BAB 4

20 1 0
                                    

Pagi ini aku terbangun karena suara bel rumah ku berbunyi. Aku tersentak dari tidur lelapku. Mengerang pelan karena merasa tidur ku terganggu. Suara bel masih terus berbunyi dibalik pintu rumah ku. Perlahan aku melepas selimutku, dan melirik pada jam digital yang masih menunjuk pukul lima lewat dua menit di pagi hari. Bahkan matahari saja belum berani menampak diri, tapi orang dibalik pintu rumah ku sudah berani menganggu tidur lelap ku.

Aku melangkah menuju pintu depan. Aku fikir itu mas vano yang dateng karna tadi malem dia bilang akan ke Jogja. Dalam hati ku berfikir kenapa sepagi ini mas vano udah sampai disini. Jam berapa dia dari semarang sehingga sepagi ini udah sampe di rumah ku. Memutar anak kunci dan membukanya perlahan. Kedua mata ku yang masih terasa berat karena mengantuk langsung terbelagak melihat pria yang berdiri di depan rumahku.

Aku kira beneran mas vano yang dateng makanya saat membuka pintu aku tak merubah penampilanku. Masih menggunakan baju tidur lusuh, tak memakai jilbab berantakan sekali penampilanku ini. Saat tersadar bukan mas vano yang berdiri didepan ku, langsung saja ku tutup pintu kembali dan mengambil jilbab instan ku di dalam kamar. Setelah memakai jilbab segera aku buka kembali pintu rumah dimana ada seorang lelaki yang masih menunggu di depan pintu.

"Dhiv maaf ganggu kamu pagi-pagi" Iya yang datang ternyata mas wisnu yang sudah rapi penampilan nya. ku tebak dia akan berangkat kerja. Aku benar-benar malu menyadari kebodohan ku tadi. Mas wisnu yang sudah rapi melihat ku yang berantakan bahkan tak memakai jilbab. Ini pertama kali nya ada lelaki lain yang melihat ku tak memakai jilbab kecuali keluarga dan pacar ku tentunya. (Hehe jangan ditiru guys) aku berfikir macam macam. Bagaimana pandangan mas wisnu setelah melihat ku yang seperti ini. Ilfil kah? Terpesonakah?. Ah Shasa kenapa bisa seceroboh ini si kamu batin ku bener-bener berkecamuk.

"hehe gak papa mas, ada apa nih pagi-pagi kesini udah rapi juga"

"itu mau minta tolong mundurin mobil, saya mau keluarin motor gabisa. Mobilnya nutup gerbang saya banget."

Aku terheran karna seinget ku, mobil ku masih tersimpan rapi di garasi. Tersadar dengan raut kaget ku mas wisnu kembali menjelaskan

"itu mobil hitam didepan dhiv, tadi sewaktu saya mau ke masjid sempet ngobrol sama yuda. Saya tanya kedia itu mobil siapa berhenti di antara rumah kamu dan rumah saya. Yuda bilang itu mobil teman kamu."

Iya semalem setelah membeli sate, mas yuda yang tak lain suami mbak naya sudah menunggu kami di depan. Kami terlibat obrolan sebentar di depan rumah. Dan sebelum aku memutuskan masuk lagi kerumah, mbak naya bilang besok aku disuruh ikut dia dan keluarga kecilnya pergi liburan ke magelang. Namun karna teringat dengan pesan pacar ku yang akan ke Jogja besok aku menolak ajakan mereka. Aku beralasan besok teman ku dari Semarang akan datang kesini. Mungkin karna itu mas yuda beranggapan mobil itu milik teman ku. Aku berjalan ke depan untuk memastikan mobil yang ada di antara rumah ku dan rumah mas wisnu. Siapa tau mobil tersebut memang mobilnya mas vano yang mungkin dia sedang pergi.

" Lho mas saya gak tau ini mobil siapa. Temen saya juga belum ada yang dateng atau ngabarin kalo udah sampe jogja mas" jawab ku setelah melihat Fortuner hitam yang ada di depan. Aku yakin itu bukan mobil mas vano tapi setelah melihat plat nomor nya aku kembali berfikir atau ini emang mas vano tapi dia memakai mobil temannya.

"Eh tapi plat nomor nya H ini teman saya yang mau datang dari semarang sih. atau sebentar mas saya ambil hp dulu, barangkali emang ini mobil teman saya"

"oh iya dhiv"

Aku kembali kedepan dengan membawa hp ku lalu mendial nomor pacarku. Tak menunggu lama, aku mendengar suara mas vano.

"ada apa?" kudengar suara serak mas vano yang ku tebak dia mungkin baru bangun ketika mendengar telepon dari ku

"mas kamu jadi ke jogja? udah berangkat apa belum?" tanya ku

Akhir Yang BahagiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang