"Aigoo! Mobil ini harus kujual sepertinya. Mobil ini kan hadiah perusahaan saat aku memperingati dua tahun bekerja disana",
"Park Sooyoung-ssi", Sooyoung membalikan tubuhnya kearah pagar rumahnya dimana dari luar sana terlihat seorang pria berumur berpakaian rapi berada di sana. Tidak, ahjussi ini bukan orang yang asing baginya. Tapi kedatangan ahjussi ini juga sama sekali tidak membuatnya senang.
Simpel, orang ini berkaitan dengan Vee-K corp dan... Pria ini supir pribadi dari Kim Vante sialan itu.
"Ada apa paman Choi?", Sooyoung berujar sembari membuka pintu pagar milik rumahnya.
"Ah ani. Hanya saja, nyonya besar ingin menemuimu", Sooyoung mengernyitkan keningnya. Sooyoung tahu jelas siapa nyonya besar yang dimaksud. Nenek dari mantan atasannya. Secara, Kim Vante sudah tidak memiliki ibu.
"Ada keperluan apa memangnya? Apa nenek Kim tak tahu bahwa aku sudah mengundurkan diri dan lag...",
"Cucuku sekarat karna ulahmu", suara itu berucap begitu kaca mobil sisi dimana si nenek duduk, turun. Sooyoung menatap sang nenek datar namun ia masih tahu sopan. Ia membungkukan tubuhnya sebagai tanda hormat. Sekalipun ia tidak senang dengan tuduhan yang diarahkan padanya.
"Apa yang anda maksud dengan sekarat? Aku tidak melakukan apapun. Lagi pula selama ini aku diperlakukan tid..",
"Aku tahu, nona Park! Aku tahu! Kau menyumpah serapahinya karna perbuatan buruknya padamu. Namun apa yang keluar dari mulutmu itu seperti mantra. Cucuku sekarat", Sooyoung menatapnya kesal. Sama sekali tak memercayai ucapan nenek tua ini.
"Halmeoni, jika kau melakukan ini hanya agar aku kembali bekerja sebagai sekretarisnya Vante-ssi maka jawabanku tidak. Dan usahamu sia-sia",
"Cucuku bisa mati jika kau tidak menemuinya", Sooyoung menganga tak percaya.
'Ini bukan adegan drama dimana seorang nenek memohon ke wanita pemeran utama agar tidak mencampakan cucunya kan?', pikir Sooyoung. Sooyoung menghela nafas kasar.
"Aku tidak tertarik dengan Vante, halmeoni. Kau pun tahu bahwa aku bekerja di perusahaan kalian karna utang ayahku", sang nenek mulai terbawa emosi. Tentu saja ia dalam situasi panik dan sialnya Sooyoung malah mempersulitnya.
"Ikut saja denganku sekarang", ketegasan terdengar jelas dalam intonasi kalimat nenek Kim.
"Tidak bisa halmeoni. Aku sibuk",
"Apa aku harus berlutut lebih dulu dihadapanmu?! Jebal!!",
......................................................................Dengan berat hati Sooyoung melangkah memasuki rumah mewah itu. Rumah yang tak pernah ia sukai. Rumah mewah harusnya menjadi rumah idaman bagi semua orang bukan? Bagi Sooyoung rumah kediaman Kim hanyalah sebuah bangunan yang ditinggali oleh manusia namun tak ada kehangatan sama sekali didalamnya. Aura rumah ini terkesan dingin. Ingat dingin ya, bukan adem.
Tak perlu untuk diarahkan, Sooyoung tahu persis seluk-beluk rumah milik mantan atasannya. Tanpa ragu ia melangkahkan kaki jenjangnya kearah kamar Kim Vante. Pria yang ia benci sepenuh hati selama tiga tahun ini.
Sooyoung membulatkan kedua matanya. Kim Vante terbaring tanpa memakai atasan. Tubuh berotot milik pria itu... Ah tidak Sooyoung membuyarkan focusnya. Garis-garis hitam itu terlihat asing pada matanya. Tidak bukan karna Sooyoung sudah tahu persis bagaimana keadaan ataupun proporsi tubuh mantan atasannya. Hanya saja terkadang Vante mengganti atasan saat dikantor seenaknya, didepan matanya.
Beberapa detik setelah itu Sooyoung memutar bola matanya dan tersenyum miring. Emosinya seketika naik.
"Hey, Kim Vante. Akal busuk apalagi ini?", mata milik Vante yang semula terpejam terbuka perlahan. Menatap Sooyoung tajam sambil meredam rasa sakitnya. Setiap untaian garis hitam pada permukaan kulit dari pinggang miliknya hingga bagian leher memberi rasa perih luar biasa. Seperti luka. Dan nafasnya sesak.
"K..kkau", Sooyoung mengerutkan keningnya lalu menatapnya aneh.
"Hey, nenek tidak ada disini. Tak perlu berakting", ujar Sooyoung santai sembari berjalan menuju jendela besar milik pria itu dan membuka gorden membiarkan sinar cahaya mentari masuk.
"Untuk ap..a kau kesin... Kesini?!", Sooyoung menghela nafas kasar.
"Haruskah kau berakting sejauh ini? Kau takut dimarahi nenek karna men tattoo tubuhmu ya?", ledek Sooyoung sembari tertawa datar.
Sooyoung sudah cukup muak dengan Vante. Tiga tahun sudah lebih dari cukup baginya. Ia sudah mengundurkan diri tapi di hari pertama setelah ia resmi keluar dari perusahaan itu, keluarga ini malah kembali merepotkannya tanpa tahu malu.
Vante terbatuk terus-menerus sembari mendudukan tubuhnya dengan kedua tangan yang menyentuh lehernya. Nafasnya semakin sesak dan bagian lehernya terasa seperti di cekik. Sooyoung perlahan merubah pandangannya. Pandangan matanya yang semula begitu datar berubah. Sooyoung mulai panik. Ia membeku ditempat tanpa tahu harus melakukan apa. Vante tidak bercanda, dan ini nyata.
"Sentuh cucuku", nenek Kim muncul sembari berucap kalimat yang begitu ambigu dan aneh bagi Sooyoung ataupun Vante.
"A... Apa? Sen.. sentuh?! Halmeoni gila ya?", tanya Sooyoung bingung. Nenek Kim semakin panik dan histeris.
"Cukup genggam kedua pergelangan tangan milik Vante! Nona Park! Jebal! Cepatlah!!", Sooyoung masih ditempatnya menatap bingung Vante yang mengerang kesakitan.
Sekalipun ia membenci Kim Vante, ia masih memiliki empati dan lagi... Sepertinya keadaan ini cukup darurat. Ia mungkin masih mengira Vante tengah mengelabuhi semua orang disini. Namun nenek Kim mampu membuatnya yakin.
Perlahan langkah kakinya membawanya menuju keberadaan dimana Vante terduduk. Di atas ranjang sembari merontah dan mengerang kesakitan. Dengan ragu ia mendudukan dirinya berhadapan dengan Vante dan mengulurkan kedua jemari lentiknya. Membuat jemarinya melingkar pada kedua pergelangan tangan milik Vante.
Detik selanjutnya matanya membulat penuh ketidakpercayaan. Sooyoung melihat dengan jelas bagaimana salah satu garis berwarna hitam yang membentuk akar pada bagian leher pria itu mengeluarkan cahaya berwarna putih selama beberapa detik dan begitu sinar itu redup, garis hitam menyerupai akar itu menghilang.
Baik ia maupun Vante keduanya terdiam dalam keterkejutan. Vante menatap kearah Sooyoung penuh keterkejutan lalu menarik tangannya dari wanita itu. Dengan buru-buru ia memundurkan tubuhnya membuat jarak antara dirinya dan juga Sooyoung yang masih mematung tanpa bisa memikirkan apapun.
"Park Sooyoung!
Kau! Kkau! Kau penyihir ya?!",
TBC
......................................................................Berikan komentar kalian tentang part ini ya! Jangan lupa vote dan juga follow akun author
Vote 50+ komen 20+ auto next part
KAMU SEDANG MEMBACA
THE CURSE ( VJOY ) M
RomanceKau mungkin tidak akan percaya. Wajar saja. Baik Park Sooyoung ataupun Kim Vante. Keduanya tak mempercayai apa yang terjadi diantara mereka. Sooyoung hanya terlampau kesal dan emosi ketika mengucapkan sumpah serapah yang keluar dengan mulus dan tul...