Mengagumimu:)

1K 105 7
                                    

‍‍‍‍‍‍‍Apa? Tadi apa yang dia katakan? Apa dia mengenalku tapi kenapa bisa? Apa mungkin umi yang memberitahu nya? Pertanyaan itu terus terngiang-ngiang di kepalaku, masih di posisi yang sama mataku tak bisa teralihkan sedikitpun darinya.

"Apa benar?" tanya nya yang di balas anggukan oleh laki-laki di sebelahnya.

"Dia memang wanita yang sangat mulia, saya harap saya punya istri seperti ibunda Isa Al masih," ucap Gus Azzam.

"Maryam!"

Teriakan seseorang membuat semua orang menoleh ke arah nya begitu pula dengan Gus Azzam, dasar pengurus tidak beradab. Kenapa dia berteriak-teriak seperti itu?

Wajahnya langsung memerah saat melihat Gus Azzam disana, dia menunduk sembari menahan rasa malu. Pasti namanya di cap jelek oleh Gus Azzam, hahaha kasihan.

"Ngapuntene Gus," ucapnya, aku tertawa pelan sembari meledeknya.

Tiba-tiba Gus Azzam menatapku, aku segera menunduk namun masih tersenyum puas karena kejadian itu.

"Kenapa berteriak?" tanya Gus Azzam terkesan dingin.

"Niku bade nimbali Maryam," lirihnya, kenapa dia membawa-bawa namaku? Pengurus menyebalkan!!

"Maryam?" heran nya sembari menatap ke sekitar, aku harus apa ya allah?

"Maryam," lirih nya namun terkesan menekan, ku dongakkan kepala dan menggeleng pelan.

Pengurus mengode ku untuk menghampirinya, haishh menyusahkan. Dimana harga diriku sekarang? Pelan tapi pasti ku langkah kan kaki menuju ke arah mereka namun masih tetap menunduk seperti tadi.

Pengurus mencubitku keras membuatku merintih pelan, tidak sopan! Main cubit-cubit saja, dia yang salah kenapa malah mencubitku? Ku usap lengan bekas cubitan itu pelan, yang tadi nya sudah agak mendingan sekarang tambah sakit.

POV Azzam

Jujur saja aku terkejut saat gadis itu meneriakkan nama Sayyidah Maryam sangat keras, apa dia tidak punya sopan santun? Sepertinya aku gagal mendidik pondok ini.

Namun saat seorang gadis lainnya menghampiri gadis tadi aku mulai paham, apa nama gadis itu Maryam?
Tatapan ku terfokuskan pada tangan mungilnya, jelas terlihat tangan nya memerah karena kulitnya putih jadi sangat mudah terlihat.

"Rif, ambilkan kotak P3K di kamarku," ucapku,

"Nggih Gus," balasnya lalu segera pergi, kedua gadis itu menunduk.

"Kamu ada urusan penting sama Maryam?" tanyaku, dia menggeleng pelan.

"Mboten penting sanget,"

"Kamu bisa pergi dan Maryam, kamu tetap di sini," tegasku.

Gadis tadi pun pergi, kini hanya tinggal gadis bernama Maryam dan khodam-khodam lainnya. Aku jadi penasaran dengan nama lengkapnya, tapi tidak mungkin aku bertanya.

Arif kembali dengan kotak P3K di tangan nya,

"Niki Gus,"

"Letakkan di bawah," Arif pun meletakkan kotak itu di bawah.

"Mba, ini di obati ya?" Salah satu khodam wanita menghampiriku dan mengambil kotak P3K.

"Nggih Gus,"

Sebelum pergi, aku menatapnya sebentar. Bersamaan dengan itu dia mendongak menatapku, tatapan kami bertemu sepertinya aku sudah pernah bertemu dengan nya. Wajah ini, wajah yang ku temui tadi pagi bukan?

Dia kembali menunduk, Astaghfirullah lancang nya aku menatap wajahnya seperti itu.

"Maaf," ucapku, aku pun segera masuk ke dalam dan berusaha menghilangkan pikiran ku darinya. Dia bukan makhrom ku, aku tidak ingin menambah dosa karena mengingat nya.

Lauhul Mahfudz?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang