bagian V

59 2 2
                                    

"Anda siapa?" tanya yang terlontar dari mulutnya sarat dengan nada bosan.

"Ah, maaf. Kamu mirip sekali dengan Tokito Yuichiro, jadi kupikir kamu adiknya," ujar Tanjiro malu.

"Oh."

Tanjiro tak akan menyangkal kalau emosinya mulai tersulut oleh laki-laki yang saat ini duduk di depannya tanpa peduli dengan kondisinya yang masih setia berdiri layaknya orang bodoh.

"Ano, boleh saya duduk?" tanya Tanjiro mencoba bersabar menghadapi adik kelasnya tersebut.

"Tidak."

Singkat, padat dan nyelekit. Itulah yang dirasakan oleh Tanjiro, kembaran dari Yuichiro ini lebih membuat kesal dirinya daripada sang kakak yang terkenal bermulut pedas.

Tak lama dari arah belakang, Yuichiro datang dengan nampan berisi minuman, berjalan ke arah meja yang di singgahi Tanjiro.

"Loh, Nee-san kenapa masih berdiri? Ah, apakah Mui membuat Nee-san kesal?" tanya Yui tersenyum polos sedangkan perempatan imajiner mulai muncul di dahi Tanjiro.

"Ie, nah Yui kenapa adikmu duduk sendirian apakah Mui-kun belum menemukan teman?" Tanjiro menoleh ke arah sang sahabat dengan senyum manis.

"Haha, Nee-san jangan marah sama Mui, dia memang begitu ke semua orang yang baru pertama kali bertemu." Yuichiro mencoba menjelaskan sifat sang adik kembaran saat melihat wajah kesal sang sahabat.

Tanjiro hanya mengangguk kecil, ia sebenarnya tidak terlalu marah hanya sedikit kesal, tidak ingin memperpanjang masalah Tanjiro mengambil tempat duduk yang berhadapan langsung dengan Tokito Muichiro.

Sedangkan di stan makanan Zenitsu dan Inosuke yang sedang mengantre membeli makanan, sayup-sayup mendengar percakapan beberapa orang yang duduk tidak jauh dari tempatnya berdiri.

"Kalian tau?"

"Apa?"

"Studytour yang akan diikuti kelas Vlll kali ini katanya mau mengunjungi pergelaran seni yang ada ...."

Zenitsu yang dengan serius mendengarkan percakapan tersebut, seakan nalurinya mengingatkan mungkin sesuatu yang buruk mungkin bisa saja terjadi.

Otak Zenitsu sudah tidak bisa berpikir positif, apalagi setelah mendengar percakapan dari beberapa siswi yang tidak sengaja didengarnya tadi membuat detak jantungnya berdetak kencang.

Inosuke yang melihat wajah pucat Zenitsu memandang khawatir, perasaan tadi ini anak baik-baik aja kenapa sekarang keliatan sakit mana keringat bercucuran kayak orang berlari berkilo-kilo meter.

"Zen!" Tepukan kencang yang didapatkan Zenitsu dari Inosuke membuatnya kembali mendapatkan kendali tubuhnya.

"Ino, kayaknya gue kagak bisa istirahat bareng, gue baru ingat ada keperluan sama anak PMR." Zenitsu memberikan nampan yang sedari tadi ia pegang ke Inosuke yang berdiri di sampingnya.

Dengan buru-buru Zenitsu berjalan keluar kantin tanpa menghiraukan teriakan Inosuke yang memanggilnya seperti orang kesetanan.

Inosuke berniat untuk mengejar sahabat kuningnya tersebut tetapi ibu penjaga kantin sudah mengulurkan tangannya mengambil nampan yang tadi sempat di berikan Zenitsu.

Tidak mungkin Inosuke pergi gitu aja, tapi perasaan gelisah yang dirasakan Inosuke membuatnya tidak tenang.

Iris hijau muda Inosuke memandang sekeliling kantin untuk melihat tempat duduk Tanjiro yang mungkin bisa ia mintai tolong, tapi itu tidak mungkin karena tempat duduk Tanjiro dan ia berdiri terlalu jauh.

Jeda Yang HilangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang