𝘂𝘁𝗼𝗽𝗶𝗮 (𝗻.)
" an imagined place or state of things in which everything is perfect. "
⤷ kumpulan cerita pendek Jung Haein x Kim Jisoo (HaeSoo) dengan berbagai macam latar belakang dan genre.
⚠️warning!
kemungkinan akan ada bagian yang mengandu...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Warning! ⚠️ Cerita ini mengandung kata-kata dan adegan yang tidak cocok untuk pembaca di bawah 17 tahun. Be a wise reader.
***
Aroma kopi menyeruak penciuman Nabi ketika ia memasuki sebuah cafe yang sore hari itu terlihat cukup ramai. Mungkin karena hari ini adalah malam minggu, dimana hampir semua orang akan menikmati akhir pekan mereka dengan berada di luar rumah setelah satu minggu sibuk dengan pekerjaan maupun sekolah mereka. Biasanya, Nabi tidak menyukai berada di tempat yang ramai dan bising. Namun untuk hari ini, Nabi bersyukur atas ramainya cafe itu karena ia tidak akan terlihat mencolok.
Setelah melihat sekelilingnya, Nabi akhirnya memilih sebuah meja untuk dua orang yang terletak di sudut cafe dengan penerangan yang sedikit redup. Setelah menyebutkan pesanannya kepada pelayan cafe, Nabi memulai pekerjaannya. Ia menyalakan laptopnya, mengamati satu titik di bagian ujung lain dari cafe tersebut sembari menuliskan beberapa kalimat pada laptopnya.
Dari tempat Nabi duduk, ia dapat melihat dengan jelas seorang pria berkacamata yang tengah menikmati coffee latte hangatnya sembari membaca sebuah buku yang sepertinya merupakan seuah buku sastra Inggris. Secara penampilan, pria itu terlihat seperti orang-orang pada umumnya. Kemeja putih santai dipadukan dengan celana bahan berwarna beige dan jam tangan Rolex yang Nabi yakini berharga lebih dari puluhan juta won yang dipakai oleh pria itu semakin memberi kesan bahwa pria tampan ini bukanlah pria biasa.
"Minuman favorit, coffee latte. Membutuhkan waktu hanya 30 detik untuk membaca satu halaman, yang berarti memiliki kemampuan intelektual di atas rata-rata. Kebiasaan, membasahi bibirnya dengan menjilat," Gumam Nabi sembari mengetikkan hal-hal yang berhasil ia amati dari pria tersebut di laptopnya. Terdengar mengerikan, memang. Namun itulah pekerjaan Nabi. Mengamati, mendekati, dan mengeksekusi. Cukup lama Nabi fokus dengan kegiatannya, hingga pria dengan comma hair tersebut menutup bukunya, terlihat sudah selesai dengan bacaannya tersebut.
Nabi menghela, menghentikan kegiatan mengetiknya. Jika pria itu pergi, maka pekerjaan Nabi sore ini sudah selesai. Tersisa satu pekerjaan besar yang akan ia lakukan di malam harinya. Sembari menunggu pria itu menghabiskan coffee lattenya, ingatan Nabi kembali berputar pada kejadian minggu lalu, dimana ia membuat sebuah keputusan besar dengan nyawanya sebagai taruhan.
"Ah, jadi begini rupa Kim Nabi," Tutur seorang pria paruh baya dengan sebuah cerutu terselip di jarinya. Pria tersebut mengamati Nabi dari ujung kepala hingga kaki, kemudian tersenyum puas sembari menghisap cerutu di tangannya. "Salah satu pembunuh bayaran terbaik milik Jingoo, teman lamaku," Lanjutnya, sebelum bangkit dari sofanya dan berjalan mendekati Nabi. "Kau tahu, Kim Nabi? Selama 40 tahun aku, Na Junho, bekerja di dunia kotor ini, baru pertama kali Jingoo mengirim seorang wanita kesini."
Pria paruh baya itu mendekatkan wajahnya ke ceruk leher Nabi, menghirup wangi lavender dari parfum wanita itu. "Katakan, sudah berapa kali kau tidur dengannya?" bisik Junho tepat di telinganya. Tidak mendapat respon apapun dari Nabi, Junho menyeringai. "Aha, apa mungkin kau dikirim kesini untuk tidur denganku-" Sebelum Junho berhasil menyelesaikan kalimatnya, Nabi yang sudah sangat jijik dengan pria di depannya itu dengan cepat menarik kerah Junho, dan mengarahkan pistol G2 yang ia sembunyikan di dalam jaketnya tepat di pelipis Junho, membuat anak buah dari pria dengan setelan pakaian penjara tersebut mengarahkan senjata mereka kearah Nabi.