Fuck! Fuck! Fuck!
Harry bergerak gelisah di tempat duduknya, Ia masih shock dengan apa yang terjadi tadi malam. Antara dirinya dan Draco! Dan Harry lebih panik karena Draco meninggalkan bekas yang cukup ketara dikulit putih Harry.
Sedari tadi Harry menutupi lehernya menggunakan tangannya, berpikir keras bagaimana dirinya akan menutupi bekas itu tanpa dicurigai orang orang, ayo berpikir Harry! Berpikir! Lalu sebuah ide terlintas dibenak Harry.
Ia menggebrak meja pelan lalu menoleh pada Hermione yang terjingkat kaget, hampir buku yang ada di genggamannya terjatuh, "Oh fuck! Harry!" kaget Hermione sambil mengumpat pada Harry, yang terkena umpatan tekekeh kecil.
Harry mendekatkan mukanya pada muka Hermione, reflek Hermione mundur melihat tingkah aneh temannya itu, "Mione, kau bawa concealer gak?" tanya Harry.
"Bawa, kenapa?"
"Pinjem dong!"
"Buat apa?"
"Sudahlah, ini urgent!"
Karena paksaan dari Harry, akhirnya Hermione membuka tasnya dan mengambil concealer miliknya, Harry langsung menyambar benda itu dari genggaman Hermione lalu berlari menuju kamar mandi.
Setelah sampai, dengan segera Harry memakai concealer milik Hermione ke kissmark yang dibuat oleh Draco di lehernya, akhirnya tanda itu tertutupi sempurna membuat Harry bernapas lega.
"Oh, disini ternyata kau, mate," ucap seseorang membuat Harry hampir melempar concealer milik Hermione karena kaget.
Harry melihat dari pantulan kaca, ternyata yang berbicara ada Ronald Weasley, temannya. Ia berbalik sambil tersenyum canggung, "sedang apa kau disini? Bukannya sudah bell masuk?" tanya Harry basa basi.
Sebelum menjawab, wajah Ron berkerut heran lalu mengangkat sesuatu yang ia bawa kehadapan Harry, "ganti baju? Kau tidak lupakan hari ini ada pelajaran olahraga?"
Mendengar ucapan Ron, mata emerald Harry membulat sempurna, ia benar-benar lupa jika hari ini ada pelajaran olahraga.
Siapa pun, bunuh Harry sekarang, sebelum dirinya mati ditangan Hermione dan Ron.
×××
Draco berjalan sedikit linglung sambil membawa buku di tangannya yang lumayan banyak itu, matanya memandang lurus lantai putih koridor sekolah. Lalu tiba-tiba Draco tersenyum seperti orang gila, Theo yang berada di samping Draco menatap Draco dengan tatapan aneh, temannya ini tidak gila kan?
"Mate, apa yang sedang kau pikirkan?" ucap Theo membuat lamunan Draco buyar lalu menoleh pada Theo, Draco menggeleng sebagai jawaban. "Kau seperti orang gila!"
Duk!
"Anjing!"
Sesuatu menghantam kepala Draco cukup keras hingga membuat tumpukan buku yang ia bawa jatuh dan berceceran di lantai, Draco memegang kepalanya yang terhantam sambil memasang wajah kesakitan. Sungguh itu sangat sakit, karena yang menghantam kepala Draco adalah sebuah bola basket!
Theo langsung mengambil kembali buku yang dibawa Draco, lalu seseorang menghampiri mereka dengan napas yang tergesa-gesa. Draco menoleh pada anak itu ingin marah tapi saat melihat siapa yang datang, marahnya kembali reda. Pemuda mungil yang sudah berteman dengannya hampir sepuluh tahun lamanya yang membuat Draco menghantam bola basket, mana bisa Draco marah?
"I—I'm sorry, Drayy." sesal Harry dengan nada gugup, Ia sedikit berjinjit untuk tangannya bisa menggapai puncak kepala Draco. Harry mengelus bagian kepala Draco yang sedari tadi sang empunya mengelus-elus, sudah dipastikan bagian itu yang terkena hantaman bola.
"Its okay, Harry. Gak terlalu sakit juga," ucap Draco menenangkan Harry yang sudah sangat panik, takut sahabatnya itu terluka lebih parah lagi.
"Ayo kita ke UKS," Harry menarik tangan Draco untuk pergi ke UKS tapi terhenti karena Draco menahannya.
"Tidak perlu, aku baik baik saja," Draco berbicara sambil mengambil bola basket yang baru saja mengenai kepalanya lalu Ia berikan kepada Harry. "Ini, udah sana kau sudah ditunggu teman-temanmu."
Harry menerima bolanya, dan menoleh kebelakang dimana dua temannya itu menunggu Harry dengan sabar. Lalu Harry kembali menghadap Draco dan menunduk, "beneran gapapa?" gumam Harry, Draco tersenyum lalu mengusap-usap kepala Harry.
"Liat, aku baik-baik saja!" Harry mengangkat kepalanya melihat Draco yang tersenyum, Harry mengangguk dan ikut tersenyum.
"Baiklah, sebagai permintaan maaf. Nanti aku yang akan memasak makan malam, oke!" setelah berbicara, Harry berlari kecil kembali kedua temannya, Draco melihat Harry yang seperti sedang dimarahi oleh kedua temannya, namun Harry hanya tersenyum bodoh sambil menggaruk belakang kepalanya.
"Memasak makan malam, huh?" sinis Theo, Draco mengalihkan atensinya pada pemuda Nott yang sedari tadi disebelahnya dan menyaksikan interaksi Draco dan Harry, "kalian tinggal berdua ternyata?!" lanjut Theo dengan nada kaget.
"Bukan sekarang, tapi nanti," ucap Draco dengan senyum di wajahnya, Theo menahan tawa lalu menghantam pelan dada temannya itu dengan buku yang seharusnya Draco bawa.
"You are so fucking falling in love, mate," ujar Theo dengan nada mengejek lalu jalan mendahului Draco, Draco yang mendengar nya tidak terima. Ia berlari kecil menghampiri pemuda Nott yang sudah agak jauh dari dirinya.
"No, I'm not!" teriak Draco.
"Yes, you are! Cepat, atau kita akan dimarahi oleh Prof.Mcgonagall. Drake!"
Karena perkataan Theo, Draco jadi semakin bertanya-tanya pada dirinya sendiri. Apakah benar dirinya menyukai Harry lebih dari seorang sahabat? Tapi itu tidak mungkin, Draco yakin seratus persen. Bahwa perlakuannya ke Harry hanya sebatas rasa peduli yang sangat besar untuk melindungi pemuda itu, tidak lebih, mungkin.
×××
"Oke, sekarang bisa jelaskan kenapa ada bintik merah di leher mu, Harry Potter?" tanya Hermione mengintimidasi, disebelahnya duduk Ron yang sudah melipat kedua tangannya di dada menatap Harry intens, pemuda berkacamata itu duduk dilantai melipat kedua kakinya. Sedangkan kedua temannya itu duduk di sebuah bangku panjang yang berada di koridor sekolah.
Sekarang Harry sedang di introgasi oleh kedua temannya karena tanda yang membuat nya pusing tujuh keliling tadi pagi berhasil diketahui kedua temannya karena pelajaran olahraga itu! Sungguh, jika tidak ada pelajaran olahraga dan Harry tidak harus berkeringat sehingga membuat tanda yang ia tutupi menggunakan concealer milik Hermione hilang.
Jadi disinilah ia sekarang, menunduk takut dengan tangan yang mengepal kuat. Bibirnya sedari tadi menggumamkan kata-kata kasar pada pemuda berambut pirang platina itu, yang tak lain adalah Draco Malfoy!
"Jadi, itu—anu, eumm," gumam Harry tidak jelas, ia bingung harus menjelaskan bagaimana.
"Jelaskan pelan saja, mate," ujar Ron yang melihat sahabat nya itu kelewatan gugup.
Bernapas dalam, Harry pun menjelaskan asal mula dan dari siapa ia mendapatkan bintik merah di leher nya itu, mendengar jawaban Harry, kedua sahabatnya itu membelakkan mata dan berseru.
"HAH?!"
"KALIAN BERPACARAN?"
"Tidak! Sungguh, apa apaan kalian berasumsi seperti itu," kesal Harry.
"Mate, sahabat mana yang berciuman dengan sahabatnya sendiri sampai seintens itu?" ucap Ron membingungkan Harry, Harry melamun sebentar meresap perkataan Ron. Lalu matanya membulat sempurna.
Jadi selama ini?!?!
Duh makin ga jelas aja jalan ceritanya 😫
Makasii udah baca!!
KAMU SEDANG MEMBACA
A Little Things [ Drarry ]
Fiksi PenggemarDraco Malfoy dan Harry Potter adalah perpaduan yang sempurna, namun mereka terlalu sempurna untuk dunia yang bajingan ini. Start: 130323 End : BXB School life Non magic Out of character Alternative Universe Original story by @shishioya