PROLOG

921 89 182
                                    

"MOMMY, ZEELINE! I'M BACK!" pekikan Amora menggelegar di seluruh penjuru ruangan.

"Kecilkan suaramu, Kak!" tegur gadis cantik berwajah cantik. Namun, memiliki manik mata hazel yang tajam. Dia Zee, Zeeline Flaverline Albert Keith.

"Wajahmu selalu masam, Zee," ujar Arka yang berada tepat di samping Amora, tentunya dengan selalu merangkul pinggang istrinya posesive.

"Dari pada kau, posesive," desis Zeeline.

"Hanya padanya," bisik Arka terpat di samping telinga Amora dengan mengelus lembut pipi istrinya. Hal itu mampu membuat tubuh gadis itu meremang.

"Kau benar-benar akan berangkat sekarang?" tanya Amora setelah beberapa detik yang mengarah pada Zeeline.

Zeeline mengangguk. Gadis itu memang sudah bersiap rapi dengan koper di sampingnya.

Detik selanjutnya Fiona terlihat tengah menuruni anak tangga. "Kebiasaan sekali kau Amora, tak perlu berteriak pun mommy mendengarnya sayang," kata Fiona membuat Amora cengengesan.

"Kau tak bekerja, Dad?" tanya Amora tatkala netranya tak sengaja melihat daddy-nya yang menuruni anak tangga.

"Tentu saja tidak, Daddy harus ikut mengantarakan Zeeline."

Amora mengangguk paham. "Syukurlah."

Zeeline bergelayut manja di lengan sang daddy membuat Reonal menunduk menatap anaknya hangat. "Ayo, sebentar lagi pesawat akan take of."

Reonal tersenyum hangat. Tangannya pun bergerak untuk mengelus lembut pipi sang anak. "Hm, baiklah. Rasanya Daddy tak rela melepasmu, Zee."

"Oh, ayolah Dad. Lama kelamaan kau akan terbiasa tanpaku."

"Mulai melantur kamu, Zee," sahut sang Daddy dengan dingin. Sedangkan Zeeline hanya menyengir kuda.

***

Seorang gadis menapakkan kakinya di negara Indonesia. Ini kali pertamanya ia berkunjung ke Indonesia. Negara yang sedari dulu ingin ia kunjung, pasalnya ada teman online-nya yang tinggal di negara ini.

Ia menurunkan kacamatanya yang sedari tadi bertengger manis di hidung mancungnya. Tubuhnya yang bak model guitar Spanyol mampu mengundang atensi para pasang mata hingga kini mereka menatapnya kagum. Namun, ia sama sekali tak mengindahkan hal itu.

Dari jauh-jauh hari sebelum keberangkatannya ke Indonesia, ia sudah belajar bahasa Indonesia, bahkan kini ia sudah menghafal kosa kata lo-gue yang sering digunakan oleh kalangan anak muda zaman sekarang.

Gadis itu berjalan bak model terkenal. Pakaiannya pun terlihat elegan dan enak dipandang. Usai membawa kopernya ia bergegas pergi menuju rumahnya yang telah dibeli oleh Reonal dari jauh-jauh hari yang memang dikhususkan untuknya.

Sebenarnya ia tak perlu tinggal di rumah, cukup tinggal di apartemen saja ia sudah bersyukur. Namun, Daddy-nya kekeh sekali ingin membelikannya rumah. Siapa sangka Reonal akan membelikannya rumah yang harganya terbilang fantastis, terlebih lagi rumah itu sudah dilengkapi fasilitas yang Reonal siapkan sediri. Begitu posesivenya Reonal pada anaknya sampai tak mengizinkan Zeeline tinggal di apartemen dan justru malah membelikannya rumah. Tak hanya itu, beberapa alat transportasi yang harganya fantastis pun Reonal belikan, semacam motor dan mobil.

Sebenarnya Reonal sempat akan mengirim bodyguard untuk Zeeline selama anaknya tinggal di negara Indonesia. Namun, Zeeline yang notabenya ingin mandiri tentu saja kekeh menolaknnya dan berakhir Reonal pun mengalah.

Tiba-tiba saja ban mobil taxi yang ia tumpangi bocor membuat Zeeline terpaksa harus berjalan kaki. Beruntung ini sudah hampir dekat dengan rumahnya.

Sebenarnya ia belum hafal betul jalanan di Indonesia. Namun, supir taxi tadi bilang bahwa rumahnya hampir dekat.

