08. 𝐒𝐮𝐫𝐚𝐭 𝐂𝐢𝐧𝐭𝐚 𝐔𝐧𝐭𝐮𝐤 𝐍𝐞𝐠𝐚𝐫𝐚

8 1 0
                                    

𝐊𝐞𝐚𝐝𝐚𝐚𝐧𝐦𝐮 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐭𝐢𝐝𝐚𝐤 𝐛𝐚𝐢𝐤-𝐛𝐚𝐢𝐤 𝐬𝐚𝐣𝐚, 𝐦𝐞𝐦𝐛𝐮𝐚𝐭𝐤𝐮 𝐠𝐞𝐥𝐢𝐬𝐚𝐡 𝐝𝐚𝐧 𝐡𝐚𝐦𝐩𝐢𝐫 𝐦𝐞𝐧𝐲𝐞𝐫𝐚𝐡.
𝐏𝐞𝐧𝐠𝐨𝐫𝐛𝐚𝐧𝐚𝐧 𝐝𝐢 𝐦𝐚𝐬𝐚 𝐥𝐚𝐥𝐮 𝐛𝐚𝐠𝐚𝐢 𝐭𝐚𝐤 𝐚𝐝𝐚 𝐚𝐫𝐭𝐢𝐧𝐲𝐚, 𝐭𝐞𝐫𝐝𝐞𝐧𝐠𝐚𝐫 𝐬𝐢𝐚-𝐬𝐢𝐚.
𝐄𝐧𝐭𝐚𝐡 𝐦𝐞𝐫𝐞𝐤𝐚 𝐦𝐞𝐧𝐚𝐭𝐚𝐩𝐦𝐮 𝐬𝐞𝐝𝐢𝐡 𝐚𝐭𝐚𝐮 𝐤𝐞𝐜𝐞𝐰𝐚, 𝐧𝐚𝐦𝐮𝐧 𝐡𝐚𝐭𝐢 𝐢𝐧𝐢 𝐛𝐞𝐫𝐠𝐞𝐦𝐮𝐫𝐮𝐡 𝐦𝐞𝐫𝐚𝐬𝐚 𝐛𝐞𝐫𝐬𝐚𝐥𝐚𝐡.

Aku lahir saat negara ini sudah berhasil meraih kemerdekaannya. Tak ada namanya penindasan atau perbudakan lagi di antara kita. Tak kenal kerja rodi, yang dipaksa namun tak ada hasilnya. Semua terlihat damai dan layaknya sejahtera.

Saat aku mulai tumbuh semakin besar dan menapaki dunia luar, tak lagi menetap di bawah atap yang penuh kehangatan, ada yang nampak ganjal dalam penglihatan. Namun, usiaku belum sampai pada titik itu sehingga tak mampu memahami apa yang sedang terjadi.

Tak sengaja memori itu terulang pada tahun-tahun berikutnya, saat mataku membulat melihatnya, tanganku mengepal mendengarnya dan hatiku teriris menyaksikan segalanya. Singkatnya, negaraku sedang tidak baik-baik saja.

Pancasila yang selalu dilafalkan, hanya dianggap teks yang tak bermakna. Nilai-nilai yang terkandung di dalamnya, telah lama tak tercermin dalam kehidupan kita. Fondasi bangsa mulai terancam runtuh oleh para penguasanya. Dan rakyat hanya diam, entah tak peduli atau suaranya tak digubris lagi.

Aku masih tak bisa apa-apa, aku belum mampu turun dan berada di tengah-tengah aksi para pejuang rakyat. Aku masih tak mampu berlari mengejar hak rakyat yang ditindas oleh negeri sendiri. Aku masih belum mampu duduk di dalam sana dan bersuara akan kebijakan yang perlu diperbaiki. Maaf, aku masih perlu belajar untuk sampai pada titik memperjuangkan keadilan di depan manusia yang pangkat dunianya jauh di atas sana.

Inginku berteriak, namun untuk apa?
Ingin marah, tapi tak berguna?
Ingin kabur, lantas rumahku bagaimana?
Di sini ku lahir, maka di sinilah kisah ku akan berakhir. 

Menjadi dewasa tak semudah itu, kawan
Menjadi penguasa juga tak segampang itu
Rakyat telah menjadi tanggung jawabnya
Lalu ke mana kau lari dari amanah yang dititipkan padamu?

Anak muda yang tak lagi peduli
Sibuk mencari kesenangan duniawi
Hingga lupa tentang kisah akhir hayatnya nanti
Apakah telah berguna untuk bangsa dan negeri?

Maunya tutup mata, agar tak perlu tau tentang segalanya. Namun semakin banyak yang tutup mata, banyak pula yang makin semena-mena. Pecundang makin berkuasa, Si bijaksana mundur  ditelan usia. Lalu generasi muda ada di mana? Sembunyi atau masih setia menutup matanya.

Guyuran hujan terus membasahi bumi, bagaikan tangis yang tak lagi tertahan. Apa yang telah diperbuat, itulah yang akan dituai. Berharap dunia akan baik-baik saja walau bangsa ini masih berjuang untuk kesejahteraannya. Berharap semua segera membaik agar tak ada waktu yang terbuang sia-sia.

Generasi yang dilahirkan, semoga memberi perubahan bagi negara yang memberinya kehidupan. Tak ada kata terlambat untuk berjuang, tak ada kata mundur sebelum menang, tak ada kata kalah selama semangat masih membara, dan tak ada kata menyerah walau nyawa taruhannya.

Nyatanya sebesar itu rasa cinta tanah air yang seharusnya tergambarkan. Inilah jihad kami untuk memperjuangkan persatuan dan kemerdekaan bangsa. Kami tak takut pemberontak, kami hanya takut kepada Sang Kuasa yang menciptakan segala yang ada.

Dialah Allah SWT pemilik segalanya.

***

Silahkan meninggalkan jejak!
Thank You ❤️

𝐒𝐚𝐲𝐚 𝐁𝐞𝐫𝐧𝐚𝐫𝐚𝐬𝐢Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang