3. YEO JI SEO

211 43 18
                                    

Sejenak, Jungkook menghembuskan napasnya. Merentangkan otot yang tegang setelah ia mendampingi pemeriksaan salah satu tersangka. Ia menyandarkan tubuhnya di kursi, mengambil berkas laporan orang hilang kemudian membacanya sebentar. Netranya nampak meneliti detail kejadian dan juga informasi yang keluarganya berikan. Namun perhatian Jungkook teralihkan pada bunga camellia pemberian Jiseo semalam. Ia sengaja meletakkannya ke dalam sebuah botol kaca berisi air kemudian ia letakkan di samping foto Yuna. Bunga itu terlihat dingin, penuh kesedihan yang berlarut dengan kesakitan yang selalu memeluk. Apa Jiseo memang sengaja memberikannya? tapi apa maksudnya?

Jungkook mengenyahkan semua pikiran negatif dan pertanyaan-pertanyaan yang mengambang berputar di dalam otaknya. Ia harus fokus mencari pelaku pembunuh Yuna berikut kasus-kasus yang ia tangani. Tapi tetap saja, matanya terus memandang camellia merah itu tanpa henti.

"Apa dia mengalami kejadian yang sama denganku?"

Jungkook bergumam. Tidak tau diri sekali menyamakan kehidupannya dengan orang lain. Ia tertawa kecil sebelum pergi meninggalkan kursinya. Jungkook lantas berjalan menuju vending machine di lorong kantornya. Ia terlihat memasukan lembaran won kemudian memilih minuman dingin yang ia suka. Saat minuman telah keluar, Jungkook lantas mengambilnya, membukanya kemudian menenggak minuman isotonic yang melegakan tenggorokannya. Tak sampai beberapa detik, ia terkaget dan hampir saja tersedak minumannya kala melihat wanita yang tengah berdiri di ujung lorong dengan stiletto hitamnya.

"Ah, kapjagi!" seru Jungkook. Ia nampak mengusap dadanya sendiri.

"Aku mengagetkanmu?" ia bertanya.

Jungkook menghela. Ia tersenyum setelahnya seakan memaafkan wanita muda bergaun hitam dengan sarung tangan renda yang menutupi setengah lengannya. "Nona Jiseo?" Jungkook menyapa.

"Kau masih mengingatku, Tuan?"

Dengan lembut wanita yang ternyata Jiseo itu bertanya. Ia menatap diam Jungkook yang menghampirinya setelah membuang kaleng minumnya.

"Ya, tentu saja," jawab Jungkook. "Ada perlu apa kema–" belum selesai Jungkook bicara, ia baru teringat kalau ia tak pernah memberitau Jiseo dimana ia bekerja. Jungkook diam, ia memandang paras yang mendongak menatapnya. Bibirnya terasa kaku ketika ia akan bertanya.

"Aku ingin mengundangmu makan malam," Jiseo memberikan sebuah amplop merah bata pada Jungkook. "Aku rasa, camellia saja tidak cukup," lanjutnya.

"Nona, tidak perlu repot-repot, aku tidak melakukan apa-apa," kata Jungkook.

"Tidak, hanya makan malam biasa, bukan acara yang mewah," sangkal Jiseo. "Aku akan sangat senang kalau kau datang, Tuan," pintanya.

Jungkook menerima amplop tersebut, ia hanya memandang sampul merah bata sebelum menyimpannya. "Aku akan mengusahakannya," jawab Jungkook.

"Aku menunggumu," lirih Jiseo.

"Ah, Nona!" Jungkook menahan lengan Jiseo ketika wanita itu akan pergi. Tatapan mereka bertemu ketika Jiseo menoleh setelah melihat tangan Jungkook menahan lengannya. "Bisa bicara sebentar?" tanya Jungkook.

Mata Jiseo membola. Ia tersenyum tipis lalu mengangguk pelan sampai Jungkook melepaskan cengkeramannya.

"Sebaiknya cepat, aku harus menyelesaikan pesanan untuk pelangganku," kata Jiseo.

"Ah, aku minta maaf–"

"Kau sepertinya sangat suka mengatakan maaf," ujar Jiseo. "Apa yang ingin kau katakan?" lanjutnya bertanya.

"Nona, aku – maaf tapi dari mana kau tau aku bekerja di sini?" tanya Jungkook.

"Ah, benar ... ," Jiseo lantas memposisikan dirinya menghadap Jungkook. "Tampilanmu terlalu mencolok sebagai anggota kepolisian, Tuan," kata Jiseo. Ia mengamati kaos dan jaket yang sekarang Jungkook pakai. "Agen rahasia, Detektif muda," Jiseo menjeda. "Semua orang pasti mengenali itu," katanya.

BLACK DRESS [JJK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang