Ceramah Gus Azzam

938 97 3
                                    

‍‍‍‍‍‍'Sebenarnya apa hubungan Jammy dan Maryam?' batin Azzam.

Merasa terus di tatap oleh adiknya, Jammy pun segera pamit untuk menemani sang istri di kamar. Setelah kepergian Jammy pun laki-laki itu masih melamun, Faizzan menepuk pundak Azzam pelan membuatnya sadar.

"Gus,"

"Eh iya bang?" tanya Azzam refleks.

"Jangan ngelamun terus," ucap Faizzan membuat laki-laki itu tersenyum menampakan gigi rata nya.

Baru beberapa detik berlalu, seorang gadis keluar dari dapur membuat kedua sejoli itu refleks menatap nya. Fatimah langsung menundukkan pandangan nya malu karena bertemu dengan laki-laki yang di kagumi nya, begitu pun dengan Faizzan yang tersenyum tipis melihat sang gadis pujaan.

Azzam tersenyum lalu menutupi pandangan Faizzan dengan tubuhnya.

"Astagfirullah bang, belum sah," ucap Azzam mengingatkan.

"Sebentar lagi kok Gus,"

Ucapan Faizzan kembali membuat pipi Fatimah memerah, lagi jalan nya di halangi oleh Azzam.

"Kasihan mba Fatimah, belum sah udah di bikin salting," ledek Azzam.

Faizzan menarik tangan Azzam agar tidak menghalangi jalan Fatimah, setelah itu Fatimah langsung berjalan cepat sembari menunduk. Azzam tersenyum begitu manis kala melihat betapa sang sahabat sangat menjaga Fatimah yang nota be nya dulu pernah menjadi khodam yang mengurusi Azzam saat kecil.

"Pilihan abang ngga salah, kak Fatimah emang pantes jadi istri abang,"

"Saya yang ngerasa ngga pantas buat dia Gus," Azzam menepuk bahu Faizzan.

"Jika dia memang takdir mu, maka Allah akan menjadikan nya milikmu namun jika bukan, bersabarlah. Sesungguhnya nya takdir Allah jauh lebih indah dari angan-angan mu," nasehat Azzam.

"Subhanallah Gus, sepertinya saya harus lebih banyak belajar dari Gus lagi," puji Faizzan.

"Nanti dengerin ceramah Azzam setelah solat asar," ucap nya membuat Faizzan tersenyum.

"In sya Allah,"

***

Siang menjelang sore, Maryam tengah di suapi oleh Asiyah. Beberapa khodam pun turut ikut serta menjaga Maryam di sana, keadaan nya sudah mulai membaik. Maryam juga sudah mulai bisa tersenyum meskipun setelah itu kembali murung, namun sudah ada perubahan.

"Mba ke dapur aja, Maryam ngga papa kok. Lagian masih ada Asiyah sama yang lain nya juga," ucap Maryam tak enak.

"Tapi mba--"

"Takutnya nanti Umi nyariin mba," potong Maryam, mereka pun saling menatap lalu mengangguk pelan.

"Nggih mpun, mba Maryam istirahat sing katah nggih. Ngenjing kedah sehat malih," ucapnya, Maryam mengangguk pelan sembari tersenyum tipis.

"Nggih mpun,"

Mereka pun pergi kembali ke dapur, teman-teman Maryam segera menghampiri nya dan memeriksa kondisi nya.

"Mba ngga papa kan? Asal mba tau 2 hari 2 malem aku ngga makan ngga tidur gara-gara mikirin mba," ucap Ica sembari mengecek tubuh Maryam.

"Alah, tadi pagi aja abis sarapan 2 piring," sindir Aski, Ica menatap Aski tajam.

Maryam tersenyum. "Makasih ica, udah khawatir sama Maryam. Tapi Maryam udah ngga papa kok," balas nya lembut.

"Beneran? Nanti mba bohong, aku panggil Gus Azzam aja ya. Biar mba sembuh," tawar Ica.

Lauhul Mahfudz?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang