Chapter 1

110 11 3
                                    

"Tersenyumlah La!" bisik Arfan di telinga Layla sambil memeluk pinggang ramping wanita itu dengan posesif. Layla hanya mendengus kesal lalu berusaha tersenyum bahagia menyapa para tamu undangan yang mulai naik ke atas pelaminan untuk mengucapkan selamat pada kedua pengantin tersebut. Setelah semua para tamu undangan bergantian turun dari atas pelaminan, Layla melihat Aisyah bersama suaminya berjalan mendekat dengan senyuman mengembang.

"Selamat Lay, semoga menjadi keluarga Samawa ya." Ucapan tulus dari bibir sahabatnya Aisyah membuat Layla terharu. Seandainya saja ia bisa mengatakan sejujurnya pada Aisyah, bahwa mereka menikah bukan lantaran saling mencintai. Rasanya Layla iri melihat kemesraan Aisyah dengan suaminya apalagi semenjak kehadiran putra kecil mereka, keluarga itu tampak semakin harmonis.

"Aamiin, Makasih Ai," balas Layla singkat lalu memeluk Aisyah dengan erat.

"Setelah ini kamu harus manggil aku Mbak Aisyah. Ingat Arfan itu adik aku," goda Aisyah yang langsung membuat Arfan tersenyum lebar lalu menggenggam jemari Layla. Berpura-pura mesra layaknya pengantin baru.

"Pinter juga di cowok berakting," gerutu Layla dalam hati.

"Pasti dong Mbak Aisyah yang cantik dan bawel," sahut Layla sambil mencubit pinggang Aisyah. Mengikuti akting laki-laki yang baru saja resmi menjadi suaminya untuk 8 bulan ke depan.

Pukul 10 malam aula hotel Borobudur sudah mulai tampak sepi, hanya tersisa anggota keluarga Arfan dan Layla. Pernikahan mewah itu digelar di hotel milik keluarga Arfan yang memang kaya raya. Pernikahan itu persis cerita dongeng Disneyland, Cinderella. Arfan ibarat pangeran tampannya dan Layla sendiri tentu sebagai Cinderella-nya. Bedanya, Layla di sini tidak memiliki ibu tiri dan saudara tiri yang jahat melainkan ia hanya seorang cleaning servis yang dinikahi pemilik hotel tempat ia bekerja. Hanya demi uang Layla rela menjalani pernikahan kontrak tersebut.

Layla edarkan pandangan ke seluruh anggota keluarga yang masih berada di aula. Ia melihat kedua adiknya yang tampak bahagia mengagumi dekorasi aula yang memang sangat mewah sambil menikmati kudapan di atas meja. Tak jauh dari kedua adiknya, kedua orang tua Layla juga tampak sedang berbincang. Mereka terlihat minder meskipun pakaian yang dikenakan berseragam dengan anggota keluarga Arfan. Kedua orang tuanya lebih memilih duduk di sudut ruangan daripada berbaur dengan keluarga Arfan, mata Layla seketika berembun sambil menghampiri kedua orang tuanya.

"Ayah, Ibu," panggil Layla dengan suara serak, ia lepas kedua tangannya dari gaun mewah berwarna putih yang membalut tubuhnya, menghambur ke dalam pelukan ibunya.

"Kenapa kamu menangis Nduk?" tanya Dewi ibu Layla sambil melepaskan pelukan Layla lalu mengusap air mata putrinya dengan ujung jari sedangkan Yusuf ayah Layla hanya mengusap lembut punggung putri sulungnya dengan haru. Yusuf tak menyangka jika Layla akan menjadi menantu orang kaya raya. Sebagai ayah tentu saja Yusuf mendoakan yang terbaik untuk putrinya, semoga keluarga yang baru dibina putrinya bersama Arfan langgeng sampai maut yang memisahkan.
Layla hanya menggelengkan kepala dan tersenyum sebagai jawaban.

Andai saja mereka tahu di balik pernikahan megah ini ada hitam di atas putih yang mereka sepakati bersama.

***

Layla duduk di kursi depan meja rias sambil melepaskan hijab dan aksesorisnya. Lalu membersihkan make up di wajahnya. Meskipun hanya pernikahan kontrak tapi tetap saja jantung Layla berdetak lebih cepat, merasa gugup. Malam ini adalah pengalaman pertamanya berada dalam satu kamar dengan laki-laki asing. Sekilas Layla melirik Arfan yang sedang asyik bermain dengan ponselnya. Laki-laki itu sedang duduk bersandar pada punggung ranjang dan masih mengenakan baju pengantin. Sesekali laki-laki itu tampak tersenyum saat membaca pesan dari ponsel di tangannya.

Contract MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang