Blueth ; 05

587 83 16
                                    

"Sekarang Lo maunya apa?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Sekarang Lo maunya apa?"

Jelo menutup telinganya kala kalimat itu terus-terusan terdengar.

Kepalanya seperti ingin pecah. Kepalanya terlalu berisik, Jelo tidak suka akan hal ini. Beberapa kali ia mencoba memukul, namun nihil—pertanyaan dari Kakak sulungnya itu terus berputar di kepalanya.

Tadi Jelo sudah izin sakit, jadi diperbolehkan pulang. Sekarang ia memilih untuk mengurung dirinya di kamar.

Jam sudah menunjukkan pukul empat sore, tandanya kakak-kakaknya itu akan pulang sebentar lagi. Tapi dengan sangat terpaksa, Jelo harus keluar sekarang. Perutnya sangat lapar.

Dengan berat hati, Jelo melangkah kearah dapur. Setelah dirasa aman, Jelo mulai memasak mie instan yang memang selalu tersedia.

"Kalo makan mie, rasa sakitnya pasti pergi. Sekalian mau pake cabe sepuluh, biar kepalanya gak sakit lagi." Monolognya.

Ia mulai membuat mie instan rasa kari kesukaannya itu sambil bersenandung kecil. Namun, senandungnya itu terhenti tatkala ia mendengar suara gelas yang diletakkan di bar table yang berada tidak jauh dari tempatnya memasak.

"Ayah?"

Gajendra menatap anaknya itu sekilas, lalu memilih mengambil minum di dalam kulkas.  Ia menenggak minuman itu hingga tandas. Bukannya pergi, Jendra terdiam sejenak sambil menatap panci berisi rebusan mie di atas kompor.

"Mie?"

Senyum Jelo langsung mengembang. Entah kemana perginya segala rasa sakit yang semula ia rasakan.

Jelo mengangguk lucu, "iya, Jelo masak mie,"

Dengan ragu-ragu, ia menatap kearah sosok yang lebih tua. "Ayah, mau mie?"

Dapat Jelo liat, kerutan di wajah sang Ayah berubah. Perubahan ekspresi Gajendra terlalu kentara. "Bi Lastri, gak masak?"

Jelo menggeleng. "Aku gak tau, tapi gak ada masakan."

Lalu setelahnya dapat Jelo lihat. Ayahnya itu berjalan melewatinya, lalu mematikan kompor. Dirinya meraih panci berisi mie itu lalu membuangnya ke wastafel.

"Ayah? Aku mau makan. Nanti aku makan pake apa?" Tanya Jelo yang sudah setengah frustasi. Perutnya sudah sakit bukan main saat ini. Dirinya hanya ingin makan, tapi malah dibuang oleh Jendra.

"Kamu duduk aja. Tunggu."

Kalimat tegas milik Jendra itu tentu saja membuat Jelo semakin bertanya-tanya. Maksudnya tunggu itu apa?

Bulu kuduknya merinding kala mendengar decakan dari Jendra. Ia sudah siap untuk dimarahi, tapi bukankah seharusnya dia yang marah? Mie instan itu tinggal diangkat lalu dicampur dengan bumbu.

"Yah, kalo Ayah benci sama aku gak pa-pa. Tapi aku cuma mau makan, masa gak Ayah bolehin juga?!" Entah dapat keberanian darimana. Memang kalau orang lapar itu nekat ya.

Blueth [JEJ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang