Kaki mungilnya berlari tanpa arah, berlari sejauh mungkin apabila itu bisa membuatnya jauh dari siksaan untuk sementara waktu. Ia berlari sambil menangis, mengabaikan sakit di telapak kaki karena dirinya yang tidak memakai alas apapun, menurutnya sakit di telapak kakinya tidak sebanding dengan pukulan yang setiap hari Ia dapatkan dari paman sialannya itu.
Harry Potter, itu lah nama dari bocah mungil yang masih berumur tujuh tahun ini. Dirinya diasuh oleh paman Vernon dan bibi Petunia, bersama anaknya bernama Dudley. Katanya, kedua orang tua Harry telah meninggal dunia karena suatu insiden dan mengharuskan dirinya di asuh oleh keluarga Dursley.
Kehidupan Harry bersama keluarga Dursley tidak begitu bahagia, justru tinggal bersama keluarga Dursley adalah mimpi buruk bagi anak polos seperti Harry yang telah kehilangan orang tuanya dari umur satu tahun. Sebenarnya, lari adalah hal buruk yang Harry sesali, karena pasti saat kembali dirinya akan mendapat pukulan lagi dan lagi dari Vernon.
Meskipun begitu, disisi lain dirinya juga lega karena terbebas dari rasa sakit nya untuk sementara, setidaknya sebentar. Sebelum kembali ke neraka, Harry selalu berpikir kenapa hanya dirinya yang hidup sedangkan orang tuanya tidak hidup?
Bruk!
"Aw! Sakit..." adalah kata yang pertama kali di keluarkan Harry saat wajah nya mencium aspal karena tersandung batu. Ia mendudukan diri dan mengelus lututnya yang terluka. Beberapa detik kemudian Harry terisak ingin menangis.
"Are you okay?" tiba-tiba sebuah suara terdengar di telinga Harry, dengan mata yang berkaca-kaca. Harry mendongakkan kepalanya untuk melihat siapa yang mengajaknya bicara, dihadapannya berdiri seorang anak kecil yang memiliki kulit pucat dan rambut pirang platina yang tertara rapi memandang dengan muka khawatir. Lalu, mata anak itu melirik luka yang ada di lutut Harry. "Kamu terluka!" serunya dan berjongkok.
Tanpa berkata apa-apa lagi, anak itu membuka tas nya dan mencari sesuatu. Ternyata anak itu mencari plaster, lalu menempelkannya di luka Harry. Setelah terpasang ia mengelus lutut Harry sambil tersenyum, "sudah sembuh!"
Harry yang pipinya sudah dibasahi oleh air mata semakin menangis, anak itu panik karena Harry semakin terisak. Akhirnya anak itu memutuskan untuk menarik Harry dalam pelukannya dan menepuk-nepuk ujung kepala Harry pelan sambil membisikkan kata penenang.
"Shh, sudah jangan menangis, it's okay," bisik anak itu berhasil membuat Harry sedikit demi sedikit tenang.
Kapan terakhir kali Harry merasakan hangatnya sebuah pelukan? Mungkin sebelum dirinya kehilangan kedua orang tuanya, yang berarti sudah lama sekali, selebihnya Ia hanya mendapat rasa sakit. Ingin rasanya Harry tidak melepaskan pelukan anak itu, tapi dia hanyalah orang asing, tidak enak jika dirinya memeluk anak itu terlalu lama. Merasa sudah agak tenang, Ia melepas pelukan nya.
"Terima kasih," ucap nya sambil mengusap sisa air mata yang ada di pipinya dibantu oleh anak itu, membuat Harry kaget, betapa baiknya anak ini.
"Sama sama, siapa namamu?" tanya anak itu sambil tersenyum manis yang sedari tadi tidak hilang itu.
"Harry, Harry Potter."
"Nama yang bagus, aku Draco Malfoy. Salam kenal, Potter!" ucap anak itu yang ternyata bernama Draco Malfoy dengan mengulurkan tangannya dan dibalas oleh Harry.
"Sedang apa kamu disini?" tanya Draco, lalu ujung matanya melihat Harry yang tidak memakai alas kaki, "dan kenapa kamu tidak memakai alas kaki, Potter?"
"Ada sedikit masalah, tidak perlu khawatir," jawab Harry, "oh ya, kamu bisa memanggilku Harry," lanjut nya.
"Apakah boleh?" tanya Draco dan di jawab anggukan oleh Harry, "baiklah, Potter! Ups sorry I mean, Harry," keduanya pun tertawa bersama, Draco melihat sekeliling dengan hati-hati, membuat Harry mengerutkan keningnya bingung. Di rasa sudah aman, Draco tersenyum jail lalu menarik lengan Harry pergi dari sana.
"Kita mau kemana?" tanya Harry dengan wajah polos.
"Ketempat dimana yang bisa mengubah suasana hatimu, a secret place," Draco terkikik geli sambil terus berlari ke tempat yang di maksud. Saat sampai keduanya sibuk mengatur napas mereka.
"Sudah sampai."
Ternyata Draco mengajaknya ke taman komplek, disana terdapat beberapa permainan. Membuat mata Harry berbinar melihat nya, jujur seumur hidup Harry tidak pernah melihat beberapa permainan itu, mulutnya terbuka, menandakan ia kagum melihatnya, Draco yang berada di sampingnya terkekeh kecil melihat wajah Harry yang berseri-seri.
"Tunggu apalagi? Ayo kita main!" ajak Draco dan menarik tangan Harry untuk bermain disana.
Mereka bermain banyak hal disana, saat Draco sedang bermain dengan seluncuran. Harry berusaha menaiki ayunan dengan susah payah, namun bibirnya mengerucut karena kakinya mengambang membuat membuat dirinya tidak bisa mengayun.
"Drayy, bisa tolong bantu aku ayunkan ini? Kakiku tidak sampai," ucap Harry memelas dengan kaki yang di ayunkan berusaha mencapai tanah tanpa harus turun dari ayunan namun tidak bisa, karena kakinya terlalu pendek. Draco menoleh saat namanya di panggil dan langsung menghampiri Harry.
"Tentu," Draco pun mulai mendorong ayunan Harry, membuat yang duduk disana tersenyum sangat lebar menampakkan gigi-gigi yang masih kecil itu, Draco yang melihat wajah bahagia Harry ikut senang.
"Mr. Draco. Oh god, akhirnya aku menemukanmu!" ucap seseorang, membuat kedua anak itu menoleh ke sumber suara. Orang itu memegang pundak Draco dengan wajah lega. "Ayo pulang, ini sudah larut malam," ajak nya.
Draco memasang wajah sedih ke arah wanita yang memakai baju maid itu, lebih tepatnya pengasuhnya selama ini. Melihat wajah sedih Draco, wanita itu melirik Harry yang menatapnya dengan mata polos itu sebentar, lalu kembali memandang ke arah Draco dengan senyum manisnya.
"Kalian bisa bermain lagi besok, okay?" ucap wanita itu lembut sambil mengusap rambut pirang platina milik Draco, Draco menghela napas lalu mengangguk.
"Baiklah, tapi tunggu sebentar aku ingin berpamitan pada Harry," ijin Draco dan dijawab anggukan oleh wanita itu, kemudian pergi meninggalkan Draco bersama Harry.
Draco membalikkan dirinya menghadap Harry yang menatapkan sambil berkedip-kedip bingung, Draco mendekatkan dirinya pada Harry dan mengusap sayang anak kecil berkacamata yang baru Ia temui beberapa jam yang lalu, dirinya sudah menganggap Harry sebagai adik kecil nya.
"Aku pulang dulu ya, Harry. Kamu juga pulang lah, udara semakin dingin, nanti kamu sakit," ucap Draco dengan tersenyum, Harry pun ikut tersenyum meskipun tidak bisa di pungkiri Ia sedih Draco harus pulang, namun Ia sembunyikan, dan hanya mengangguk sebagai jawaban.
Draco berjalan meninggalkan Harry yang masih setia duduk di ayunan sambil melihat punggung Draco semakin menjauh, tiba-tiba Draco membalikkan badan dan berkata sesuatu dengan sedikit berteriak agar Harry mendengar nya.
"Harry, kamu memiliki senyum yang indah, jika kita bertemu lagi, tampilkan senyumanmu itu ya, aku suka!"
Harry mengerjapkan matanya, mencerna kata-kata Draco, Ia mengangguk dan tersenyum, "Tentu!" balasnya, Draco pun berbalik badan dan pergi sepenuhnya bersama pengasuhnya.
Harry bersyukur, setidaknya rencana kaburnya tidak begitu buruk karena bertemu dengan lelaki bernama Draco Malfoy.
Hai, ini fanfic drarry pertamaku, hope you like it!!
Mau tes ombak dulu, xixi
Selamat membaca!!
KAMU SEDANG MEMBACA
A Little Things [ Drarry ]
FanfictionDraco Malfoy dan Harry Potter adalah perpaduan yang sempurna, namun mereka terlalu sempurna untuk dunia yang bajingan ini. Start: 130323 End : BXB School life Non magic Out of character Alternative Universe Original story by @shishioya