14: Losing

363 83 16
                                    

Christmas Eve 2019

"Kang Daniel! Aku sudah bilang tidak mau iku...",

Sooyoung membuka mulutnya tak percaya dengan mata melebarnya. Dalam beberapa bulan ini pria itu tak pernah muncul dihadapannya lagi. Memangnya mengapa mereka berdua harus bertemu?

Sooyoung berdehem menetralisir keterkejutannya.

"Ayahku memintaku untuk menjemputmu makan malam bersama dirumahku", Sooyoung mengedipkan matanya beberapa kali. Ia tidak dalam keadaan siap untuk kemanapun. Ia hanya memakai Hoodie kebesarannya yang berwarna peach dengan celana pendek rumahan dan kaos kaki bercorak kekanakan dikakinya.

'Sial!',

Sooyoung mengumpat tentang penampilannya. Haruskan ia berpenampilan sekonyol ini dihadapan pria tampan yang bahkan menyebalkannya muncul disaat yang tidak tepat.

"Sebentar, Vante-ssi. Aku..",

"Aku dan keluargaku tidak menerima penolakan apalagi karna nama yang baru kau sebutkan tadi", Vante berujar tegas dengan wajah tidak senangnya. Sooyoung semakin bingung.

'Ia sedang menawarkan kebaikan atau sedang memaksaku untuk makan bersama mereka sih?',

"Kau mau makan malam dengan pakaian seperti ini?", Sooyoung tersadar dari pikirannya yang sibuk bergumam lalu menggeleng dengan cepat.

"Sebentar",

'Koo Daniel. Itu nama kekasihnya?', malam natal yang meresahkan bagi Vante.

Oh maaf Vante-ssi. Kang Daniel nama pria yang baru saja disebut oleh Sooyoung dan Koo Daniel. Bukankah jika dibaca jadi kudanil?

Sudut milik pria itu terangkat tanpa sadar. Mata tajam miliknya melihat dari jauh, jelas pakaian yang Sooyoung pakai saat ini dan sarung tangan itu...

"Aku sudah siap", Vante mendatarkan wajahnya lalu mengangguk.

......................................................................

"Oh astaga! Akhirnya kau datang juga! Ayo sini!", Ji-won, nyonya Kim si nyonya rumah berujar begitu ramah. Wanita empat puluh tahunan itu bahkan berjalan dengan cepat memeluk Sooyoung.

Canggung, itu yang Sooyoung rasakan. Keluarga ini terlalu baik terhadapnya. Namun ia tak pernah merasa pantas diperlakukan sebaik ini dengan mereka. Sooyoung perlahan menaikan tangannya lalu membalas pelukan nyonya Kim.

"Jangan katakan apapun pada mereka. Terutama putraku. Kumohon!", Sooyoung mendapati beban begitu bisikan itu keluar dari mulut Ji-won. Sooyoung mengangguk mengerti dalam pelukan tersebut.

"Eomma! Dia bisa sesak nafas dibuatmu. Dan lagi.. Tidak bisakah kita makan saja? Kuahnya akan segera dingin",

"Benar kata putramu. Ayo makan. Sooyoung-ssi jangan malu-malu ok? Makanlah yang banyak", Sooyoung mengangguk dengan sopan.

"Terima kasih ahjumma, ahjussi sudah mengundangku kesini",

"Ah tidak. Putraku yang mengus..", ucapan nyonya Kim terpotong.

"Hukkk! Uhukk", wajah milik Vante memerah dan pria itu terbatuk. Sooyoung membelalakan matanya refleks meraih gelas berisi air tersebut dan mengulurkannya kearah Vante yang tersedak.

"Minumlah", mata tajam milik Vante menatap kearah Sooyoung lalu meraih gelas itu. Sentuhan tanpa disengaja diantara ujung jari keduanya memberikan sensasi aneh bagi Sooyoung. Atau bahkan Vante juga sama saja?

......................................................................

Ji-won baru saja membaringkan tubuhnya disamping suaminya. Keduanya berbaring berhadapan lalu tersenyum satu sama lain.

"Sayang, Vante akan segera mulai bekerja di kantorkan?", tuan Kim mengangguk.

"Ya. Memangnya kenapa istriku?",

"Jadikan Sooyoung sekretaris Vante",

"Ne? Sooyoung belum setuju dan...",

"Aku tidak mau tahu. Bagaimana caranya ia harus menjadi sekretaris Vante", tuan Kim memutar bola matanya kesal.

"Oh ayolah. Kau bahkan sempat berpikiran untuk mengadopsinya. Lalu sekarang kau ingin ia bekerja untuk kita", ujar tuan Kim.

"Sekarang aku ingin ia menjadi menantuku. Kau lihat? Anakmu tersedak namun gerak tangannya jauh lebih cepat untuk membantu putramu",

"Sayang. Mereka berdua masih sangat amat muda", tukas tuan Kim.

"Aku bisa pergi dengan tenang jika seorang wanita mampu mengurus putraku yang belum sepenuhnya dewasa",

"Jangan katakan soal pergi. Kau harus tetap hidup untukku ok?",

"Turuti dulu keinginanku yeobo! Jadikan Sooyoung sekretaris putraku",

......................................................................

24th January 2020
Sooyoung menatap sekeliling jalan dengan penuh kepanikan. Cahaya-cahaya lampu disekitar menghiasi Seoul seperti biasanya. Terjebak macet membuat situasi semakin runyam. Bisa-bisanya sahabatnya begitu konyol. Daniel terpeleset didepan rumahnya 20 menit yang lalu. Dan Sooyoung harus menyetir tanpa SIM dan Daniel sedari tadi merengek kesakitan membuat gaduh telinganya Sooyoung.

"DIAMLAH! ARGH!", Sooyoung berteriak kesal. Membuat Daniel menutup mulutnya dan memilih untuk menurut. Takut sewaktu-waktu Sooyoung akan menyerangnya dengan cara menekan keras bagian tangannya yang terkilir.

Begitu tiba dirumah sakit Daniel ditangani. Sooyoung menemani pria itu pada ruang IGD yang ada. Sampai akhirnya kegaduhan terjadi.

Dimana pasien yang baru saja sampai membuat seisi ruangan panik. Para dokter memasang wajah panik dan khawatir mereka. Dengan sigap berlarian berdampingan dengan brankar yang baru saja tiba.

Jantungnya hampir berhenti bekerja dengan nafas menggebu-gebu penuh kekhawatiran. Ditambah mata lentiknya berhasil mendapati sosok itu. Kim Vante, atasannya sejak dua Minggu yang lalu. Rencana nyonya Kim berjalan.

"Sajangnim. Apa yang terjadi?", Vante hanya memandanginya datar dengan wajah linglungnya. Sooyoung mengerutkan keningnya.

'Ahjumma... Kau harus kuat. Lihat putramu sekarang begitu terkejut akibat kau menyembunyikan ini semua',

"Ibuku...", Sooyoung tahu ekspresi apa itu. Ia tidak peduli jika setelah ini ia dianggap terlalu lancang. Sooyoung menjinjitkan tubuhnya menarik tengkuk pria itu untuk bersandar pada bahu sempitnya. Sooyoung memeluknya erat lalu menepuk pelan pria itu secara beraturan. Berharap setidaknya ia bisa menenangkan Vante.

Sooyoung tahu pria itu terpukul, pria itu mungkin ingin menangis namun rasa terkejutnya begitu kental hingga ia lupa bagaimana caranya mengekspresikan diri.

Sama sepertinya saat itu.

"Tu.. tuan Kim", Sooyoung melonggarkan pelukannya. Vante tertunduk tak berani merespon perawat yang baru saja memunculkan diri dihadapan keduanya.

"Aku tidak mau mendengarnya", Sooyoung memejamkan matanya singkat lalu memajukan kedua tangannya. Menutup kedua sisi daun telinga milik Vante. Tatapan milik pria itu kosong. Nalurinya memberitahu bahwa yang terburuk telah terjadi.

"Kau boleh bicara sekarang",

"Nyonya Kim Ji-won menghembuskan nafas terakhirnya pada pukul 19.41 KST",

TBC
.............................................................

Ga jadi triple wkwkwk. Besok author double aja. Jadi hari ini double besok malam double lagi. Enakan begitu kan? Wkwkwkwk

Vote 50+ komen 20+ author besok langsung double up deh

THE CURSE ( VJOY ) MTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang