BAB 1

55 3 0
                                    

Hari ini seperti biasa ku awali pagi dengan membuka gerbang rumah, lalu dilanjut dengan membersihkan halaman depan. Tak terasa aku sudah hampir satu tahun menetap di rumah ini. Rumah yang awal nya hanya kujadikan tempat persembunyian dari kejam nya dunia ternyata membuat ku nyaman sampai saat ini.

Rumah yang ku tempati ini milik kakak ku, sejak lulus kuliah aku memutuskan untuk menetap di rumah ini yang berada di kota Yogyakarta. Rumah kakak ku ini berada di kompleks yang hampir 80% penghuni nya berprofesi sebagai nakes. Ya, karna rumah ini dekat dengan kawasan Rumah Sakit ternama di kota Yogyakarta.

Sejak hari pertama aku pindah kesini aku hanya mengenal mbak Naya yang rumah nya tepat di depan rumah ku. Bahkan dari 15 rumah yang ada di blok b ini aku sama sekali tak mengenal penghuni yang lain. Untuk sekedar melihat para tetangga keluar dan masuk rumah nya pun sangat jarang. Selain karna kesibukan mereka, aku tipikal anak yang keluar rumah hanya seperlu nya saja. Jadi wajar saja kalau aku tak mengenal para tetangga ku ini.

Tepat jam 7 lewat 30 aku selesai membersihkan halaman depan. Saat aku ingin kembali menutup gerbang dan masuk kedalam rumah, aku dikejutkan dengan suara gerbang yg di buka dan menampilkan sosok lelaki yang menggunakan bomber hitam dan celana kain hitam siap melajukan motor matic warna merah nya. Aku yang terkejut mengurungkan niat untuk kembali masuk. Berdiri mematung sambil memandang sosok yang satu tahun ini menjadi tetangga sebelah ku yang sama sekali belum pernah saling melihat.

Hingga kemudian terdengar suara motor melaju. Dia yang sedang kupandangi 2 menit lalu pergi melajukan motor nya dengan pelan lalu mengangguk kan kepala di depan ku sebagai sapaan. Terpesona itulah satu kata yang menggambarkan aku ketika pertama kali melihat dia. Sejak saat itu aku selalu mencuri kesempatan untuk melihat dia entah saat dia keluar rumah ataupun masuk rumah.

***

3 bulan setelah kejadian aku melihat mas samping rumah, aku jadi sering memperhatikan dia diam-diam. Biasanya di pagi hari aku menunggu nya berangkat kerja sambil ku bereskan tanaman yang ada di depan. Atau ketika sore, aku sengaja ikut mbak naya yang sedang bermain dengan anak nya di sekitar kompleks.

Awalnya aku mengira ini hanya kagum biasa saat pertama kali melihat lelaki ini di depan rumah bersiap berangkat kerja. Tapi nyatanya rasa ini berkelanjutan. Aku merasa salah tingkah saat dia ada di sekitar ku, padahal jelas aku dan dia tidak saling mengenal. Hanya sebatas tetangga sebelah.

Sore ini aku baru menyelesaikan pekerjaan ku. Memilih menjadi conten creator mengharuskan aku setiap hari membuat video. Tak jarang aku seharian berada di luar untuk sekedar mencari referensi konten atau bahkan membuat video di luar area rumah.

Sesaat setelah turun dari ojek online, aku tak langsung masuk. Mbak naya yang sedang menemani keyra bermain di depan rumah menyapaku. "Baru pulang dek? tumben sampe sore banget"

"eh iya mbak, tadi lumayan banyak yang di kerjain. terus sempet ketemu temen juga jadi ngobrol sana sini sampe lupa ternyata hari udah sore hehe"

perempuan berumur 28 tahun ini mendekat ke arah ku hingga kami terlibat obrolan yang lumayan panjang. Langit sudah mulai gelap dan aku segera pamit ke mbak naya untuk masuk. Seharian aktivitas di luar membuat tubuh ku lengket dan butuh di segarkan.

"maaf mbak boleh minta tolong sebentar?" reflek aku membalikkan badan saat mendengar suara asing. dan betapa terkejutnya aku ternyata suara itu adalah suara lelaki si tetangga samping rumah.

"ah iya mas, minta tolong apa ya?"

"Saya mau pinjam sapu mbak kalo boleh, itu depan rumah banyak sekali kotoran kucing liar." jelas nya pada ku

Dengan linglung kuambilkan sapu lidi, dan menyerahkan kepada dia. Rasanya aku ingin meleyot terlibat percakapan langsung dengan pria yang beberapa bulan ini diam-diam sering kupandangi.

Akhir Yang BahagiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang