16. Hari Terakhir

313 23 4
                                    

Hujan terus-menerus membasahi bumi, menumpahkan muatan yang sudah lama dipendam. Hujan deras ini semakin membuat Jisoo tak tenang. Jam 17.08. Hanya butuh 40 menit saja untuk masuk ke adegan yang tak pernah Jisoo lihat.

Selama ini, Jisoo tak pernah dan tak akan mau melihat bagaimana Seokmin ditabrak. Dia hanya sempat melihat mayatnya. Kata dokter, Seokmin ditabrak di kecepatan yang cukup tinggi. Truk yang menabrak Seokmin tak bisa mengerem karena sudah terlanjur menginjak gas di keadaan hujan.

Jenazah Seokmin sempat Jisoo lihat, dan itu lebih horor dari apapun. Jenazah Seokmin membiru, pucat pasi mengingat tak ada lagi kehidupan di dalam tubuh itu. Jisoo ingat, dia ditelpon sampai harus melarikan diri hanya untuk melihat Seokmin.

Jisoo dijadikan salah satu kontak darurat Seokmin. Saat orang-orang berusaha menghubungi Soomin, ponsel Soomin tak aktif. Wajar saja tak aktif karena dia sedang sibuk melayani berpuluh-puluh pelanggan yang datang. Berakhirlah Jisoo yang dihubungi, mengakibatkan syok berat pada Jisoo.

Orang tua yang tahu bahwa Jisoo masih menjalin hubungan dengan Seokmin langsung memarahi Jisoo sekembalinya Jisoo ke rumah. Beruntung, Seungcheol menengahi, membawa Jisoo kembali ke kamarnya.

Sejak saat itu Jisoo merasa bahwa tak ada lagi yang harus diperjuangkan. Hidupnya disetir oleh orang tuanya, terkadang Seungcheol yang membawanya melawan aturan orang tuanya. Hanya Seungcheol yang menemaninya, namun Jisoo tak pernah membalas perasaan Seungcheol.

Jisoo selalu memikirkan Seokmin dan mengabaikan Seungcheol. Apa balasan Seungcheol? Dia masih sabar menunggu janjinya terpenuhi. Janji untuk tidak menikah dengan Jisoo jika Jisoo masih terikat dengan orang lain.

Lebih tepatnya, Seokmin.

Jisoo kembali teringat dengan ucapan Seokmin. Berulangkali  dia lepas dan pasang jaketnya. Dia tak tega, tapi juga harus mengikuti kemauan Seokmin. Tak dia sadari waktu tersisa 10 menit. Dia bergelut dalam pikirannya sendiri. Teh yang dibuat untuk menenangkan dirinya malah tak tersentuh sama sekali.

Suara notifikasi membuat Jisoo berhenti bolak-balik. Dia meraih ponselnya, menghidupkannya.

Seokmin ♡
Soo? 17.38
Masih kepikiran pertanyaan kemarin? 17.38
Pertanyaanmu jelas kok 17.39
Pasti nggak enak ya mimpi kayak gitu? 17.40
Aku bawain boneka yaa 17.40
Beruang gedeeee 17.40
Lucu deh kalau kamu foto sama boneka ini 17.41
Aku bawain yaa ke rumahmu 17.42

Ah, benar. Boneka itu. Boneka beruang berukuran besar yang berlapis plastik itu tergeletak di pinggir jalan setelah kecelakaan Seokmin. Boneka itu masih tak basah, bahkan setelah sampai ke pemilik baru, Jisoo.

Tak bisa Jisoo tahan air matanya saat memeluk boneka terakhir pemberian Seokmin. Di dalamnya terdapat note singkat yang Seokmin tulis sendiri.

'Jangan sedih terus ya, peluk aja boneka ini kalau masih sedih. -Seokmin'

Begitu isi kertas kecil yang tertempel pada kepala si boneka. Jisoo ingat betul bahwa Papa-nya berniat untuk membakar boneka itu jika saja dia tidak memohon. Dia bahkan sampai menangis dan bersujud di kaki Jihoon. Beruntung, boneka itu tak jadi dibakar.

Di masa depan, boneka itu masih ada di apartemennya. Boneka itu selalu Jisoo peluk saat dia kelelahan dalam bekerja. Boneka itu selalu Jisoo peluk saat dia merasa sedih.

Setelah dia lama berpikir, Jisoo sadar. Dia sendiri yang menyiksa dirinya.

Dia tak mau bercerita, padahal ada Seungcheol dan Seungkwan. Dia tak bisa lepas dari Seokmin karena dirinya sendiri yang terus menerus mengulang memorinya dengan Seokmin.

Di masa depan, hal ini tak seharusnya kembali terulang. Jisoo harus bebas dari bayang-bayang hidup Seokmin. Jisoo seharusnya tidak selamanya hidup dalam lautan kenangannya bersama Seokmin.

[✓] Lost Memories | SeokSooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang