January 25th 2022
"Pulanglah", Sooyoung menggelengkan kepalanya. Jam sudah menunjukan pukul 11 malam saat ini. Para tamu yang berbelasungkawa pun sudah pulang beberapa saat. Vante mendengus lalu mengusap wajahnya penuh emosi.
Perasaannya campur aduk. Pria itu tidak menangis sama sekali sejak kemarin. Pria itu hanya lebih datar.
"Aku atasanmu dan sekarang aku memintamu untuk pulang!", pria itu berusaha menarik Sooyoung yang masih terduduk disalah satu meja tamu. Sooyoung menatapnya singkat lalu menghela nafas kasar.
"Ini diluar jam kerja. Aku berhak mengatur diriku sendiri dan aku masih ingin disini", Vante menatapnya tajam lalu menghempaskan tangan yang semula ia tarik dengan kasar.
"Pergilah. Kumohon. Aku butuh waktu untuk sendirian", pria itu menunduk. Sooyoung menggeleng dengan keras kepala. Sooyoung bangkit dari kursinya lalu menggenggam telapak tangan milik pria itu. Berharap ia bisa menguatkan pria itu lewat telapak tangan mungilnya.
"Menangislah jika kau mau, sajangnim. Kau tak perlu bersikeras untuk terlihat kuat. Tidak ada siapapun disini", Vante meluruskan pandangannya dimana Sooyoung berdiri dihadapannya.
Nafasnya semakin sesak, wajahnya memerah dan matanya memanas. Ia menatap Sooyoung penuh kemarahan.
"Kenapa kau membantu ibuku merahasiakan penyakitnya?! Kau pikir Leukimia masalah sepeleh?! Wae?!", Vante meluapkan semuanya. Pria itu membentaknya bersamaan dengan air mata yang mengalir dari sudut mata milik Vante.
Sooyoung mulai terisak, bersamaan dengan Vante. Sooyoung jauh lebih tahu bagaimana rasanya kehilangan. Alasan utama ia menemani Vante atasannya? Karna pria itu menemaninya malam itu. Pria itu membuatnya tersenyum sedikit diatas rasa dukanya.
"Aku hanya melakukan apa yang ibumu minta. Ia tidak ingin kau khawatir", Sooyoung berusaha menjelaskan disela-sela isakannya. Vante masih menatapnya dalam mata basahnya dan wajah memerah penuh emosinya. Detik berikutnya pria itu tertunduk, seakan tak memiliki kekuatan untuk menopang tubuhnya lagi.
Sooyoung ada untuknya, ia menahan tubuh pria itu dalam pelukannya. Tangan lentiknya perlahan bergerak menepuk-nepuk pundak pria itu secara teratur.
"Luapkan emosimu. Kau akan baik-baik saja",
......................................................................
May 2020
"COVID sialan! Aku bisa mati jika begini terus! Work from home? Argh!", seorang pria dengan mata sipit dan kulit seputih salju itu menggelengkan kepalanya lalu kembali sibuk dengan video gamenya.
"Kenapa sefrustasi itu? Bukankah kau seharusnya lebih senang? Kau suka berada dirumahmu dan melakukan pekerjaan sembari bersantai, biasanya kan begitu", Yoongi berujar tanpa memandang wajah milik Vante sama sekali. Vante melemparkan tubuhnya ke ranjangnya lalu meraih ponselnya.
"Ya bosan saja", Yoongi terbahak.
"Kau menyukai sekretarismu kan?", Vante terduduk dengan wajah terkejutnya menatap Yoongi dengan tajam.
"Darimana kau tahu?", sergah Vante penuh keterkejutan.
"Terlihat jelas. Oh ayolah. Aku pun akan menyukai gadis sepertinya",
"Jangan pernah kau berpikiran untuk menyukainya!", ancam Vante.
"Wow wow wow. Tenang bro", Vante menatapnya tajam masih dengan ekspresi penasarannya.
"Kau yakin akan menikahi wanita yang... Maaf mungkin ini menyinggung. Diluar pesona cantiknya dan juga aura positifnya... Ia tidak sepadan denganmu. Kau paham maksudku bukan? Asal usul keluarga dan bibit bebet bobot menyebalkan itu. Untuk aku dan kau... Kau paham jelas lingkungan keluarga kita", Vante menghela nafas kasar. Tatapannya sayu.
Ia teringat dengan ibunya. Ibunya semula hanya anak dari seorang pengusaha bakery. Menikahi ayahnya yang sudah menggigit sendok emas sejak lahir membuat ibunya merasakan itu semua.
Dipandang rendah, dibicarakan, dikucilkan oleh keluarga pihak ayahnya sendiri.
Vante tak ingin Sooyoung merasakan apa yang ibunya rasakan. Ia ingin Sooyoung disegani, ia ingin Sooyoung diperlakukan spesial oleh semua orang selain dirinya. Ia tidak ingin Sooyoung terbebani jika Vante berhasil mendapatkannya.
"Aku akan mempersiapkannya. Aku akan membuatnya menjadi Nyonya Kim yang disegani", Yoongi menganga tak percaya dengan apa yang ia dengar. Yoongi melempar asal video gamenya dengan mata berbinar.
"Yya! Kim Vante! Aku tidak salah dengar? Kau membicarakan masa depan dengan seorang wanita?", Vante mengernyitkan keningnya menatap Yoongi datar.
"Apa yang salah?",
"Kau lupa kau siapa? Kau sang cassanova yang mampu membolak-balik..",
"Tutup mulutmu! Aku serius. Aku membutuhkan Park Sooyoung diseluruh hidupku",
......................................................................
Sooyoung terduduk dengan wajah terkejutnya. Sedangkan Vante pria itu datang mengunjunginya siang ini dengan belasan brosur yang ada ditangan pria itu. Keduanya terduduk pada sofa ruang tamu rumah Sooyoung.
"Silahkan pilih 5 terlebih dahulu diantara itu semua", Sooyoung membelalakan matanya.
"Sajangnim... Jika aku mengikuti ini semua aku tidak akan bisa bekerja secara maksimal",
"Tidak masalah aku mampu mengurus diriku sendiri", balas Vante. Sooyoung menggeleng keras. Selain karna rasa tanggung jawab atas pekerjaannya, ia juga merasa terbebani. Karna selama work from home Sooyoung banyak rebahan. Dan ini artinya ia akan kehilangan waktu rebahannya.
"Ani... Aku bisa mengerti jika kemampuan bahasaku harus ditingkatkan tapi golf, berkuda, dan memasak? Tidak ada kaitannya dengan pekerjaanku",
'Aku akan semakin jarang bertemu denganmu jika mengikuti itu semua", Sooyoung mengeluh dalam hati.
"Semuanya berkaitan. Ikuti saranku", Sooyoung menatapnya lemah lalu menghelakan nafasnya.
'Tentu saja berkaitan dengan pekerjaanmu. Pekerjaanmu kan mengurusiku seumur hidup', pikir Vante.
"Baiklah",
TBC
.............................................................Tinggalkan jejak kalian! Double up
KAMU SEDANG MEMBACA
THE CURSE ( VJOY ) M
RomanceKau mungkin tidak akan percaya. Wajar saja. Baik Park Sooyoung ataupun Kim Vante. Keduanya tak mempercayai apa yang terjadi diantara mereka. Sooyoung hanya terlampau kesal dan emosi ketika mengucapkan sumpah serapah yang keluar dengan mulus dan tul...