Pagi yang cukup cerah memeluk An Marry di hari kamis ini meskipun kumpulan awan mendung terlihat berarak bergerak tipis-tipis menuju pusat kota. Tak apa, ramalan cuaca hari ini mengatakan kalau hujan tidak akan turun. Itulah sebabnya Jungkook hanya memandang keranjang payung yang ada di depan pintu apartemennya. Ia mendengus, ragu untuk mengambil salah satu namun akhirnya ia mengabaikannya dan memilih pergi berkerja. Hari itu tak terlalu ramai, jalanan juga tidak terlalu padat karena mungkin masih tergolong pagi. Ia melajukan kendaraannya menuju sebuah kantor kepolisian di An Marry. Ya, di sanalah Jungkook bekerja sebagai seorang Detektif muda yang diakui handal dalam memecahkan banyak kasus karena kecerdasannya.
Jungkook melangkah pelan memasuki kantor. Sepatunya menapak pasti pada lantai keramik putih di bawahnya. Sesekali, ia membalas sapaan rekan kerja yang kebetulan berpapasan dengannya. Jungkook menghela napasnya sesampainya ia di tempat duduk di mana biasa ia bekerja. Meregangkan beberapa ototnya sebelum mengikat sedikit rambut ikalnya yang sudah mulai memanjang. Sial! perkejaan yang betubi-tubi membuat Jungkook tidak sempat memotong rambutnya. Tak berselang lama, netranya teralih. Melirik potongan foto yang sengaja ia tempel di papan putih dekat jadwal yang ia buat di hadapannya. Jungkook tersenyum, ia lantas mengusap foto tersebut beberapa kali.
"Selamat pagi," Jungkook menyapa. "Hari ini bagaimana? kau bahagia di sana?" tanyanya lirih.
Ia lantas menumpu kepalanya di atas meja. Netranya menyiratkan ribuan kesedihan yang siapa saja bisa melihatnya. Jungkook selalu begitu, tak pernah berubah sejak setahun yang lalu. Menyapa sesuatu yang telah hilang, yang ia tau tak akan kembali dan ia peluk seperti biasa. Foto yang sekarang Jungkook sentuh adalah foto Yuna, kekasihnya yang meninggal setahun yang lalu. Ada indikasi kalau Yuna meninggal akibat dibunuh dengan alibi kecelakaan.
"Maafkan aku," kata Jungkook lagi. "Sampai hari ini pun aku harus menyampaikan maaf padamu," lanjutnya.
Sejak peristiwa itu, Jungkook berjanji pada dirinya sendiri untuk mengusut tuntas kematian Yuna yang sebenarnya kasusnya telah ditutup. Jungkook tak bisa menerima begitu saja keputusan kalau Yuna meninggal akibat kecelakaan.
Ia terus mengusap foto Yuna, mengajaknya bicara atau tersenyum sendiri seolah Yuna menanggapi apa yang ia katakan.
"Sarapan!"
Bersamaan dengan kalimat itu, Jungkook tergagap. Ia menemukan susu pisang dingin dan onigiri di atas mejanya. Dan juga jangan lupakan pria bertubuh mungil berjas hitam yang berdiri sambil menatapnya kali ini.
"Ah, kau mengangetkanku, hyung," kata Jungkook.
Pria itu lantas menepuk punggung Jungkook beberapa kali. "Yuna sudah bahagia, kau tidak perlu memikirkannya," ujarnya.
"Aku tau, tapi aku tidak akan berhenti sampai aku menyeret pelakunya masuk ke penjara dengan tanganku," jawab Jungkook.
Lelaki di sebelah Jungkook lantas menepuk bahunya lagi kemudian meletakkan berkas di atas meja Jungkook. "Kau masih ingat kasus penculikan seminggu yang lalu?" tanyanya.
"Hm... ," Jungkook mengambil beberapa lembar berkas tersebut lalu mengamatinya.
"Siang ini kita pergi!"
"Ya, aku harus menyelesaikan–"
"Jungkook-ah, Jimin-ah!"
Panggilan itu membuat kedua pria yang sedaritadi sibuk membicarakan kasus yang tengah mereka tangani, terperanjat. Ia menatap Yonghyun yang terlihat terburu-buru menghampiri mereka.
"Aish! apalagi ini!" Jimin bergumam.
"Kebetulan kalian ada di sini, Ketua Tim memanggil kalian," kata Yonghyun.
KAMU SEDANG MEMBACA
BLACK DRESS [JJK]
Fanfiction[OCT 23, 22] [NEXT CHAPTER UNTIL END AVAILABLE ON E-BOOK VERSION. PLEASE DM ME ON INSTAGRAM IF YOU INTEREST WITH THAT] Ada rumor berkembang di An Marry tentang toko pakaian yang hanya beroperasi pada jam 10 malam. Bangunan kedelapan di depan toko r...