Weekend adalah hari yang ditunggu hampir semua orang di dunia. Termasuk cowok-cowok ganteng yang wajahnya memang mirip ini.
Jero, Elano, dan Jelo.
Tiga bujang Ayah Gajendra itu sedang asyik bersantai di depan televisi. Televisi dibiarkan menyala, tetapi tiga cowok itu sibuk dengan dunia mereka masing-masing.
"Huft, sumpah ini susah banget!" Geram Jelo yang menjambak rambutnya pelan.
"Enggak! Udah! Aku udah nyerah!"
Jelo menutup kasar buku tebal yang penuh akan rumus itu, lalu menyenderkan kepalanya disana. "Kenapa otak aku gak lancar, sih? Coba aku punya otak kayak Kak Jer, pasti aku udah bisa sekarang."
"Aku sebel karena nanya Hilmi terus! Dia juga kenapa pinter banget, sih? Padahal kan dia kerjanya cuma tidur doang!" Cerca Jelo yang masih menyender diatas buku tebal itu. Pipinya terlihat lucu karena menempel pada buku.
Hal itu membuat Jero dan Elano jadi menahan kegemasan yang dibuat tanpa sengaja oleh adik mereka ini.
Jero meletakkan bukunya lalu duduk dibawah bersama Jelo. "Kamu kenapa, hm?" Tanyanya sambil mengusap surai hitam milik Jelo.
Jelo berbalik menghadap Jero, masih dengan pipi yang menempel pada buku. "Aku bodoh, jadi aku kesel." Ujarnya pelan.
Duh, Jero jadi bingung sendiri. Jero tidak pernah menangani hal seperti ini. Adiknya itu sudah hampir menangis karena rasa lelahnya yang sudah belajar mati-matian, tapi tidak juga mengerti satu rumus pun.
"Aduh, jangan nangis dong, Jel. Nanti Kakak ajarin, kamu gak ngerti yang mana?" Tanyanya lembut.
Jelo merengut. Matanya semakin berkaca-kaca.
"Jelo juga gak tau, Jelo gak ngertinya dimana, Jelo gak tau ..."
Tumpah juga air matanya.
Semingguan ini Jelo jadi begini. Dia yang tidak biasanya menangis pun, bisa menangis cuma karena tidak memahami pelajaran.
"Tadi katanya tanya Hilmi, Hilmi yang mana, Dek?" Tanya Elano yang sepertinya sedikit tertarik.
"Yang gant—" Jelo menggeleng kasar, "gak, gak, gantengan aku."
"Yang itu loh, Bang, yang nakal, sama nyebelin!" Jawab Jelo menggebu-gebu.
Ya biasa aja dong, pikir Elano.
Elano cuma bisa ngangguk-ngangguk, dia juga kurang paham betul. "Anaknya pinter, emang?" Tanyanya lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Blueth [JEJ]
General Fiction"Belalang Sembah, Belalang Sembah. Kenapa Ayah sama Bunda pisah?" Blueth PhosphenesGata, 2022