Angin menerpa wajah manis Jisoo. Helai rambutnya pun ikut naik mengingat kedua pemuda ini sedikit melawan arah angin. Jisoo sadar, ini benar-benar masa lalunya. Di masa depan, gang kecil yang mereka lalui ini sudah rata karena dijadikan pembangunan suatu gedung perusahaan. Jisoo juga tahu, kemana dia akan dibawa oleh Seokmin.
Kini kakinya melayang. Ada dua tangan yang menyelip di antara lipatan lutut Jisoo. Jisoo sedang digendong oleh Seokmin. Bukan kemauannya, namun paksaan Seokmin. Seokmin takut kakinya mungkin kesakitan karena keseleo setelah terjun bebas dari lantai 2 rumahnya.
Jisoo senyap, berusaha mencerna apa yang terjadi. Masih dilanda kebingungan, Jisoo tidak tahu apa yang dia alami sekarang. Badannya sesekali dinaikkan oleh Seokmin agar tak terjatuh dari gendongan pemuda berhidung bangir itu, namun Jisoo masih diam dan merasa tak terganggu.
"Jisoo? Kaki kamu sakit, ya? Kita pulang ke rumahmu aja, ya? Kita nggak seharusnya keluar," tanya Seokmin, berhenti di tengah gang sempit itu. Kepala pemuda itu berusaha menoleh ke Jisoo yang menyandarkan kepala di pundak Seokmin. "Jangan diem dong... Aku jadi merasa bersalah..."
Terdongak, Jisoo melebarkan senyum. Nampaknya Seokmin terganggu atas kesunyian ini. Jisoo hilangkan kebingungannya sejenak untuk menyahuti Seokmin, "Nggak, nggak sakit kok."
"Kamu yakin nih? Ke rumahku?" Nada Seokmin berubah menjadi tidak percaya diri, dan Jisoo tahu kenapa nada Seokmin berubah. Mereka berbeda jenjang sosial. Jisoo lahir di keluarga dengan ekonomi tingkat atas, sementara Seokmin lahir di keluarga dengan ekonomi tingkat menengah ke bawah. Wajar saja di beberapa kesempatan Seokmin merasa tidak percaya diri.
Jisoo kembali tersenyum, kali ini tersenyum menenangkan. "Yakin dong, ayo! Aku kangen kakakmu sama nenekmu. Ayo, Seokmin!" perintah Jisoo. Tangannya memukul pelan pundak Seokmin, berlagak menjadi sebuah pecut yang dipukulkan ke kuda agar sebuah delman bisa berjalan.
Dapat Jisoo lihat raut Seokmin yang tadinya sedih kembali menjadi senang, mengangguk bersemangat. "Siap, laksanakan!" seru Seokmin. Jisoo bersiap dengan cara menautkan dengan erat kedua lengannya. Seokmin kemudian melaju membelah gang, mengundang tawa Jisoo.
Mereka terus lakukan itu sampai mereka melihat anak-anak bermain, menutupi akses jalan. Jisoo sipitkan matanya saat sadar salah satu anak yang bermain itu adalah Chan, anak dari tetangga Seokmin.
Tak terhitung berapa kali Jisoo singgah ke rumah Seokmin, sampai-sampai anak tetangga Seokmin pun mengenalnya dengan baik. Jisoo tepuk bahu Seokmin, membuat Seokmin menurunkan badannya agar Jisoo bisa turun.
Jisoo tahu bahwa Chan di masa depan sangat tampan, padahal baru berumur 15 tahun. Di masa ini, Chan di tahun ini masih begitu kecil. Jisoo sungguh merindukan interaksi dengan Chan yang berumur 9 tahun.
Wajar bila Jisoo merindukan hal itu mengingat interaksi dirinya dengan Chan di masa depan sungguh sedikit. Chan menjadi pemalu dan selalu menunduk ketika mata mereka bertemu. Entah apa yang membuat pemuda tampan itu merasa sungkan setiap kali berada di dekat Jisoo.
"Kak Jisoo!" Mata Chan berbinar begitu melihat Jisoo merentangkan tangannya. Dengan cepat Chan lepaskan badannya ke lengan Jisoo. Tawa Jisoo menguar saat merasakan hembusan nafas Chan di lehernya.
"Kak Jisoo, kita main, yuk?" ajak Chan, mendadak lupa akan eksistensi teman-teman sebayanya yang sedari tadi bermain dengan bocah itu.
"Gak bisa, Kak Jisoo mau ke rumah kakak." Seokmin bersuara, melipat kedua tangannya dan membuat gestur menakutkan. Jisoo terkikik kecil, ini benar-benar mengingatkannya pada masa lalu.
Jisoo selalu ingat, jika ingin berkunjung ke rumah Seokmin, Seokmin harus memutar arah saat melihat Chan bermain. Jika saja mereka bertemu, mereka selalu merebutkan hal yang sama, yaitu Jisoo sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Lost Memories | SeokSoo
Fanfiction[Seventeen BxB Fiction] Lee Seokmin x Hong Jisoo *** Kembali ke masa lalu, Jisoo dibuat dilema oleh dua pilihan, menyelamatkan cinta pertamanya atau tetap hidup sebagai Jisoo yang dikenal. © 2022, __shenav.