Ch. 4 : Start Line

183 32 5
                                    

🎶 Palmy - Want to Cry Out Loud 🎶

Can I have just one day?
To do whatever I please
I will shout to the sky
Because I'm so happy
Let me get it out, I'm so jolly

☆☆☆

Nit!

Bunyi mesin scan memecah keheningan yang cukup kentara di lobi UPT Perpustakaan, seorang pemuda almamater abu melihat sekitar dengan senyum tipis hiasi wajahnya. Membeli secangkir Iced Americano di cafe kecil sudut kanan lobi, pemuda itu berjalan santai naik ke lantai 2 menuju ruang baca yang tak ramai pengunjung dan hanya dikhususkan bagi para mahasiswa.

Setelah beberapa menit sibuk masukkan tas ke dalam loker yang tersedia, ditambah berjalan kelilingi deretan rak-rak tinggi yang menguarkan aroma khas buku-buku lama, ia akhirnya temukan sosok yang dicari. Coba menahan senyum yang tanpa sengaja melebar, pemuda itu berdeham sangat kecil dan segera berjalan —harus tetap terlihat santai— hampiri Target.

"Ehem." Satu dehaman sedang ia keluarkan, mengambil atensi pemuda lain yang baru saja selesai menarik buku dari rak bagian tengah.

Kedua mata sipitnya sedikit membola dan bibir imutnya ditarik membentuk sebuah garis tipis, "E-eh, lu."

AAARGH, SIALAN!

"Sendirian aja? Perlu dibantu?" tanya Arka dengan mata lirik tumpukan buku tebal yang hampir tidak masuk ke dalam pelukan Si Lawan Bicara.

Arsa, nama pemuda di hadapannya, ikut melihat ke bawah dan mengangguk kecil setelah beberapa saat—

Asik, kesempatan!

—lalu menggeleng.

"Hah?" Oke, sepertinya ia harus pertimbangkan buat kamus khusus bahasa tubuh Arsa. "Sori, sori. Maksud lu gimana? Gue gak paham.."

Pemuda yang mengenakan kemeja putih alih-alih almamater khas mahasiswa fakultas teknik itu nampak sedikit menimang jawabannya, "Iya, gue sendirian; gue ngangguk. Tapi nggak papa, gue bisa bawa buku-bukunya sendiri; gue geleng."

"Aaaah, oke oke. Sekarang gue paham," Arka mengangguk, lalu setelahnya ikut menggeleng, "Tapi maaf, gue gak terima penolakan."

Dengan satu senyum miring kecil, ia sambar hati-hati tumpukan buku tersebut, buat Arsa terperangah dengan bibir imut dibentuk sedikit membulat sambil berucap:

"Kasian tangan lu kalo dibuat bawa berat-berat, meluk buku yang besarnya hampir dua kali ukuran kepala lu sendiri. Mending dibuat ngelakuin hal yang lebih berfaedah dan gak beratin lu aja; meluk gue contohnya?"




















Give Me Your Forever


















Srak.

Keadaan ruang baca di lantai 2 hari ini sangatlah sepi. Mungkin karena masih hari pertama semester baru, tapi memang tidak ada mahasiswa lagi selain sepasang pemuda yang tengah duduk di meja paling sudut ruangan tersebut. Lihat saja, bahkan bunyi membalik halaman buku yang terlihat pelan dapat terdengar begitu nyaring di telinga keduanya.

Garis tipis di bibir Arsa sedikit bergetar —meski pemuda di hadapannya tidak mengerti arti bahasa tubuh itu, tapi matanya tetap pancarkan ketertarikan.

Setelah beberapa halaman buku lagi dibaliknya, Arsa mulai tidak tahan dengan tatapan berdurasi lebih Arka dan buang napas pelan. "Lu ngapain sih ke sini? Ada perlu sama gue?"

Give Me Your Forever || SoobjunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang