cw ; harsh word
Tiga hari kemudian, Jelo sudah mulai membuka matanya. Hanya membuka mata, tetapi tak membuka suara.
Jelo memilih bungkam. Hal itu tentu saja membuat Jendra, dan kedua kakaknya bingung.
Saat ini Jendra duduk termenung di koridor ruang rawat Anaknya. Sesekali menghela napasnya panjang. Jendra sedang dilanda keraguan. Ragu, sekaligus cemas lebih tepatnya.
Jendra mengeluarkan ponsel pintarnya, melihat nama kontak yang ingin ia hubungi. Terlihat berpikir sejenak, karena bahkan Jendra saja merasa aneh untuk menelpon orang yang sudah lama tak ia hubungi.
"Saya mau bicara sama kamu."
"..."
Hanya hening sebagai jawabannya. Jendra rasanya hampa.
Jendra mengurut keningnya. Pikirannya tengah kacau, pasalnya Jelo sama sekali tidak mau berbicara. Jendra sudah berkali-kali membujuk dengan banyak cara, tentang bagaimana hidupnya waktu bersama Hanggini, atau bagaimana kronologi pemukulan yang terjadi tiga hari lalu.
Kini Jendra sudah kehabisan cara. Jalan satu-satunya hanya menelpon Saputra—adik dari Hanggini.
"Kenapa kamu gak berbicara apapun? Saya berhak tau—"
"Anda sendiri yang memutusnya."
Terdengar sumbang diseberang sana. Jendra kembali mengerutkan dahinya. Maksudnya apa?
"Kamu membuang kakak saya, membuat mentalnya jadi gak baik-baik saja. Setelah semua yang kamu lakukan itu, masih bisa bertanya berhak tau semuanya?"
Cerca Saputra diseberang sana, membuat Jendra terdiam seribu bahasa. Tak dapat dipungkiri, semua itu ulah dirinya.
Hanya karena gelap mata, dan keegoisan yang saat itu menguasainya, keluarga kecil yang dibangun olehnya itu hancur tak bersisa.
"Kamu gak bisa berkata-kata, kan? Karena kamu sadar, kamu penyebab semuanya. Kalau saja kamu gak bersikap seperti itu pada kakak saya, mungkin sekarang kakak saya masih disini. Jelo juga, pasti dia gak akan jadi seperti sekarang ini."
Saputra menghela napasnya panjang.
"Tapi ini semua gak bisa jadi sanggahan Hanggi buat memukul putra kami! Bagaimana bisa seorang Ibu—"
"Kalau begitu peranmu sebagai Ayah itu apa, Gajendra?"
"Kamu yang egois, meninggalkan Kakak saya tanpa mendengarkan penjelasannya. Kakak saya gak akan ambil jalan sehina itu, hanya untuk selingkuh dari kamu. Kamu mengusir Kakak saya, yang pada saat itu tidak baik keadaannya. Segala sesuatu! Segala sesuatu apapun itu, kamu gak pernah mau peduli, kan? Baik itu tentang Jelo, atau tentang Kakak saya!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Blueth [JEJ]
General Fiction"Belalang Sembah, Belalang Sembah. Kenapa Ayah sama Bunda pisah?" Blueth PhosphenesGata, 2022