Kesedihan Maryam

787 101 2
                                    

‍‍‍‍‍‍"Mas Jammy," suara lembut itu membuat Jammy menoleh, dia langsung buru-buru menghampiri sang istri yang tengah di tuntun oleh khodam nya. Jammy berlutut sembari menggenggam kedua tangan Manun.

"Mas tadi ngejar siapa?" tanya Manun penasaran.

"Cuma nganterin mba Maryam ke pondok, Mas ngga ngejar siapa-siapa," balas Jammy.

"Mas nyesel ngga sih dapet istri kaya Manun?" Pertanyaan yang terlontar dari mulut gadis cantik itu membuat Jammy terdiam.

"Kamu bisa pergi," suruh Jammy pada khodam wanita itu.

"Nggih Gus," Setelah khodam itu pergi, Jammy menatap wajah cantik itu dalam. Meskipun Manun tak bisa melihatnya namun Jammy melihat ketulusan yang teramat dalam pada diri gadis itu.

"Ngga,"

"Mas yakin?" tanya Manun, dengan lemah lembut Jammy menarik tubuh mungil itu ke dalam pelukan nya. Tak terasa air mata kembali mengalir dari mata Jammy, hal ini memang begitu berat ia jalani. Di sisi lain dia tidak ingin meninggalkan wanita yang sangat di cintainya, namun di sisi lain juga dia tidak mungkin membiarkan Manun sendirian.

Semua laki-laki hanya memanfaatkan status Manun, tidak benar-benar mencintai gadis itu. Saat Jammy di ceritakan kehidupan Manun dari lahir sampai sekarang, air mata laki-laki itu menetes.

Tak tega. Hanya hal itu yang membuat Jammy masih bertahan dengan pernikahan ini.

Merasa bahu nya basah, Manun sedikit terkejut.
"Mas kenapa nangis? Manun salah ya?" tanya Manun khawatir. Laki-laki itu menggeleng pelan.

'Kalo di tanya nyesel atau ngga, aku juga ngga tau Nun,'

'Kamu baik tapi bukan kamu yang aku ingin kan,'

'Rasanya sakit banget Nun, kalo aku boleh jujur. Sampai detik ini aku cuma cinta sama Maryam,' batin Jammy di iringi tangisan yang semakin terdengar.

Saat Manun akan melepas pelukan nya, Jammy kembali mempererat pelukan itu.

"Sebentar aja Nun, mas mohon," lirih Jammy membuat gadis itu terdiam.

Tangan gadis itu pun terulur untuk membalas pelukan Jammy, dia ikut merasakan kesedihan sang suami meskipun tak tau apa penyebab nya. Jammy melampiaskan tangisan nya pada pelukan Manun, sedangkan para santri yang tak sengaja melihat ikut terharu dengan keromantisan kedua insan itu.

Di sisi lain...

Di dalam kamar mandi Maryam menangis melampiaskan semua emosinya, tak peduli dengan orang-orang yang merasa khawatir dengan nya.

Habis sudah tenaga Maryam, gadis itu terduduk lemas di lantai sembari terus menangis. Pakaian nya sudah basah kuyup, penampilan nga sudah acak-acakan tak karuan. Mata nya pun sembab akibat terlalu lama menangis.

Tok! Tok! Tok!

"Mba Maryam!" teriak para santri dari luar.

"Mba!"

"Gimana nih, mba Maryam ngga mau keluar?"

"Timbali ustadzah mawon,"

"Ya udah aku coba dulu," ucap salah satu santri lalu berlari ke ndalem.

Kepala nya tertunduk saat tau keluarga ndalem tengah berkumpul, dia tak berani masuk namun sudah terlanjur terlihat.

"Masuk aja mba," ucap Ustadzah, gadis itu pun segera masuk namun masih dalam posisi menunduk.

"Kenapa mba?" tanya Ustadzah.

"Niku Ustadzah, mba Maryam nangis teng lebete kamar mandi. Mboten purun medal," lirihnya.

Lauhul Mahfudz?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang