🌸Assalamualaikum🌸
Happy Reading🌸
DANDELION
Membenarkan hal yang salah dan bertindak seolah benar adalah hal paling memuakkan.
- BAGIAN DUA -
Mentari menyambut hari ini dengan senyuman manis, cuaca saat ini benar-benar cerah. Namun, berbeda dengan Sabina penampilannya sangat memperhatinkan, mata yang membengkak dan wajah yang pucat.
"Disaat aku menangis dan terluka dia malah pergi seolah gak ada yang perlu dibicarakan," lirih Sabina ketika melihat kamarnya yang kosong.
Ia melirik ke kanan dan kiri mencari handphone Suaminya yang ia lempar semalam. Namun, nihil handphone nya sudah tidak ada dan Sabina langsung menyimpulkan bahwa Suaminya pergi menuju Orang Ketiga itu.
Sabina segera mengambil koper yang selalu dia taruh diatas lemari, memasukan semua baju dan barangnya setelah itu ia segera memasuki kamar anaknya dan memasukan baju-baju serta keperluan anaknya kedalam koper.
"Bunda lagi apa?" Tanya Sera dengan raut wajah bingungnya.
"Bunda lagi nyiapin baju kamu, kita akan liburan di rumah Nenek," jawab Sabina sebari melirik ke arah anaknya.
"Bunda kenapa? Bunda sakit?" Tanya Sera ketika melihat wajah Sabina yang pucat.
"Bunda gak apa-apa, ayo kita pergi sekarang," titah Sabina sembari mengenggam tangan anaknya.
Didalam mobil Sera benar-benar kebingungan, terlihat dari wajahnya yang sedari tadi melirik ke seluruh arah seolah-olah mencari barang yang hilang.
"Bun, Ayah mana?" Tanyanya yang membuat Sabina memejamkan matanya untuk sesaat.
"Apa yang harus aku jawab?" Tanyanya dalam hati.
"Kenapa kita pergi berdua, Ayah mana?" Tanya Sera lagi, matanya bahkan sudah berkaca-kaca.
"Bun, Sera masih kangen sama Ayah, kok kita pergi sih? Ayah kesian kalau kita tinggal," keluhnya yang membuat hati Sabina berdenyut nyeri.
"Sera gak liat ya? tadi digarasi mobil Ayah udah gak ada, Ayah udah pergi kerja," jawab Sabina yang membuat air mata Sera menetes.
"Kerja? Kenapa Ayah gak bilang ke Sera biasanya Ayah kan suka peluk Sera dulu," keluhnya, ia memainkan jari-jari tangannya dan mengusap air mata yang semakin keluar.
Melihat anaknya yang menangis membuat Sabina tak bisa lagi menahan air mata, hatinya benar-benar dibuat remuk, bagaimana jika nanti Sera tau dan menggerti jika sosok Ayah yang dia banggakan tidak lebih dari seorang Pria berengsek yang mengkhianati mereka.
"Sera kalau mau nangis, nangis aja gak apa-apa jangan kamu tahan," ucap Sabina sebari mengusap lembut rambut anaknya.
Mendengar ucapan Bundanya membuat Sera tidak bisa lagi menahan tangis, ia menangis dengan kencang dan meraung-raung memanggil Ayahnya.
Hati Sabina semakin hancur, air matanya bahkan kembali keluar melihat Sang Buah Hati menangis, rasa sakit yang ia rasakan saat ini tidak akan pernah hilang bahkan untuk 10 tahun ke depan, rasa sakit ini akan selalu membekas dan tetap menjadi luka abadi.
Setelah melihat keadaan Sera yang mulai membaik, Sabina mulai menyalakan mobilnya dan pergi untuk menuju rumah orang tuanya.
Kedatangan Sabina dan Sera membuat Gina heran apalagi melihat mereka membawa koper dan dengan kondisi mereka yang terlihat tidak baik membuatnya khawatir.
KAMU SEDANG MEMBACA
DANDELION
General FictionAku hanya sepucuk Dandelion yang berusaha menjelma menjadi Kaktus ditengah gurun pasir. Berusaha untuk berdiri tegap meski dibawah badai dan terik matahari. ___________ "Maaf Bina". "Maaf? Apakah kamu bisa kembali ke masa lalu dan tidak membuat a...