Keluarga, satu kata yang sudah umum di dengar oleh semua orang. Apa definisi keluarga? Menurutku keluarga adalah kebahagiaan, keluarga adalah segalanya. Mungkin jika aku punya keluarga lengkap aku bisa lebih bahagia dari sekarang, Ayahku meninggal saat aku belum lahir. Tepatnya 2 bulan dalam kandungan, aku bahkan belum sempat melihat wajah ayah ataupun mendengarkan suaranya.
Ku rasa ayah begitu sempurna sampai ibu tak tertarik untuk menikah lagi, aku benar-benar ingin mengenal sosok ayahku sampai aku bertanya tanya tentang nya setiap hari pada ibu.
"Ibu, apa ayah orang baik?" tanyaku yang saat itu berumur 6 tahun, ubu tersenyum dan menatap wajahku.
"Tentu saja, Ayahmu sangat baik. Dia sangat mirip dengan Maryam," balas ibu, aku langsung menatap wajahku pada pantulan bola mata ibu.
"Apa benar bu?" tanyaku, ibu mengangguk.
"Maryam ingin bertemu dengan ayah," gumam ku kecil.
"Berdoalah kepada Allah, agar Maryam bisa menemui ayah dalam mimpi,"
"Tapi saat Ayah mengajak Maryam pergi, Maryam tidak boleh ikut." balas ibu sedikit tegas.
"Emangnya kenapa bu?" tanyaku penasaran.
"Ayah sudah berbeda dengan kita, jadi Maryam tidak boleh ikut ayah," jelas ibu, aku hanya mengangguk dan tersenyum.
"Maryam janji bakal jadi anak yang baik bu," entah kenapa perkataan itu lolos begitu saja dari mulut mungilku.
"Kamu anak yang baik Maryam, ibu sangat menyayangimu," ucap ibu, ku usap air mata yang menetes dari kelopak matanya.
"Ibu ngga boleh nangis, nanti Maryam jadi sedih," lirihku, ibu mengangguk dan memelukku erat.
"Ibu yakin takdir hidupmu akan lebih baik lagi Maryam," lirih ibu, mendengar suara tangisan ibu membuatku ikut menangis pula. Dadaku terasa sesak apalagi ibu terlihat sangat lelah dan masih belum ikhlas dengan kepergian ayah.
1 tahun berlalu...
Hari ini jadwal pengambilan rapot namun ibu sepertinya sedang sakit, aku tidak tega menyuruhnya untuk hadir. Ku hampiri dia yang tengah terbaring lemas di atas kasur, ku usap kening nya. Ternyata tubuhnya bemar-benar panas, ibu membuka matanya sembari menatapku.
"Kamu mau berangkat sekarang?" tanya ibu, aku mengangguk pelan.
"Hari ini Maryam mau ngambil rapot di sekolah, ibu ngga usah ikut ngga papa,"
"Maafin ib--"
"Syutt, ibu istirahat aja ya di rumah. Maryam janji ngga bakal ngecewain ibu dengan nilai rapot maryam," ucapku lembut.
Kulihat ibu mengangguk pelan, ku selimuti tubuh nya dan ku cium kening nya lembut. Ibu memelukku sembari menangis pelan membuatku jadi khawatir.
"Ibu sakit?" tanyaku, dia menggeleng pelan.
"Ibu cuman kangen sama Maryam, cepet pulang ya. Ibu tunggu," balasnya.
"Maryam ngga akan lama, ibu tunggu Maryam pulang ya?"
Setelah itu aku langsung berangkat ke sekolah dengan semangat, berharap nilaiku tidak akan mengecewakan. Aku terus menunggu hingga akhirnya rapot mulai di bagikan, perlahan ku buka nilai rapotku. Senyum manis merekah di wajahku, saking senang nya aku sampai berteriak membuat semua orang menatapku.
"Selamat Maryam, kamu peringkat pertama. Ini hadiah dari ibu," ucap guru sambil memberikan amplop berisi uang.
"Makasih bu," balasku.
"Pertahanin prestasi kamu ya, kalo bisa tingkatin lagi," aku hanya mengangguk.
***
Aku berlari menelusuri jalan dengan kaki mungilku, dengan membawa rapot dan amplop di tangan kecilku. Perasaan ku sudah tak bisa di gambarkan lagi, sangat bahagia. Membayangkan bagaimana reaksi ibuku saat melihat nilai rapotku ini, pasti dia sangat bahagia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lauhul Mahfudz?
Teen FictionSiti Maryam, seorang perempuan cantik yang tengah menunggu takdir terbaik menurut tuhan. Apakah jodoh atau kematian yang akan menjadi takdir nya? "Aku hanya ingin sedikit lebih dekat dengan kebahagiaan,"