2. Gejolak

262 34 0
                                    

Pintu dibuka, sepasang kaki melangkah masuk sembari berjinjit. Sebuah kepala menoleh kesana-kemari, seperti maling yang berniat membobol rumah. Ruang tamu rumahnya gelap gulita, mau tak mau mengaktifkan indera lain agar tak tersandung sesuatu.

Tangannya yang mulai meraba ke sekitar mendadak mengambang begitu saja saat lampu ruang tamu dihidupkan. Tubuhnya seketika membeku bak kanebo basah didiamkan di kulkas. Sekedar bernafas saja susah karena terlalu menegang.

"Aduh, darimana kah Tuan Muda kita yang satu ini?" Pertanyaan itu bagai oli yang diteteskan ke mesin lama, yang tentu saja mesin lamanya itu adalah leher Jisoo. Menghadap ke sumber suara yang dikenalinya, dia melebarkan sebuah cengiran.

Boo Seungkwan. Asisten rumah tangganya, sekaligus teman bermain Jisoo sejak kecil. Seungkwan adalah temannya dalam bercerita. Jisoo akan selalu merasa aman ketika bersama Seungkwan.

Karena terlalu lama menghabiskan waktu di rumah Seokmin, Jisoo berharap sekembalinya ia ke rumah, semua orang sudah menyelami alam mimpi masing-masing agar tak dimarahi. Seokmin benar-benar berhasil membuat dirinya lupa waktu.

Awalnya memang terasa bingung, karena Jisoo masih tak percaya. Setelah beberapa saat Seokmin memulai percakapan, Jisoo bisa melanjutkan dan akhirnya ikut tenggelam dalam percakapan.

Jisoo sebenarnya lupa jalan pulang rumahnya karena di masa depan, dia lebih memilih untuk tinggal sendiri di apartemen dengan uangnya sendiri. Beruntung Seokmin menawarkan untuk mengantarnya pulang, mengingat jarum jam menunjukkan pukul 10 malam.

Sempat pula Jisoo khawatir bahwa Seokmin akan pulang ke rumahnya sendirian, takut terhadap kehadiran orang-orang jahat. Namun, Seokmin mengatakan bahwa ia tidak apa-apa, apa mau dibuat.

"Hehe, Seungkwaaannn," cengir Jisoo, mendekat ke arah Seungkwan. Dipeluknya lengan teman bermainnya, kepalanya disandarkan pada pundak Seungkwan. "Aku habis ketemu Seokmin, loh... Seneng banget, hehe."

Wajah datar Seungkwan runtuh mendengar suara Jisoo. Helaan nafasnya terdengar, cukup untuk menandakan bahwa Seungkwan kalah. "Kamu kangen banget kah sama Seokmin? Padahal cuma semingguan nggak jalan bareng, itu pun karena Ujian Nasional," tanya Seungkwan.

Sebuah informasi tambahan yang membuat mulut Jisoo membulat. Jisoo tidak tahu bahwa dia baru saja menyelesaikan Ujian Nasional. Tahun 2016, berjarak 6 tahun dari 2022. Wajar saja Jisoo lupa.

"Hehe, tapi aku kangen banget tauuu," balas Jisoo. Wajahnya masih setia melebarkan senyuman bak orang yang terlalu mabuk.

"Main sampai jam 11? Yakin nggak ngapa-ngapain?" tanya Seungkwan, tatapannya berubah menjadi menyelidik. Matanya menelisik, apakah ada yang salah dari setelan sweater tipis digabung dengan celana training hitam milik Jisoo.

"Ya pasti nggak, lah! Seokmin tuh anak baik tau! Ga boleh nuduh orang sembarangan!" sahut Jisoo. Alisnya menekuk, tak suka Seokmin dituduh. Lagi, suara helaan nafas Seungkwan terdengar, sadar bahwa dirinya kalah dan Jisoo menang.

"Untung tadi Papa-mu ga ngecek kamarmu, kalau dia cek habis kamu diomel." Mendengar pernyataan Seungkwan, Jisoo bingung. Kenapa pula Papa-nya mengomel? Kan, Papa-nya orang yang baik.

"Loh? Kok gitu?"

"Kamu nih gimana sih? Lupa? Kamu tadi kabur lewat jendela, kan?"

"Nggak, bukan. Maksudnya Papa ngomelin aku? Kenapa Papa ngomelin aku karena keluar sama Seokmin?" Diabaikannya pertanyaan retoris Seungkwan dan memilih untuk melontarkan pertanyaan lain. Dia bingung, otaknya tak bisa mencerna.

Seungkwan menepuk dahinya, cukup keras sehingga menciptakan suara, "Kamu beneran lupa? Kemarin, kamu nangis ke aku, bilang Papa-mu nggak ngizinin pacaran sama Seokmin."

[✓] Lost Memories | SeokSooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang