Penderitaan & Harapan..
"Empat beres.. dan tersisa dua lagi!" Ujar seorang gadis berpakaian serba hitam dengan noda darah sebagai hiasan bajunya.
Gadis itu menggunakan penutup wajah seperti topeng, ia tengah berjalan di atas genangan merah dengan tumpukan mayat yang ada di sepenjang lorong mewah tersebut, menatap datar dan dingin ke arah depan.
***
Sudah lebih dari 3 bulan elenio di sekap oleh dio, dan selama waktu itu, tindakan dio yang menyiksa elenio semakin tidak manusiawi, bagaimana tidak? Elenio dipukul, dibanting, dicekek, dan diseret seret seperti barang tak berkualitas, tak berguna, dan pastinya tak berharga.
Mungkin karna elenio tidak sedikitpun menunjukan tanda tanda bahwa ia akan patuh di bawah perintah dio, karna itulah dio menjadi semakin kesal.
Seperti saat ini, terlihat dio yang tengah memukuli elenio secara membabi buta dengan pipa besi, tentunya darah yang keluar dari tindakan itu tidaklah sedikit, apa lagi dengan posisi elenio yang tidak berubah sedikitpun selama 3 bulan ini, tangan dan kaki yang masih tetap terlakban seperti saat ia pertama kali berada di tempat penyekapan dio itu.
Elenio sendiri tentunya tengah berteriak sembari menangis histeris karna sakit luar biasa yang ia rasakan saat ini, meski begitu, dirinya tak sekalipun mengucap kata kata penghibur untuk meredakan amarah dio.
Contohnya kata kata seperti ampun, maaf, aku akan jadi penurut, tolong, hentikan, kira kira seperti itulah kata kata yang dapat menenangkan dio, tentu itu juga menjadi pantangan buat elenio mengucapkannya.
Harga dirinya menolak untuk mengucapkan kata kata yang menurutnya mendefinisikan orang yang lemah dan mudah di tindas, jujur.. elenio lebih memilih mati jika ia harus mengatakan kata kata tersebut.
Dio pun menghentikan aksinya saat melihat elenio hampir pingsan, ia mengangkat tubuh elenio secara kasar dan meletakkannya di atas ranjang kamar tersebut.
Dio mengambil satu baskom cukup besar yang berisikan air hangat beserta sarung tangan handuk, ia meletakkan dua benda tersebut di nakas samping ranjang tersebut.
Dio pun mulai mengobati luka yang ada di sekujur tubuh elenio, tentunya hal itu di lakukan dengan melepas ikatan pada diri elenio terlebih dahulu.
Dio memakai sarung tangan handuk itu dan membasahinya dengan air hangat, mengurangi sedikit kandungan air yang terserap di sarung tangan itu dan kemudian mengelap darah yang ada di tubuh elenio dengan sarung tangan itu.
Elenio yang tak punya tenaga untuk bergerak itu pun hanya bisa diam sembari menangis dan menahan sakit saat lukanya di tekan tekan dengan sarung tangan itu.
"Sakit?" Tanya dio dengan santainya masih sambil membersihkan badan elenio dari darah yang ada di tubuh itu.
Elenio hanya membalas dengan anggukan kuat masih sambil menangis, terlihat dio yang nampak membelai lembut rambut elenio dengan penuh kasih, menatap sendu wajah yang penuh luka itu
"Nurut sama kakak ya?" Bujuk dio dengan lembut dan perhatian.
Elenio masih tetap menggeleng dan seketika itu, belaian itu berubah menjadi jambakan kuat yang membuat elenio merasa kulit kepalanya akan terlepas dari tempatnya saat itu juga
"Kamu memang menguji kesabaranku ya, elenio!" Ujar dio dengan nada penuh penekanan, dio pun melepas jambakannya dengan kasar
"Sepertinya kekerasan tidak akan berlaku untukmu, tapi mari kita lihat jika kekerasan itu ada pada nasip orang lain" ujar dio yang kemudian menyuruh bawahannya untuk membawakan sesuatu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Glory Of Elenio [End]
FantasyDi sarankan untuk membaca seri novel [Abelano and the crazy FAMILY] dan [Aiyaz] terlebih dahulu karna adanya keterkaitan antara novel tersebut. Tapi jika tetap ingin membaca seri yang ini pun tidak masalah, karna keterkaitannya tidak terlalu mempeng...