EIGHT

233 34 13
                                    

🌺🌺🌺

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🌺🌺🌺

Sisa hari itu mereka manfaatkan untuk memperbaiki segala keretakan pada persahabatan mereka. Tentunya setelah beruntung dan selamat dari hukuman guru Sastra berkat aksi bohong Shohei yang mengatakan jika Kazuma terpaksa mengantar Hokuto ke ruang kesehatan sekolah dikarenakan anak itu sakit perut mendadak. Kazuma bahkan terpaksa membuat janji akan mentraktir Shohei milkshake atau apapun yang dia minta selama satu minggu penuh sebagai imbalan. Itu tidak sebanding dengan apa yang Kazuma dapatkan. Jurang di antara dirinya dengan Hokuto sudah menghilang untuk sekarang meski dinding transparan itu masih ada, tapi hal tersebut merupakan kemajuan yang besar. Kazuma sendiri tidak tahu harus memperjuangkan perasaan anehnya ini atau membiarkan dibalas oleh waktu.

Dia juga melihat kesedihan Hokuto terangkat, setidaknya sedikit. Tidak masalah, Kazuma hanya ingin melihat anak itu tersenyum manis seperti biasanya. Bagaimanapun juga, wajah sedih Hokuto membuat hati Kazuma mencelos setiap kali melihatnya. Untuk sekarang, mereka berdua berjalan di bawah hujan dedaunan yang menguning di sepanjang Kasumigaokamachi. Daun-daun Pohon Ginkgo besar yang berbaris rapi dari pintu Aoyama-dori hingga jalan lingkar plaza pusat Gaien menyelimuti jalan di bawah kaki mereka.

Kazuma sengaja mengajak Hokuto ke tempat ini setelah pulang sekolah dengan alasan lama tidak berkunjung ke pemandangan musim gugur di daerah itu. Hokuto tidak menolak, malah sekarang anak berambut cokelat tersebut terlihat asik sendiri ketika angin bertiup dan membuat ratusan daun menghujani mereka. Mulutnya tak berhenti meneriakkan kekaguman dan tertawa riang, kedua netranya seolah bersinar dan memantulkan pemandangan indah di sekitarnya. Kazuma beberapa kali berhenti melangkah karena titik fokusnya benar-benar sayang untuk dilewatkan. Entah, dia terlalu mengagumi sosok yang kini berada beberapa meter di depannya itu.

"Wow! Kau mempermainkanku, ya?"

Seruan Hokuto membuat Kazuma mengerjap dan ikut tertawa di detik berikutnya saat melihat Hokuto mengejar seorang anak laki-laki kecil. Keduanya berputar-putar, sesekali anak kecil itu akan melemparkan beberapa helai daun pada Hokuto. Mereka berdua terlalu asik dengan dunianya, ya ... tidak ada bedanya juga.

"Ittai!"

Kazuma lekas mendekat saat anak kecil itu tersandung dan jatuh.

"Tidak apa-apa, tidak apa-apa. Hei, kalau sakit kau boleh menangis. Meskipun lelaki, menangis tidak akan membuatmu terlihat lemah."

"Apa kau yakin? Ayah bilang anak laki-laki tidak boleh menangis."

Hokuto mendongak, menatap seorang wanita yang juga berlutut di dekat anak itu.

"Dengar, Takeru-kun. Baik laki-laki maupun perempuan jika mereka merasakan sakit, mereka berhak untuk menangis. Bahkan ayahmu menangis saat melihat kau lahir ke dunia ini, dia menangis bahagia. Tapi sekarang, jika kau memilih untuk tidak menangis, maka itu pun tidak salah." Wanita itu berujar dengan nada yang lembut dan penuh kasih sayang.

WIND AND STARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang