Chapter 19

14 2 0
                                    

Arfan sedang menatap jendela kaca di hadapannya dengan kedua tangan masuk ke dalam saku celana, melihat kesibukan dan kebisingan kota yang baru saja terbangun dari tidur malamnya saat Ardan masuk ke dalam kantornya. Ardan tertegun menatap Arfan yang tampak sedang memikirkan sesuatu hingga membuat laki-laki itu tidak menyadari kedatangannya sejak 10 menit yang lalu.

"Kamu urus Layla biar aku yang urus masalah di kampus Dek," ucap Ardan memecah kesunyian yang seketika membuat Arfan menoleh padanya.

Ardan tahu ini tidak bisa dibilang masalah ringan karena menyangkut attitude seseorang, terlebih lagi Layla adalah mahasiswi dengan jalur beasiswa dan juga menjadi salah satu mahasiswi teladan di kampus.

Tadi Arfan mengantar Layla ke rumah Ardan terlebih dulu sebelum berangkat ke kantor karena dirinya tidak tega meninggalkan istrinya sendiri di apartemen, mengingat sejak peristiwa di kampus kemarin Layla lebih banyak diam dan menangis, untuk makan saja Arfan harus membujuknya terlebih dahulu.

"Foto itu sudah menyebar di beberapa dosen, semoga saja nggak sampai ke dewan kampus," lanjut Ardan sambil memikirkan cara mencari solusi. Bahkan di kampus belum ada yang tahu jika Layla adalah adik iparnya kecuali Anton, sepupunya.

"Mas tenang saja, aku udah urus pelaku penyebar foto itu," jawab Arfan dengan sorot kemarahan di sana. Ardan terhenyak seketika, tidak menyangka Arfan sudah bertindak dengan cepat dan itu berbahaya jika Arfan tidak bisa mengendalikan emosinya.

"Dek jangan bertindak gegabah, semua masalah harus diselesaikan dengan kepala dingin," ucap Ardan dengan perasaan cemas, tiba-tiba perasaannya gelisah melihat Arfan diselimuti rasa dendam. Ardan tidak ingin Arfan nekat melakukan sesuatu yang membahayakan dirinya atau pun orang lain.

"Mas Ardan tenang saja, Mas cukup rahasiakan masalah ini dari Papa dan Mama sebelum nama baik Layla kembali bersih, aku janji dalam 3 hari semuanya akan beres," balas Arfan lalu pergi meninggalkan Ardan yang masih mematung memikirkan semua ucapan Arfan.

Tit ... Arfan membuka kunci mobilnya hendak meninggalkan kantor saat seseorang memanggilnya. Arfan menoleh lalu menatap lekat sosok pria di hadapannya dengan tatapan dingin. Ia kenal wajah pria itu, pria dalam foto mesra bersama Layla kini berdiri di hadapannya. Alis Arfan terangkat sebelah menatap Noval.

"Lumayan," desis hati Arfan saat mengamati sosok Noval, pria di hadapannya lumayan tampan dengan postur tubuh hampir menyamainya, hanya saja dia masih tampak lebih muda dari pada dirinya, terlihat dari penampilannya yang masih khas dengan gaya anak kampus.

"Saya ingin bicara sebentar dengan Anda," ucap Noval ramah. Noval menatap lekat suami dari perempuan yang ia cintai itu dengan saksama. Pria dengan balutan jas mewah itu tampak berkharisma meskipun tatapannya begitu dingin hingga membuat Noval bergidik ngeri saat mata laser itu menghunus matanya.

"Masuk!" balas Arfan dingin memerintahkan Noval masuk ke dalam mobilnya. Noval menuruti perintah Arfan tanpa kata, ia pun tidak berani membuka obrolan hingga mereka sampai pada sebuah cafe. Arfan meminta pelayan cafe untuk mengantar mereka ke ruang private yang khusus hanya untuk mereka berdua.

"Katakan apa tujuan kamu menemui saya? Saya tidak ada waktu untuk meladeni hal yang tidak penting," tanya Arfan membuka obrolan.

Ehem ... Noval berdeham, mencoba membasahi kerongkongannya yang terasa tercekat, bingung harus memulai dari mana.

"Saya minta maaf sebelumnya karena telah mengganggu waktu Anda, perkenalkan saya Noval, saya yakin Anda sudah tau itu," ucap Noval berusaha bersikap seramah mungkin karena tujuannya datang menemui Arfan adalah untuk meluruskan masalahnya bersama Layla.

"To the point aja," sela Arfan karena sudah tak sabar dengan tujuan Noval menemuinya.

"Semalam Aisyah menelpon saya, menceritakan masalah yang terjadi pada Layla, soal foto itu saya benar-benar tidak tahu bagaimana bisa menyebar, bahkan di dalam ponsel saya foto-foto itu sudah saya hapus cukup lama kecuali di laptop. Saya masih menyimpannya sebagai kenangan dan saya janji akan segera menghapusnya. Maaf, meskipun saya kecewa saat Layla mengatakan dia sudah menikah tapi saya tidak pernah sedikitpun berniat menyakitinya, saya ikhlas melepaskannya asalkan dia bahagia," terang Noval dengan jujur. Noval bisa melihat rahang Arfan mengeras dengan sorot mata tajam ke arahnya, seperti elang yang siap menerkamnya detik itu juga.

Contract MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang