Ch. 10 : Gak Nyangka?

139 13 2
                                    

🎶 Taylor Swift - Sparks Fly 🎶

The way you move is like a full on rainstorm, and I'm a house of cards
You're the kinda reckless that should send running, but I kinda know that I won't get far
And you stood there in front of me just close enough to touch
Close enough to hope you couldn't see what I was thinking of

☆☆☆

Sudah masuk hitungan dua minggu sebelum acara makrab, di mana Arsa daftarkan diri sebagai panitia tambahan dan saat ini berada di tengah-tengah diskusi panas antar koordinator seksi setelah survei lapangan dilakukan akhir pekan minggu lalu. Dia sebagai anggota bagian tentu miliki hak untuk sampaikan saran dan opininya, namun dengan atmosfer berat penuh debat berbobot seperti saat ini, yang paling ingin ia lakukan sekarang hanyalah pamit undur diri secepat mungkin.

"Sss... Ris, ini masih lama apa?" bisik Arsa pada teman sesama seksi di sebelah kanannya.

Yang ditanya ikut julurkan kepala mendekat tanpa putus kontak mata dari perdebatan di hadapannya, "kata gue, iya sih. Lagi panas-panasnya gini, bisa dua jam lagi kita balik."

"Anjir lah. Apa gak bisa berantemnya ditunda besok aja? Udah malem banget ini, bangsat!" Arsa meringis dengan satu bisik umpatan penuh dendam.

Haris sedikit mengendikan bahu sambil putar jengah kedua bola matanya, "yahh, namanya juga koor. Udah biasa kali, dikit-dikit beda pendapat. Mau gimana lagi, kita kan anggota doang. Cuma bisa ngikut."

"Lo gak ada niatan nengahin apa, Ris? Angkat tangan kek, kasih saran atau apa gitu. Biar kita cepet balik."

"Ya lo liat aja sekeliling lo, ada yang berani gak? Kalo lo bisa ngepalain, gue ikutin deh."

Ia menoleh ke teman-teman yang juga duduk bersila di sekitarnya, menemukan pikiran yang sama terpancar dari beberapa pasang mata di seberang sana. Satu hembus napas lelah ia keluarkan, meski hampir tak terdengar oleh siapapun karena besarnya suara perdebatan. Namun tak sama halnya dengan mahasiswa beralmet abu di sebelah Arsa. Pemuda jangkung yang semula hendak sampaikan opininya di tengah-tengah diskusi itu, seketika menutup mulut dan cairkan suasana dengan dehaman bervolume besar, buat seluruh pasang mata luncurkan tatapan bertanya ke arahnya.

"Ini masih lama gak? Gue laper anjir. Terakhir lu-lu pada bilang cuma dua jam, ini udh mau abis 4 jam anjir dari terakhir gue ngabarin bonyok gue," ujar Arka, tatap datar sesama koor yang kini duduk di tengah-tengah lingkaran seolah tidak sadar seluruh perdebatan ini hampir buat mereka adu jotos.

Naikkan satu alis seakan pinta kejelasan dari lontar kalimat panitia kesayangannya, Damar mulai berkomentar dengan kedua tangan bersedekap di depan dada, "Tapi ini penting? Ka, lo sebagai koor bisa baca situasinya kan sekarang? Gak bisa apa lapernya lo tahan dulu sebentar lagi?"

"Sayang banget njir nyokap gue bilang hari ini masak rendang ayam. Yang sabar ya perut..." satu hela napas berat Arka keluarkan, bersama sepasang bahu yang jatuh terkulai dan satu tangan elus perut.

Oho, Arsa sangat tahu ke mana arah pembicaraan ini sekarang. Jika tadi ia hanya ikut lontar tatap bertanya, kali ini ia mengerti tujuan Si Jangkung tiba-tiba beri komentar tidak pada tempatnya. Yang benar saja, bahkan pake segala pasang muka melas kayak anjing minta diadopsi?!? Arsa baru tahu kalau teman sekelasnya itu bisa sangat ekspresif.

Give Me Your Forever || SoobjunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang