bagian lll

64 9 2
                                    

Tanjiro mengajak keduanya untuk menemui Himura sensei, guru yang mengajar mata pelajaran fisika yang juga menjabat sebagai pembina dari club kendo.

Ini tahun kedelapan mereka berada di bawah bimbingan Himura Kenshin, laki-laki yang berumur 37 tahun tersebut sudah menjadi pelatih kendo saat ketiganya masih berumur enam tahun. Alasan itulah yang membuat ketiganya memilih SMP Gakuen karena hanya sekolah ini yang menyediakan club kendo, serta jarak yang dekat dengan rumah ketiganya.

Mereka harus berjalan beberapa menit untuk sampai ke Shokuin-shitsu yang berada di sisi lain gedung, kesunyian yang panjang menemani perjalanan ketiganya. Biasanya ada Inosuke yang memecah kesunyian tapi hari ini kelihatannya gadis dengan rambut hitam panjang yang diikat ekor kuda longgar itu memiliki suasana hati yang buruk.

Ah iya, Inosuke sudah berjanji untuk melihat penyambutan siswa baru yang kebetulan ada seseorang yang ingin ia temui juga.

"Ne, menurut kalian tahun ini kita bisa mempertahankan piala bergilir yang sudah lima tahun berturut-turut ada di sekolah kita?" tanya Zenitsu khawatir.

Ia pernah mendengar dari kakak angkatnya kalau tahun ini SMP yang mengikuti turnamen kendo mengirimkan kandidat yang sudah pernah memenangkan pertandingan internasional.

"Lo khawatir karena rumor itu, kalau SMP yang mengikuti turnamen tahun ini mengirimkan siswa-siswi yang sudah pernah meraih kejuaraan internasional?" Inosuke mengajukan pertanyaan yang menurutnya tidak tau kebenarannya.

Zenitsu mengangguk pelan, rumor itu memang sudah menjadi konsumsi publik di SMP Gakuen. Bahkan beberapa murid mulai membandingkan permainan ketiganya dengan murid yang sudah pernah memasuki turnamen internasional.

Bagaimana pun, beban yang dilimpahkan sekolah untuk mereka bisa terbilang cukup berat, ketika sang juara bertahan kehilangan mahkotanya maka nama sekolah akan menjadi perbincangan buruk.

Kepala sekolah mungkin hanya mengucapkan semoga mereka berhasil, tetapi di balik katanya menyimpan makna yang hanya diketahui oleh mereka yang sedang berjuang.

Helaan napas berat terdengar pelan dari Tanjiro yang sedari tadi memilih diam.

Debaran jantung ketiganya meningkat saat mereka sampai di depan koridor yang mengarah langsung ke ruangan guru SMP Gakuen. Mereka sempat melemparkan lirikan satu sama lain seakan berkata siapa yang akan berbicara terlebih dahulu.

"Sumimasen, sensei kami bertiga sudah datang," sapa Tanjiro dari luar pintu sebelum ketiganya dipersilahkan untuk masuk.

Himura Kenshin, laki-laki dengan tanda luka berbentuk x di wajahnya terlihat frustasi di mejanya, tumpukan kertas dan buku yang berserakan menjadi pemandangan yang sedikit mengganggu.

Rambutnya yang terikat longgar bahkan sudah terlihat acak-acakkan.

"Kalian bertiga sudah tau kenapa kalian dipanggil?" pertanyaan tersebut langsung dilontarkan tanpa menunggu ketiganya bisa mengambil napas sejenak.

"Apakah ini tentang rumor yang sedang diperbincangkan, sensei?" tebak Tanjiro melirik kedua sahabatnya.

"Ya, sensei sendiri tidak mengambil pusing dengan rumor yang beredar tetapi kepala sekolah menaruh perhatian lebih atas rumor tersebut," setelah jeda sejenak Himura Kenshin melanjutkan kembali pembicaraannya, "Jadi kalian bertiga pasti paham apa yang harus kalian persiapkan, bukan?"

Ketiganya berbagi pandangan sebelum mengangguk mengerti.

"Baguslah, ingat jangan pernah termakan sama rumor yang sedang diperbincangkan. Sensei tidak akan mengirim kalian kalau kalian bertiga tidak memiliki kualifikasi lebih yang dipertimbangkan," celetuk laki-laki yang sudah membimbing ketiganya selama delapan tahun ini.

Jeda Yang HilangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang