Chapter 7

15 1 0
                                    

Hubungan Arfan dan Layla semakin dekat dan akrab, setiap hari Layla menyiapkan masakan untuk mereka berdua selama cuti seminggu, setiap kegiatan mereka lakukan berdua entah itu memasak, berbelanja, atau membereskan rumah. Untuk mencuci Layla sendiri yang melakukannya. Layla sendiri heran apa selama ini Arfan selalu mengerjakan pekerjaan rumah sendiri ketika tinggal di aparteman.

"La hari ini aku mulai masuk kantor, entah nanti pulangnya jam berapa, kamu nggak usah nunggu aku klo mau makan, oya kamu kuliahnya gimana? Mau aku beliin motor?" Ucap Arfan saat sarapan sudah dengan pakaian rapi.

"Emmm ... Ok. Hari ini aku ada kelas jam 10 juga, aku naik angkot aja, lagian kan deket cuma 2 km aja dari sini," balas Layla setelah meneguk segelas teh hangat.

"Yakin kamu nggak mau motor baru? Motor kamu yang lama biar dipakai Nayla sekolah aja!" Sahut Arfan lagi, bukannya Arfan tidak mau mengantar Layla kuliah tapi ia sendiri sibuk dan pulang kantor juga di jam yang tidak tentu.

"Nggak usah Fan, kamu santai aja, entar aku berangkat naik angkot, pulang bisa bareng Aisyah," terang Layla.

"Ok, oya klo butuh apa-apa kamu bisa pakai ini." Arfan menyodorkan sebuah kartu ATM yang diambil dari dompetnya.

"Buat apa? Kan belanja bulanan kita juga sudah lengkap?" Tanya Layla sambil menyodorkan kembali ATM tersebut ke arah tangan Arfan.

"Udah kamu pakai aja, itu nafkah dari aku." Arfan menggenggam jemari Layla lalu meletakkan ATM tersebut dalam genggamannya.

"Tapi Fan ..," sela Layla, semua kebutuhan sudah terlengkapi ia tidak membutuhkan apa-apa lagi.

"Kamu bisa pakai untuk belanja kebutuhan kamu pribadi, aku paling nggak suka ditolak," tolak Arfan mengucapkannya dengan tegas. Layla hanya bisa mengangguk menuruti kemauan Arfan.

"Aku berangkat dulu, kamu hati-hati nanti klo berangkat kuliah," ucap Arfan lalu berdiri mendekati Layla, mengusap puncak kepalanya dengan lembut, seketika wajah Layla merona, perasaan hangat menjalar ke seluruh tubuhnya. Lalu reflek Layla meraih tangan Arfan dan mencium punggung tangannya, Arfan terkesiap jantungnya tiba-tiba berdegup kencang.

"Iya," jawab Layla singkat, Arfan tersenyum dengan gugup lalu segera melepas tangannya dan ke luar.

***

Kini Layla sedang berbincang dengan sahabat sekaligus kakak iparnya, Aisyah.

"Ai ... Entar pulang kuliah aku main ke rumahmu ya? Arfan kayaknya pulang malam deh, aku sedikit takut di apartemen sendiri," terang Layla sambil berjalan bersama Aisyah menuju kelas. Mereka beberapa kali tersenyum saat berpapasan dengan teman satu fakultas atau pun mahasiswa Ardan yang menyapa mereka. Kini Aisyah sudah dikenal hampir seluruh mahasiswa kampus sebagai istri Ardan, dosen idola di kampus mereka.

"Boleh, aku tadi diantar Mas Ardan, entar juga yang jemput aku Dodik," balas Aisyah santai.

"Bukan Bang Jali Ai? Siapa Dodik?" Tanya Layla penasaran.

"Supirku La, Bang Jali kan supir Mama, Dodik ini keponakan Bang Jali, Mama yang kasih rekom," terang Aisyah. Kini mereka sudah berada di dalam kelas dan duduk bersebelahan.

Pukul 11.30 mereka ke luar kelas lalu menuju kantin kampus, mereka menikmati bakso dan es kelapa muda yang telah mereka pesan.

"Enak ya kalian, sekali tangkap dapat ikan kakap besar," sinis Sofia dan gengnya saat tiba-tiba bergabung di meja Layla dan Aisyah.

"Maksud kamu apa?" Tanya Layla sinis sambil mengaduk es kelapa muda di hadapannya, ia pandangi 3 mahasiswi fakultas ekonomi kakak tingkat mereka yang terkenal sombong dan semena-mena itu secara bergantian, tidak hanya sekali ini saja mereka bertiga mengganggu, bahkan dulu ketika Aisyah masih dekat dengan Ardan mereka sudah membuat ulah. Yah, siapa yang tidak kenal Ardan, dosen tampan yang selalu dielu-elukan para mahasiswi hampir seluruh kampus. Dulu Aisyah sempat menjadi bahan bullyan di kampus karena gosip pernikahannya dengan Ardan yang terkesan ditutup-tutupi, mereka bertiga juga yang menebar gosip miring tentang keluarga Aisyah.

Contract MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang