"Apa?! Dia bilang dia akan mencurimu dari Jin sunbae?!", Lisa memekik dalam pembicaraan keduanya. Hanya dia dan juga Sooyoung di sebuah cafe yang cukup ramai, milik Lisa.
Sooyoung mengangguk dengan wajah tidak senangnya.
"Bukankah itu kurang ajar? Saking tidak sukanya ia padaku sampai tidak merestuiku dengan sepupunya", ujar Sooyoung lalu menyeruput ice cafe latte miliknya. Lisa menggelengkan kepalanya dengan cepat merespon.
"Aku rasa konotasi mencuri yang ia maksud tidak sama sekali menunjukan bahwa ia membencimu, Soo. Gila! Ini benar-benar gila! Tapi entah mengapa ini membuatku bersemangat!", mata milik Lisa berbinar. Menurutnya kisah Sooyoung belakangan ini sangat menarik.
Sooyoung menceritakan semuanya. Tentang bagaimana ia harus kembali bekerja dengan atasan menyebalkannya itu. Kecuali soal kutukan. Ia hanya mengatakan bahwa nenek Kim memintanya untuk kembali.
"Kau gila? Bersemangat katamu? Tingkahnya semakin hari semakin aneh", protes Sooyoung. Lisa terbahak. Sooyoung benar-benar polos.
"Kau terlalu serius sekolah saat sekolah dulu. Lalu terlalu sibuk saat bekerja. Kau tidak paham apa maksud Vante?", Sooyoung menggelengkan kepalanya dengan wajah polosnya. Lagi-lagi Lisa menertawainya.
"Dia menyukaimu. Intinya begitu", Sooyoung mengernyitkan keningnya menatap Lisa dengan tatapan horor.
"Mana ada. Tidak mungkin. Tafsiranmu salah besar!",
"Waktu akan membuktikan bahwa ucapanku benar", balas Lisa santai. Sooyoung mengendikan bahunya.
"Jadi besok kau akan berkencan dengan Jin sunbae?", ekspresi wajah milik Sooyoung langsung berubah. Rona di wajah cantiknya dan sorotan matanya yang berubah. Lisa menghela nafas lalu tersenyum simpul.
"Oh astaga kau benar-benar jatuh cinta. Apa Jin sunbae sudah memberikan kepastian?", Sooyoung tampak berpikir.
"Ia bilang bahwa ia menyukaiku", Lisa membelalakan matanya dan tersenyum lebar.
"Menyukaimu bukan berarti akan memacarimu loh", ujar Lisa.
"Dia bilang aku cantik",
"Oh astaga! Kisah cinta pertamamu baru saja akan dimulai Soo! Heol, Sooyoung dikejar dua pria tampan!", ledek Lisa.
"Omong kosong! Vante itu membenciku. Dan dia berbanding terbalik dengan Jin oppa yang begitu tampan, hangat dan baik", Sooyoung mengulum senyumnya. Rona merah diwajahnya semakin memerah begitu membayangkan Seokjin.
"Ah iya. Buatkan aku ice cafe latte untuk di take away. Double shot dan aku ingin memesan satu croissant keju dan satu spinach quiche", lalu Sooyoung mengeluarkan kartu miliknya kepada Lisa. Lisa mengernyitkan keningnya.
"Hey kau mau pulang lalu meminum kopi lagi? Jangan merusak tubuhmu Soo", tegur Lisa. Sooyoung menggelengkan kepalanya.
"Siapa bilang untuk diriku sendiri? Itu untuk Vante sialan", Lisa melebarkan kedua matanya.
"Vante? Ini Sabtu malam dan...",
"Ia menginap dirumahku", Sooyoung menutup bibirnya sendiri dengan telapak tangannya. Mulut milik lisa menganga. Terkejut.
"Dia menginap?! Kau gila?! Dan kau menyukai sepupunya. Vante itu seorang pria!", Lisa merasa ini bukan hal yang baik.
"Dia sedang sakit", bohong Sooyoung. Tapi bukankah memang benar pria itu memang akan sakit secara mendadak karna kutukannya?
"Kau bahkan berbohong padaku sekarang Soo! Dia sakit dan kau membelikannya segelas es kafein?", Sooyoung menggigit bibirnya gusar. Jelas Lisa tidak akan memercayainya sekalipun ia cerita semuanya. Kutukan? Jaman modern seperti ini siapa yang percaya?
"Pilih salah satu dari keduanya. Kau tidak bisa seperti ini", tegur Lisa. Sooyoung menghela nafas kasar menatap Lisa dengan wajah sebalnya.
"Bukan begitu... Ini tidak seperti bayanganmu Lis", Lisa mengangguk mencoba memercayai Sooyoung. Wanita itu bangkit dari kursi yang ia duduki sebelumnya sembari meraih kartu milik Sooyoung.
"Sebentar aku akan meminta mereka menyiapkan pesananmu dan...
Soo, kau teman terbaikku kau tahu? Choose one. Don't tryna be a player",
......................................................................
Sooyoung mengedipkan kedua matanya beberapa kali begitu masuk kedalam rumahnya. Mencoba menajamkan indera penciumannya. Ia membelalakan matanya. Tak salah lagi, aroma masakan. Sooyoung bergegas cepat memasuki dapur rumah miliknya. Pria itu masih ada dirumahnya, terlihat baik-baik saja dan bahkan tengah memasak.
Sooyoung memutar bola matanya malas. Sempat kagum dengan aroma masakan yang dihasilkan oleh pria itu. Namun lagi-lagi ia teringat dengan kata-kata pedas pria itu. Lalu teringat tahun lalu ia dipaksa untuk privat memasak oleh Vante. Dan pria itu memaksanya untuk membuatkan makan siang pria itu selaku atasannya. Dengan alasan 'bosan dengan makanan restoran'.
"Kau bisa memasak, lalu kenapa kau tidak membawa bekalmu sendiri saja tahun lalu? Dua bulan penuh kau membuatku repot", Sooyoung berujar penuh kekesalan sembari mengeluarkan ice cafe latte milik Vante.
"Cafe latte? Punyaku bukan?", tak merespon sama sekali kalimat yang Sooyoung lontarkan sebelumnya.
"Eoh. Aku membelinya. Croissant itu juga punyamu. Quiche juga",
"See? Kau mengaku benci padaku tapi kau membelikan ini padaku", Sooyoung meraih sebuah tissue lalu meremasnya dan melemparkan tissue tersebut pada Vante dengan rasa kesal.
"Omong kosong! Kau lupa kau mengirimkan 73 pesan untuk menitipkan ini?!", Vante mengulum senyumnya lalu menuangkan ayam asam manis buatannya pada sebuah piring. Pria itu terlihat melepaskan apron berwarna pink milik Sooyoung dari tubuhnya lalu menggantungnya kembali ketempat sebelumnya. Meletakan masakannya pada meja makan. Lalu kembali berjalan mendekati Sooyoung yang masih berada didapur dan sibuk dengan microwave. Memanaskan roti titipannya. Dengan tujuan mengambil ice cafe latte nya.
Sooyoung membelalakan matanya ketika Vante tiba-tiba terlihat kehilangan keseimbangan. Pria itu hampir menjatuhkan ice cafe latte miliknya. Sooyoung dengan cepat meraih lengan pria itu dan meraih ice cafe latte tersebut. Ekspresi tersiksa dari pria itu kembali muncul kepermukaan. Sebernak rasa bersalah kembali muncul pada perasaannya.
"Kau baik-baik saja?", tanya Sooyoung. Vante berusaha menahan rasa sakitnya.
"Saat kau pergi tadi aku berhasil melewati rasa sakit dan sesaknya tanpamu. Aku akan baik-baik saja", Sooyoung berjalan mendekati Vante kedua tangannya terulur. Sebuah pelukan, hanya itu yang bisa Sooyoung tawarkan untuk mengangkat rasa sakit itu. Vante memundurkan tubuhnya.
"Jangan lakukan apapun. Aku akan meminta bantuan jika menyerah", pinta Vante.
"Kau tersiksa, kau bisa mati",
"Bukankah itu yang kau mau?", Sooyoung terdiam. Kalimat yang Vante ucapkan membuatnya terdiam. Perasaannya tidak nyaman dan rasa bersalahnya kian membesar.
"Aku harus mencoba mengatasi ini semua sendirian. Bergantung pada orang lain itu berbahaya", Vante mengerang kecil setelah itu. Menahan rasa sakit, panas dan sesak yang begitu menyiksa. Nafasnya terengah, wajahnya memucat.
"Apalagi jika orang itu akan segera menjadi milik orang lain",
"Eh? Bukankah kau bilang akan mencurinya dari orang itu?", Sooyoung berniat untuk bergurau namun beberapa detik kemudian ia tersadar. Mencerna kalimat yang Vante ucapkan terakhir.
Sooyoung melebarkan kedua matanya. Otaknya mulai bekerja.
'Jadi apa yang Lisa katakan itu benar? Kim Vante menyukaiku? Apa-apaan ini? Tidak mungkin! Aneh sekali!',
TBC
.............................................................Mbak Soo pekanya lemot ih wkwkwkwk. Jangan lupa vote n komennya.
50+ vote 20+ komen auto double up ya! Jangan lupa follow akun author juga ok?
KAMU SEDANG MEMBACA
THE CURSE ( VJOY ) M
RomanceKau mungkin tidak akan percaya. Wajar saja. Baik Park Sooyoung ataupun Kim Vante. Keduanya tak mempercayai apa yang terjadi diantara mereka. Sooyoung hanya terlampau kesal dan emosi ketika mengucapkan sumpah serapah yang keluar dengan mulus dan tul...