Zeeline tercengang tatkala netranya tak sengaja menangkap dua orang lelaki yang nampak seperti anak muda tetapi rambutnya sangat berantakan. Sepertinya kedua lelaki itu mabuk.

Gadis itu meneguk salivannya susah payah ketika melihat kedua lelaki itu melangkah maju mendekatinya. Sontak saja hal itu membuatnya memundurkan langkahnya.

"Gue bukan Zeeline yang dulu, gue bukan Zeeline yang lemah!" batin Zeeline berusaha menenangkan trauma di masa lalunya yang kelam.

"Wow, ada mangsa baru, Bar," celetuk salah satu lelaki pada temannya.

"Yoi. Siapin hotel, malam ini bisa kita booking," sahut temannya itu.

Jari-jemari tangannya yang bergetar saling bertaut. Dengan penuh keberanian Zeeline mengambil ancang-ancang untuk berlari menerjang keduanya mengabaikan kopernya.

Sedetik kemudian gadis itu berlari untuk menerjang keduanya setelah sampai beberapa meter dari mereka, dengan segera Zeeline menerjang keduanya dengan salah satu kakinya dan sasaran pertama berhasil mengenai wajah kedua lelaki itu.

"Cantik tapi kasar, boleh juga," desis salah satu lelaki lalu kembali melangkah maju mendekati gadis itu dan hendak membogemnya. Namun, dengan cepat Zeeline menangkis pukulan lelaki itu dengan sebelah tangannya lalu sebelah tangannya lagi meninju perut lelaki itu membuat lelaki itu tersungkur kebelakang. Pukul terakhir Zeeline berikan pada lelaki itu hingga membuat salah satu dari dua orang lelaki itu tepar karenanya.

Karena tak terima temannya kalah, lelaki itu balas membogem Zeeline ketika gadis itu lengah. Sial! Lelaki itu memukul kelemahannya membuat Zeeline meringis. Namun, itu tak membuat Zeeline tumbang justru gadis itu balas membogem lelaki itu kemudian menerjangnya menggunakan salah satu kakinya hingga lelaki itu tersungkur ke atas aspal.

Zeeline mendengkus kesal ketika lelaki itu kembali bangun lalu hendak memberikan bogeman mentah pada wajah cantiknya. Namun, pria itu malah tumbang terlebih dahulu karena seorang lelaki yang tiba-tiba datang entah dari mana.

Zeeline menatap lelaki itu intens. Pahatan wajah yang sempurna membuatnya berhasil terpukau. Lelaki itu sangat berkharisma membuatnya tak mampu hanya sekedar berkedip.

Sedetik kemudian pandangan mereka bertemu membuat Zeeline dapat melihat manik mata hitam legam milik lelaki itu yang menatapnya intens.

"Udah malem, ngapain jalan sendiri di tempat sepi?" tanya lelaki itu membuat Zeeline tersadar.

"Taxi yang gue tumpangin bannya bocor, alhasil gue jalan kaki karena gak ada taxi yang lewat lagi," jelas Zeeline seadanya.

Lelaki itu memilih berlalu pergi dari hadapan gadis itu. Zeeline menatap kepergian lelaki itu dengan pandangan tak terbaca. Padahal ia belum sempat mengucapkan kata terimakasih. Tak mengindahkan hal itu lagi, Zeeline kembali mengambil kopernya untuk melanjutkan perjalanannya yang tertunda. Biarlah kedua lelaki itu tepar di sana, karena bodyguard sang daddy tak ada di Indonesia, itu sebabnya ia bingung harus meminta pertolongan pada siapa. Jika saja saat ini bodyguard daddy-nya ada di Indonesia. Sudah dapat dipastikan jika ia akan menyuruh mereka untuk membawa kedua lelaki itu ke rumah sakit.

"Sorry," batinnya berkata tak enak hati.

Tin

Zeeline menoleh ke belakang dan mendapati lelaki tadi yang menolongnya.

"Lah, belum pulang?" beo gadis itu. Namun, tak digubris oleh lelaki itu.

"Naik," titah lelaki itu membuat Zeeline menurut saja. Karena memang pada dasarnya kesempatan tidak akan datang dua kali.

TBC

Siapa cowoknya? Penasaran dengan kelanjutan kisah ini? Vote komen dulu, ya nanti lanjut. Cast menyusul^-^

Vote juseyo^^

Hi Mom! 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang