part 18

48 4 0
                                    

Titik terang..

"Rumah singgah.." ujar rio begitu dirinya tiba di tempat tujuan, itupun tengah malam.

Rio pun mengetuk pintu rumah yang sudah sunyi itu, perlu mengetuk hingga beberapa kali sampai ada seseorang yang membukakan pintu, orang itu hanyalah remaja muda berusia 18 tahun dengan aura aura kepolosan yang hakiki.

Anak remaja laki laki itu nampak mengernyit bingung saat melihat kehadiran sosok rio yang berkunjung tengah malam seorang diri.

"Siapa? Dan ada perlu apa?" Tanya remaja itu polos

"Aku ingin bertemu dengan anak anak yang tinggal disini" jawab rio langsung pada intinya, remaja itu mengangguk dan mempersilahkan rio untuk masuk ke dalam rumah itu

"Apa anda ingin mengadopsi salah satu diantara mereka? Anak seperti apa yang anda inginkan? Laki laki atau perempuan? Berapa usia yang ingin anda pilih untuk anak anak itu?" Ujar remaja itu yang tengah menanyakan pertanyaan beruntunnya

"Aku tidak sedang berkeinginan untuk mengadopsi anak" jawab rio seadanya, membuat remaja di sampingnya kembali mengernyit bingung

"Seperti yang ku katakan tadi, aku ingin bertemu dengan anak anak yang tinggal di sini, hanya itu" ujar rio saat ia mendapat tatapan penasaran dari remaja itu

"Baiklah kalau begitu, saya akan mengantarkan anda ke kamar tidur anak usia 5 sampai 12 tahun terlebih dahulu. Anda ingin memasuki kamar anak laki lakinya dulu atau yang perempuan?" Tanya remaja itu, bersikap seolah dia adalah pengurus rumah singgah itu, mungkin memang benar dia pengurusnya? Yah... rio sendiri tak begitu peduli.

"Anak laki lakinya dulu" jawab rio berdasarkan naluri, rio dan remaja itu pun pergi berjalan menuju kamar anak laki laki yang ada disana.

Setibanya di dalam kamar itu, mata rio langsung menangkap sosok anak berusia sepuluh tahun yang sangat mirip dengan elenio, instingnya mengatakan bahwa anak itulah yang ingin di temuinya.

Anak yang pada jam 1 malam itu masih belum tidur karna membaca sebuah buku di tangannya dengan kacamata bening bergagang tipis yang menghiasi wajahnya, terlihat begitu tenang dan anggun

"Bisakah kau tinggalkan aku sendiri di sini? Ada yang ingin ku bicarakan pada anak berambut blonde itu"

Remaja itu mengangguk dan pergi meninggalkan kamar tersebut, memberikan ruang pada rio untuk berbicara pada anak yang ingin di temuinya itu.

Terlihat rio yang berjalan mendekati ranjang pribadi anak tersebut dan berdiri tepat di samping ranjang itu, anak laki laki yang merasakan kehadiran seseorang di sampingnya itu pun mengalihkan pandangannya dari buku dan mendongak ke samping untuk melihat sosok yang berdiri di sampingnya tanpa berbicara sepatah kata pun

"All memories are here" ujar rio dengan hati hati.

Anak itu tak langsung merespon, dia hanya menatap diam sosok rio, hingga beberapa detik kemudian.. anak itu memiringkan sedikit kepalanya dan tersenyum, senyum ramah dengan sorot mata yang licik, seolah olah mengatakan bahwa ia sedang mempermainkan seseorang di genggamannya.

Rio merasa horor dengan sorot mata anak itu, tapi ia memilih untuk tetap bersikap tenang dan biasa karna harga dirinya tak mengizinkannya untuk merasa takut pada anak kecil.

Anak itu membuka laci nakas di samping ranjangnya, dari dalam laci itu, ia mengeluarkan sebuah permen yang tidak di bungkus oleh mesin, jadi permen itu bisa di buka tanpa harus merusak bungkusnya.

Anak itu memberikan permen itu pada rio, dan diterima baik juga oleh rio, tapi tentu ia bingung apa maksud dari permen yang di terimanya karna anak itu memberikannya tanpa mengatakan apa pun, ia hanya tersenyum, itu saja.

Glory Of Elenio [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang