Ch.1 : Tak Sengaja Bertemu

272 41 3
                                    

🎶 Crush - Tessa Violet 🎶

I can't focus on what needs to get done
I'm on notice
Hoping that you don't run

☆☆☆


"ANJIIR!" satu umpatan terlepas dari mulut seorang pemuda yang kini berjalan keluar kelas sambil regangkan kedua tangan, membuat sekumpulan mahasiswa lain di sekitarnya menoleh kaget.

Plak!

"Lu baru setengah badan keluar dari kelas, Hesa gila. Nanti kalo dosennya denger lu ngomong kasar, kena SP baru tau rasa."

Sederet omelan ia dapat dari gadis yang sejak tadi mengikuti dalam diam. Dengan cepat Si Pemilik Nama elus kepala sambil merintih dramatis, "Vanyaaa, jahat banget sih lo. Kalo otak gue nanti geser gimanaa!? Lo harus tanggung jawab ya kalo gue jadi noob!"

Gadis itu nampak tak merasa bersalah dan hanya angkat bahu santai, lebih pilih pura-pura tak dengar daripada meladeni tingkah random sahabat karibnya tersebut.

Merasa diacuhkan sepenuh hati oleh Vanya, Hesa lantas mengganti target. Seorang pemuda setinggi tiang yang sejak awal berjalan di sebelahnya dengan satu tangan pegang ransel di bahu kiri, kini akan jadi sasaran empuk dari keluhan tak mendasar Sang Sahabat.

"Arkaaaa~ Vanya tuh-"

"Gue lagi males balesin lo, Sa. Otak gue masih ngebul bekas ujian tadi, pending dulu bisa gak bacotnya?"

Mendengar jawaban Arka, Vanya dan seorang pemuda lain dalam kawanan itu sontak tertawa lepas. Disertai siul-siulan mengejek, Hesa langsung majukan bibir beberapa senti dan berjalan dengan kaki menghentak keras.

"Makanya, Sa, jadi orang jangan bawel. Cewek bukan, tapi mulut kayak kereta api gak ada stasiun. Ngoceh mulu!"

Hesa, "Diem lo, Fin! Lo juga bawel ya!"

"Weh, seenggaknya bukan gue yang dikatain bacot sama Arka," balas Jafin sambil julurkan lidah, buat Si Lawan Bicara menggeram kesal dan segera berlari mengejarnya di sepanjang koridor.

"Ati-ati kesandung nyamuk!" seru Vanya, tanpa ada niatan melerai sama sekali.

Ia jalan beriringan dengan Arka sambil sesekali terkekeh lihat tingkah kedua sahabat sejak kecilnya di depan sana, merasa terhibur dengan adegan sengit nyerempet baku hantam mereka sebelum menoleh ke arah Si Tiang yang tiba-tiba hentikan langkah.

"Kenapa, Ka?"

Yang ditanya nampak bergeming sejenak, sepasang netranya bergerak gelisah entah karena apa, lalu dengan cepat ia berbalik dan segera berlari kembali ke arah kelas.

"Woy, Ka!"

"Gue lupa, ada yang ketinggalan!!" balas Arka tanpa menoleh.

Pemuda itu terus berlari dengan pikiran yang kalut, hanya ada satu kalimat yang hatinya mampu ucapkan berulang kali seiring langkah yang membawanya mendekat ke sebuah pintu di ujung koridor. Harus ambil, jangan sampe keliatan orang!

Drap drap drap!

Brak!

Bunyi pintu yang dibanting terbuka menggema ke seluruh ruangan, buat seseorang yang semula tengah berkutat dengan barang-barangnya di bangku deret depan segera mendongak dan tanpa sadar melompat kaget.

"Astaga," bisiknya, elus dada perlahan sebelum menggeleng jengkel.

Arka dengan pendengaran tak biasanya, mungkin juga karena keadaan sedang sepi, perlahan perbaiki penampilan dan sedikit menunduk. "Sorry. Gue pikir udah gak ada orang."

Si Lawan bicara hanya kembali menatapnya selama beberapa detik sebelum mengangguk singkat, pilih untuk segera tinggalkan ruangan daripada terlibat dalam pembicaraan lain.

Namun baru satu kaki ia melangkah keluar kelas, sebuah tangan tiba-tiba menahan pergelangannya. Pemuda itu sontak menoleh, tatap bingung Arka —dengan ekspresi wajah yang masih datar— hingga membuatnya sedikit kendurkan genggaman.

"Itu... Eh.. Lu ada liat, dompet gak ya?"

"...ha?"

"A-ah, bukan maksud gue nyangkain lu ngambil! Aduh, gimana ya.." Arka nampak linglung sambil menggaruk kepalanya kasar.

Aw, apa kukunya tidak melukai kulit kepala kalau terlalu kencang begitu?

"Anu.. 'Kan lu yang terakhir ada di kelas ini, maksudnya.. Lu ada liat gak ya, dompet gue, ketinggalan..?"

Ah. Sekarang ia paham.

Si Lawan Bicara kembali berdiri tegak, buat jarak mereka sedikit mendekat, sebelum mengangguk—

Oh? Dia liat.

—dan menggeleng.

"Hah?" Arka sejenak merasa tidak paham, atau memang dia saja yang kurang pintar?

Pemuda di hadapannya hela napas pelan, "Gue ngerti maksud pertanyaan lo, gue ngangguk. Tapi maaf, gue gak liat dompet lo ada di mana. Jadi gue geleng."

"O-oh, oke.. Sekarang gue yang ngerti maksud lo apa. M-makasih banyak," ujar Arka dengan tangan elus belakang kepala pelan.

Iya, bagus. Jangan digaruk, nanti luka. "Hm. Kalo gitu, gue permisi. Semoga cepet ketemu ya, dompet lo."

Arka sontak mengangguk cepat, ia lepas genggamannya dan biarkan Si Lawan Bicara pergi dengan kedua mata terus ikuti punggung pemuda tersebut hingga hilang ditelan tikungan.

Hari ini stylenya lucu ya, pikir Arka sambil sedikit menarik sudut bibir.

Lama ia berdiri di depan pintu, tersenyum seperti orang gila, sebelum akhirnya kembali sadar karena suara tawa sekelompok orang dari kejauhan dan segera berjalan mengelilingi kelas untuk menemukan benda yang dicarinya.

☆☆☆

Give Me Your Forever || SoobjunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang