|happy birthday

25 1 0
                                    

" just friend with benefit "

ternyata kata- kata itu seolah jadi bomerang bagi Valen sendiri  setelah kejadian di UKS sore itu Daffin seolah menjaga jarak dia lebih aktif dengan basket dan membiarkan Valen dengan dunianya  sendiri yang penting Valen tidak kambuh apalagi anfal karena   Daffin bisa gila .

Seperti saat ini Valen tengah menatap dirinya di depan cermin  dia menyentuh bibirnya dan terlintas kembali bagaimana Daffin mencium bibirnya

" sial, kenapa gak bisa lupa sih " teriak Valen prustasi

" apa yang gak bisa lupa? " ucap Daffin  yang kini sudah duduk di ranjang Valen

"Kepo aja lo " sahut Valen ketus

" ngapain lo ke sini? " tanya Valen merasa aneh dengan kedatangan Daffin.

"Mau merkosa lo " ucap Daffin yang kini sudah memeluk Valen dari belakang

" ish ngomong nya, pergi lo!" usir Valen kejam

" yakin ngusir gue? " sahut Daffin yang semakin mempererat pelukannya

"Kenapa engga? " sahut Valen dengan nada ketus

" jangan marah- marah nanti kumat lagi " peringat Daffin yang kini tengah menghirup rakus aroma bayi yang menyeruak dari tubuh gadis nya.

" palingan gue mati " sahut Val sarkas

"Valencia"  geram Daffin cowok itu menahan emosinya mati- matian Valen yang sadar dengan perubahan nada bicara Daffin menatap cowok itu dari cermin yang memantulkan bayangan keduanya.

Valen terkekeh sinis

" kita memang tidak bisa di takdirkan bersama Daffin,dari Tuhan kita yang berbeda dan semesta yang seolah  meminta kita untuk tidak merubah segalanya "

Valen berkata benar Daffin baru sadar akan hal itu Daffin dari keluarga muslim dan Valen dari keluarga Kristen  perbedaan yang sangat contras.

Daffin terdiam dia melepaskan pelukannya dia tertampar oleh kenyataan.

" gue gak akan ngambil lo dari Tuhan lo, gue hanya mencintai umatnya apa gue salah? "

Kata-kata Daffin barusan tidak sepenuhnya salah, Daffin juga selama ini tidak memaksa atau meminta Valen untuk menganut kepercayaan Daffin.

Valen terdiam

" perihal kepercayaan itu sangat sensitif Daff, hanya satu yang harus gue tekankan kita gak mungkin bersama " ucap Valen tegas

" gue gak perduli " Daffin beranjak memilih tidur di sofa dekat jendela  dia langsung tidur tanpa memperdulikan keberadaan gadisnya yang kini menatap nanar punggung cowok itu sedih

" maafin gue Daff, gue hanya takut ketika gue pergi lo akan terluka lebih dalam "

Setelah kejadian itu baik Daffin maupun Valen enggan untuk saling berbicara semuanya terasa sesak mengingat kembali status keduanya  Adit yang dari tadi memperhatikan Daffin merasa aneh dengan sikap keduanya

"Daff, lo beneran jadi kapten tim basket? " tanya Adit basa basi

" seperti yang lo dengar " sahut Daffin dia segera beranjak dari tempat duduk nya menuju loker mengambil baju olahraga karena latihan sebentar lagi di mulai

Sementara Valen  gadis itu mencengkram kemejanya kuat keysa yang menyadari perubahan pada tubuh Valen segera berteriak meminta tolong

" Tolong..... "  Keysa berteriak memecah lorong yang terbilang sunyi karena kebanyakan para murid telah berhambur menuju kantin

Adit dan Daffin yang mendengar teriakan Keysa segera menghampiri terlebih  Daffin dia lalu mengangkat tubuh Valen dan segera membawanya ke UKS .

Daffin berteriak histeris ketika dia melihat kotak obat milik Valen yang masih utuh pasti gadis itu tidak meminumnya  hingga dia kumat dan tak sadarkan diri

"Aaa arrrggghhh.. "

Daffin lupa Valen selalu ingin dirinya cepat mati  membiarkan dia sendiri  adalah kesalahan patal, terlebih sekarang  Frans sedang berada di luar negeri hanya Valen dan para maid yang justru dengan mudah Valen kelabui, itu juga alasan Daffin sering menginap di rumah Valen.

****

Vanesha berjalan dengan tergesa begitu mendapat kabar dari Daffin bahwa Valen kumat

" fin, gimana Valen? "  tanya Vanesha yang kini sudah duduk di samping Daffin namun cowok itu nampak shok, jika biasanya  Daffin akan terlihat tegar namun sekarang  Daffin nampak terpukul ini kali kedua dia nyaris kehilangan Valen karena keegoisannya.

Perkara cinta membuat Daffin lupa persahabatan keduanya yang terjalin cukup lama  bahkan hubungan keduanya lebih dekat dari urat nadi .

" ini salah gue Nesa, lo boleh salahin gue!!" sahut Daffin penuh penyesalan

"Daff, lo jangan nyalahin diri lo, ini bukan salah lo. "

" tapi Nesa klo gw jagain dia, pasti  Valen minum obatnya tapi sekarang Valen gak minum obatnya pasti dari pagi dia gak minum obat sampai dia kumat " 

" fin lihat gue!, ini bukan salah lo."

" gakk   ini salah gue, goblok lu Daff  bisa- bisanya gue biarin Valen sendiri  bego.... Banget gue "

Daffin menonjok dinding UKS itu cukup kuat membuat punggung tangannya terluka

"Fin tangan lo berdarah, gue obatin ya?! " Vanesa segera meraih tangan Daffin namun dengan cepat Daffin menepis  dia gak mau dekat cewek lain selain Valen.

dia tidak ingin menyakiti Valen berada di dekat Valen dan terus mendampinginya akan jadi prioritas Daffin selanjutnya dia telah bertekad .

****

Valen telah sadar beberapa menit yang lalu  dia melihat Daffin yang tertidur sambil menggenggam erat tangannya.

* punggung tangan Daffin berdarah * gumam Valen dalam hati

Valen mengusap rambut Daffin lembut

"Fin " ucap Valen lemah

Daffin yang merasa terusik segera bangun dia menatap Valen yang tersenyum tipis lalu berkata

"Happy birthday untuk kita berdua "

Daffin tersenyum pedih dia menyesal dengan apa yang telah terjadi

" sorry Val, gue " ucapan Daffin terputus

" gue mau beli kue untuk kita berdua " ucap Valen lemah

" jadi sekarang ulang tahun kita? " tanya Daffin yang masih bingung

"Happy birthday" ucap Valen sekali lagi  dia langsung mencium kedua pipi Daffin bergantian

Daffin  masih melongo tidak percaya dengan apa yang terjadi

" ini bukan mimpi kan Valen? "

Bersambung

Friend with benefit (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang