bagian lV

78 7 4
                                    

Di dalam ruang kelas Vlll-5 terlihat murid-murid yang sibuk memandangi kertas formulir yang baru saja dibagikan oleh wali kelas mereka.

"Baiklah anak-anak, itu adalah formulir untuk pergelaran seni yang akan diadakan seminggu lagi. Sensei harap kalian memberikannya kepada orang tua untuk mendapatkan persetujuannya,"  ungkap Iruka sensei dengan tegas.

"Ne, Tanjiro? Lo niat untuk ikut pergelaran seni yang dikatakan Iruka sensei?" bisik Zenitsu dari arah sampingnya.

Tanjiro memandang formulir yang tergeletak di depannya dengan kernyitan dahi yang dalam sebelum menoleh ke arah Zenitsu.

"Belum tau, aku harus menduskusikannya dengan Oka-san tapi, terlalu aneh tidak sih? Untuk mengikuti pergelaran seni padahal kita baru saja memulai pembelajaran," resah Tanjiro yang memikirkan nilai akademiknya.

Inosuke yang tepat duduk di belakang Tanjiro membalas, "Itu tidak terlalu aneh, ingat bahkan kita bertiga juga akan ikut berkompetisi dalam kurun waktu kurang dari satu bulan, jadi mari kita ikut pergelaran seni, bukannya elo suka sama seni ya?"

"Itu benar, kapan lagi kita bisa menikmati kebebasan untuk berada di luar sekolah kalau bukan sekarang?" sahut Yuichirou yang ikut mendengar perbincangan ketiganya.

Ketiganya langsung menatap cowok yang duduk di belakang Zenitsu dengan rambut hitam panjang yang terlihat imut itu dengan pandangan horor.

"Astaga Yui! Jangan suka ngagetin, dong!" seru Zenitsu tajam sambil memegang dadanya.

"Agatsuma Zenitsu! Jangan berisik kalau tidak gantikan bapak ke depan biar bapak yang duduk di sana," sindir Iruka sensei menatap Zenitsu dengan tatapan tajam.

Zenitsu langsung diam selesai mendapat teguran langsung dari wali kelasnya, Yui yang berada di belakangnya hanya terkekeh kecil seolah-olah bukan dirinya yang menyebabkan gadis bersurai pirang yang dikepang setengah tersebut mendapatkan teguran dari senseinya.

Setelah suasana kelas kembali kondusif, Iruka sensei kembali melanjutkan perkataannya.

Jam pertama dihabiskan dengan pembentukan struktur kelas yang akan mengkoordinir kelas untuk satu tahun pembelajaran, dimulai dengan pemilihan perangkat kelas serta jadwal piket yang tidak kelewatan.

Untuk tahun ini kebetulan Tokito Yuichiro terpilih menjadi ketua kelas Vlll-5 atas usul dari Agatsuma Zenitsu yang sepertinya memiliki dendam kecil kepadanya.

"Yui, selamat ya! Untuk satu tahun ke depan tolong bimbing kelas kita ketua," seru Zenitsu dengan senyum lebar.

Tanjiro dan Inosuke tertawa kecil saat melihat wajah masam dari laki-laki yang terkenal suka berkata tajam tanpa melihat kondisi.

"Ne-san, Yui juga menunggu kontribusi dari wakil ketua Vlll-5, untuk satu tahun ke depan mari kita berjuang bersama!" Zenitsu langsung cemberut mendengarnya, ingin hati untuk memberi pelajaran kepada Yui malah dia sendiri yang terkena getahnya.

"Ma, tidak perlu bertengkar karena kita berempat juga terpilih menjadi perangkat kelas jadi, mari kita memberi yang terbaik untuk kelas ini," ujar Tanjiro menengahi perdebatan ke duanya.

"Tapi Kentarao, mari kita bertukar peran! Gue mau jadi sekretaris dan elo jadi bendaharanya," mohon Inosuke sambil menyeringai.

"Jangan! Gue kagak mau ini kelas hancur sama lo ya babi, gue masih ingat waktu kita kelas tujuh lo pernah salah menulis rumus kimia, ya! Dan bisa dipastikan nilai kita semua anjlok," seru Zenitsu menatap sahabatnya itu dengan sinis.

Ia masih mengingatnya saat satu kelas mendapatkan nilai merah dari ulangan harian waktu itu sampai guru mereka mengecek ulang catatan siswa-siswinya, dan seperti yang diduga Inosuke yang waktu itu mendapatkan amanat untuk menulis di depan kelas ternyata salah menulis rumusnya.

Dan yang paling menyebalkan adalah Inosuke tidak merasa bersalah sedikitpun saat mereka harus mengulang kembali materinya.

"Itu benar, lagian ne-san termasuk spesies babi hutan yang suka mengamuk tiba-tiba dan peran ini cocok sekali diambil oleh orang seperti Hasibira Inosuke," cetus Yui yang langsung mendapatkan tamparan kasih sayang dari Inosuke.

"Daripada ribut kagak jelas gini, lebih baik ke kantin yuk!" ajak Tanjiro yang lelah dengan pertengkaran ketiganya.

Akhirnya mereka berempat langsung menuju kantin sekolah yang terletak di lantai pertama dan keempatnya harus menuruni tangga terlebih dahulu untuk bisa sampai ke kantin sekolah yang selalu ramai oleh murid maupun guru yang ingin makan siang.

Sepanjang perjalanan mata-mata penasaran dari murid tahun pertama tertuju kepada mereka berempat.

Bisikan pelan terdengar sampai ke telinga tajam Agatsuma Zenitsu yang membuat cewek berambut pirang itu mengernyit penasaran.

"Oh iya, bukannya adik kembaranmu juga menjadi murid tahun pertama ya, Yui?" tanya Zenitsu penasaran.

"Ah, iya. Ini tahun pertamanya setelah kembali dari luar negeri, Mui sendiri bilang ia tidak ingin mengambil kelas akselerasi padahal Mui itu tidak pernah mau dipisahkan denganku tapi entah kenapa sekarang ia lebih suka sendiri," keluh Yuichiro yang tertekan dengan kelakuan kembarannya tersebut.

"Waktu itu kita belum sempat bertemu dengannya 'kan? Apalagi tadi pagi terlalu banyak murid jadi tidak kelihatan yang mana adiknya Yui," ujar Tanjiro memiringkan kepala.

"Ya, mungkin nanti kita bisa berkenalan dengan adiknya si Yui," beritahu Inosuke sambil mengecek handphone.

Saat keempatnya sampai di pintu kantin, suasana kantin yang ramai dan berisik membuat mereka berempat menghela napas.

"Siapa yang mau pesan?" tanya Zenitsu dengan suara lemas.

"Kita bagi tugas aja, Inosuke dan Zenitsu yang pesanin makanan, Yui yang mesanin minuman, biar aku yang cari tempat duduk!" ujar Tanjiro yang langsung dilaksanakan oleh keempatnya.

Mereka berempat langsung berpencar, dan yang sialnya Tanjiro masih belum bisa menemukan tempat duduk yang masih kosong.

Kebetulan saat melirik ke pojok kantin, ada satu bangku yang hanya diisi oleh satu orang, jarak Tanjiro dan siswa yang duduk sendiri tersebut cukup jauh dari tempatnya berdiri tetapi Tanjiro merasa familiar dengan punggung siswa laki-laki yang rambutnya diikat tersebut.

Tanjiro mencoba mendekati satu-satunya tempat duduk yang masih kosong tersebut dengan senyum ramahnya.

"Umh, permisi? Apakah kami boleh duduk di sini, kebetulan kantinnya sedang penuh saat ini?" tanya Tanjiro ramah sambil memperhatikan siswa yang hanya asik memakan makanannya tanpa niat untuk membalas sapaan Tanjiro.

"Permisi ...." Tanjiro yang mulai kesal karena sapaannya tidak kunjung direspon mencoba menepuk pelan pundak dari siswa yang ada di depannya itu.

Muichiro yang merasa pundaknya di tepuk langsung mengangkat kepalanya, dalam sekali pandang ia bisa tau kalau orang yang berdiri di belakangnya adalah gadis yang menjabat sebagai ketua club kendo.

"Apa kamu Tokito Muichiro?" Tanjiro cukup kaget saat melihat rupa dari siswa yang ia ajak bicara.

Wajahnya sangat mirip dengan Yuichiro sahabatnya, sekali pandang mungkin sulit untuk membedakan keduanya tapi Tanjiro cukup yakin kalau anak laki-laki yang duduk di depannya adalah adik kembar dari Tokito Yuichiro.

~~~
Akhirnya Update juga 🙏

Siapa nih yang masih mantengin book yang jarang up ini, coba angkat kaki!

Ok sampai jumpa di chapter selanjutnya~

Bye🤡

Jeda Yang HilangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang