"Honey, jangan diam aja dong, aku lebih suka kamu cerewetin daripada didiemin kayak gini," keluh Arfan saat mereka sudah berada di dalam apartemen.
Sungguh Arfan bingung dibuatnya, ia lebih suka melihat Layla yang ceria dan suka membantahnya daripada bersikap diam seperti ini. Ia peluk Layla yang berdiri membelakanginya.
"Fan, aku minta maaf," ucap Layla terbata.
Arfan semakin mengeratkan pelukannya, ia tahu Layla sedang menangis sekarang. Arfan membalik tubuh Layla untuk menghadapnya, ditatapnya netra Layla, tampak air mata menggenang di sana, hanya menghitung detik genangan air mata itu akhirnya jebol juga.
Arfan tersenyum lembut lalu memeluk tubuh Layla, menuntunnya masuk ke dalam kamar. Arfan menyuruh Layla duduk di tepi ranjang lalu dirinya berjongkok, melepaskan sepatu Layla satu persatu. Pandangan Layla tak lepas dari aktivitas Arfan yang mulai dari melepaskan sepatu hingga Arfan menggantikan pakaiannya dengan baju santai rumahan.
"Mulai hari ini kamu pindah ke kamarku," ucap Arfan lalu berjalan ke arah lemari, membuka pintu lemari kemudian mengeluarkan pakaian Layla untuk dipindahkan ke kamarnya.
"Kamu yakin?" Balas Layla lirih.
"Tentu saja, kita suami istri jadi seharusnya kita memang tidur dalam satu kamar," balas Arfan lalu menatap Layla sekilas sebelum melanjutkan kegiatannya.
Kedua tangan Layla saling bertaut lalu meremas ujung bajunya, ia ingin bicara jujur pada Arfan tentang foto-foto itu, tapi perasaan takut ditinggalkan Arfan lebih mendominasi karena kini dirinya sudah benar-benar jatuh cinta pada laki-laki di hadapannya.
"Fan, kamu nggak akan ninggalin aku kan?" Tanya Layla gugup lalu melingkarkan kedua tangannya ke tubuh Arfan yang berdiri membelakanginya.
Arfan seketika membalik tubuhnya menatap netra Layla dalam, "Tentu saja, aku akan selalu bersamamu hingga kita menua nanti, kamu masih ragu padaku?" Arfan balik bertanya, Layla hanya bisa menggeleng dengan air mata yang kembali mengalir.
"Katakan apa yang mengganggu pikiran kamu? Klo soal foto itu, aku nggak jadi masalah," ucap Arfan yang seketika membuat Layla terkejut.
"Kamu sudah tahu soal foto itu?" lirih Layla bagai desis angin yang masih bisa tertangkap dengan jelas oleh indra pendengaran Arfan.
"Tentu saja, sebelum foto itu nyebar di kampusmu, dan aku nggak peduli dengan semua itu, aku tulus mencintamu La," ucap Arfan dengan mata sayu lalu memeluk tubuh Layla yang menangis tersedu-sedu.
"Terima kasih, aku hanya takut kamu meninggalkanku Fan, kamu pasti kecewa dan malu memilki istri sepertiku," lirih Layla di tengah-tengah tangisannya.
"Tentu saja nggak, Honey. Masa laluku jauh lebih buruk dari itu," lanjut Arfan sembari mengecup kening Layla.
Setelah tangisan Layla reda, mereka mengemasi seluruh pakaian Layla untuk dipindahkan ke kamar Arfan. Perasaan lega pun membuat Layla merasa tenang sekarang, ia mulai kembali ceria meskipun terkadang masih bersikap canggung.
Kini Layla menyesal, mengapa dulu saat masih pacaran dengan Noval dirinya bisa melewati batas meskipun tidak sampai melakukan hubungan seks bebas, namun bagi Layla itu sudah merupakan aib besar. Dan sekarang di saat dirinya menemukan cinta baru ia harus menelan pil pahit atas perilaku buruknya di masa lalu.
Setelah Arfan memasukkan seluruh pakaian Layla ke dalam lemarinya ia lirik jam dinding di kamarnya yang menunjukkan pukul empat sore. Masih ada waktu, pikir Arfan. Tiba-tiba seringai mesum mendominasi wajah tampannya, tanpa banyak bicara Arfan menggendong tubuh Layla ala bridal style menuju kamar mandi. Rona merah muda menyampu wajah Layla hingga menjalar ke lehernya yang semakin tampak menggemaskan bagi Arfan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Contract Marriage
RomansLOVE SERIES #2 Blurb Layla Rahmawati tak menyangka jika jalan hidupnya akan serumit ini, ayahnya kena PHK lalu diputuskan pacar, dan sekarang ia dilema antara menerima atau menolak tawaran yang menggiurkan dari bosnya Arfan Alfarizi, ia hanya cukup...