🌺🌺🌺
Tidak ada yang berubah di sekolah. Semuanya masih sibuk mengabaikan dan bersikap seolah-olah Kazuma bukan menjadi bagian dari mereka meski dia sudah berhari-hari tidak ada. Yang berbeda hanyalah Hokuto, anak itu seperti seekor anak kucing yang mengekor tuannya ke mana-mana di belakang Kazuma. Tentu saja, perlakuan yang tidak biasa itu menjadi bahan pembicaraan orang. Terutama mengenai rumor yang menyangkut Itsuki dan Hokuto, pasti orang lain berpikir jika Kazuma "datang" sebagai orang ketiga. Astaga, dia sendiri sampai bergidik saat tak sengaja mendengar pembicaraan sekumpulan gadis tahun terakhir jika Hokuto hanya memanfaatkan Itsuki demi namanya saja.
"Rasanya aku ingin menghilang saja," keluh Hokuto saat dia mengekor Kazuma hingga mereka tiba di perpustakaan.
Tempat ini menjadi tempat persembunyian Hokuto selama satu minggu terakhir dan Kazuma hanya bisa pasrah saat tempat yang penuh ketenangan ini nantinya akan penuh dengan keluhan atau suara Hokuto yang mengganggu konsentrasi membacanya.
Kazuma menarik sebuah buku dari rak kayu, lalu menyerahkannya pada Hokuto.
"Utsukushisa to Kanashimi to*?"
Anak itu tak banyak berkomentar dan langsung menempatkan dirinya di kursi kayu. Kazuma hanya bisa menggeleng heran dengan kelakuan Hokuto yang tiba-tiba menjadi aneh seperti itu.
Mereka larut dalam diam, membiarkan semilir angin menyapa dari celah kecil di jendela. Udara sudah mulai terasa dingin, menandakan musim gugur akan segera berakhir. Beberapa menit menekur di bukunya, Kazuma sengaja mendongak. Bocah di depannya ternyata sudah memejam dengan kepala yang beralaskan buku di atas meja. Rambut cokelat Hokuto jatuh dan bergerak pelan saat angin meniupnya. Wajah itu tampak sangat damai, menuntun Kazuma untuk menyentuh perlahan rambut Hokuto. Sangat halus, menyerupai tekstur rambut bayi.
Yang Kazuma inginkan hanya ini. Ketenangan bersama remaja di depannya. Tidak masalah jika tidak ada obrolan di antara keduanya, tidak masalah jika keheningan selalu saja menjadi kawan, Kazuma tidak menuntut terlalu banyak. Dia merasa nyaman seperti ini, cukup sederhana. Seperti angin yang berembus, membelai daun-daun yang menguning dan menerbangkannya ke penjuru arah tanpa terpaksa. Seperti bintang yang berkelip di langit malam, tampak indah meski cukup jauh dari cengkeraman.
Waktu pun berlalu tanpa mau menunggu, begitu cepat hingga bel tanda berakhirnya istirahat berbunyi. Namun, Hokuto sama sekali tak mengindahkannya. Napasnya teratur, menandakan anak itu terlelap. Kazuma, di antara rasa tega dan tidak, harus terpaksa membangunkannya. Dia menepuk lengan Hokuto, membuat sahabatnya itu melenguh. Butuh waktu beberapa detik untuknya benar-benar membuka mata. Mereka saling tatap, Hokuto yang masih memproses kenyataan dan Kazuma yang menikmati wajah lucu itu dalam diam.
KAMU SEDANG MEMBACA
WIND AND STAR
FanfictionA short story of KazuHoku. Bagi Kazuma, ada seseorang yang seperti bintang untuknya. Dia terlalu indah, tetapi tidak mungkin untuk tergapai oleh tangannya. Sementara dirinya hanya seperti angin, yang kehadirannya bisa dirasakan tanpa pernah terlihat...