera bergabung," tutupnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 12 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

BLACK DRESS [JJK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang