Pt.04

340 25 30
                                    

Malam hari ini Zeeline sibuk menidurkan bayi yang sudah Bian beri bernama Kanaya Tabitha Atmajaya. Ya, Bian memutuskan untuk mengadopsi Kanaya bersama Zeeline. Ia tak mungkin membiarkan Zeeline mengurus bayi itu seorang diri, terlebih lagi Zeeline masih seorang pelajar. Setidaknya ia harus ikut mengurus bayi itu, dengan begitu ia bisa tenang karena tak akan khawatir dengan Zeeline yang mengurus bayi seorang diri.

Memang harus siap menanggung segala resikonya, semacam omongan tetangga pun mereka harus siap mental, terlebih lagi jika seluruh murid di sekolahnya tahu, bisa-bisa mereka akan berasumsi sendiri dan mengira Zeeline hamil di luar nikah.

"Zee, itu Kana gak tidur-tidur?" tanya Bian yang baru saja keluar dari dalam kamar mandi dengan rambut yang basah. Namun, lelaki itu sudah memakai pakaiannya.

"Iya, gak tau kenapa, gue bingung."

"Sini, biar gue yang gendong." Lelaki itu melangkah mendekati keduanya lalu mengambil alih Kanaya dari dalam gendongan Zeeline. Kana nampak tengah mengedot susu.

Bian menatap anaknya teduh. "Kenapa ya, anak selucu ini dibuang gitu aja."

"Hm, padahal di luar sana banyak yang mau punya anak, gak bersyukur banget ya gak si?"

Bian mengangguki ucapan Zeeline. "Mungkin mereka juga punya alasan lain, entah itu dari segi ekonomi dan sebagainya."

Zeeline mengangguk menyetujui. "Bisa jadi."

"Kak," panggil Zeeline membuat Bian berdehem lalu menoleh menatap Zeeline teduh.

"Gimana kalo orang tua Kana ngambil dia lagi kalo semisal Kana udah gede?" tanya Zeeline dengan suara merendah.

"Jangan nethink dulu, Zee."

"Iya ini kan misalnya."

Bian menggeleng pelan. "No, jangan mikir yang macem-macem. Kalo pun iya gue gak bakalan ngelepas Kana gitu aja."

"Bener, ya?" Bian mengangguk menanggapinya.

"Udah, gih sana tidur. Kentara banget capenya."

Zeeline mengerjapkan matanya beberapa kali dengan lucu. "Iya kah?"

Bian terkekeh lalu mengangguk. "iya udah gih sana ngebo."

"Gakpapa gue tinggal tidur?

"Iya Zee, gakpapa."

Zeeline tersenyum merekah lalu bergegas menaiki kasur queen size-nya. Bian lagi-lagi mampu dibuat terkekeh.

"Lucu," batinnya.

***

Keesokan harinya Bian kembali datang untuk menjemput Zeeline dan Kanaya. Ketika keduanya sekolah, Kanaya akan dititipkan pada bundanya. Tentu saja bundanya dengan senang hati menerima Kanaya karena memang kemarin malam Bian sudah menjelaskan semuanya.

Ketika ia masuk, rumah nampak begitu sepi. Saat ia cek di kamar Zeeline, dan Kanaya keduanya tak ada. Sepertinya di halaman belakang rumah, lantas ia bergegas menuju belakang rumah berharap keduanya ada di sana.

Langkahnya terhenti tepat di ambang pintu. Dilihatnya Zeeline tengah menjemur baju sang bayi dan Kanaya yang anteng di tempat bayi.

Gadis itu mencepol rambutnya asal membuat leher jenjang mulusnya terlihat jelas.

Bian terus memperhatikan dari awal Zeeline menjemur baju sampai gadis itu menenangkan Kanaya yang menangis, bahkan sampai mengabaikan cucian bajunya. Bian kagum ketika melihat naluri seorang ibu melekat dalam diri Zeeline.

Ia bergegas menghampiri keduanya ketika Zeeline terlihat kesusahan menenangkan Kanaya yang terus menangis tanpa henti. Namun, anehnya tangisan Kanaya berhenti ketika ia menggendongnya. Tentu hal itu membuat Zeeline tertegun.

"Ih curang nih, masa sama gue gak anteng," dengus Zeeline membuat Bian tersenyum geli.

"Masuk gih sarapan, ini biar gue aja yang beresin," titah Bian seraya melirik ke arah cucian baju.

"Gakpapa, nanggung."

"Masuk, Zee," tegasnya dingin membuat Zeeline tertegun dan bergegas masuk ke dalam rumah. Jujur sana, tatapan dingin Bian membuat aura gelap lelaki itu terasa seakan Bian memiliki sisi lain.

Bian pun ikut menyusul Zeeline. Sesampainya di ruang makan, Zeeline dapat melihat kotak nasi yang berisi nasi goreng.

Matanya berbinar melihat itu. "Wangi banget, pasti rasanya enak."

"Ini lo yang buat?"

Bian menggeleng. "Bunda yang buat."

Zeeline manggut-manggut. Lalu setelahnya gadis itu segera menyantap sarapannya dengan hidmat.

Bian menatap Zeeline teduh. Ia senang melihat Zeeline yang begitu lahap memakan nasi goreng buatan bundanya. Ia beralih menunduk menatap anaknya yang ternyata sudah tertidur pulas.

"Udah sarapan kan?" Bian mengangguk menanggapinya.

Usai sarapan, Zeeline meminum air putihnya hingga tandas, setelahnya ia bangkit dari duduknya.

"Sini Kana-nya," celetuk Zeeline membuat Bian menyodorkan Kanaya pada Zeeline dan Zeeline mengambil alih Kanaya.

Bian bangkit dari duduknya membuat Zeeline terheran. "Mau kemana?"

"Jemur baju," sahut lelaki itu membuat Zeeline ber"oh" ria.

Setelah mengatakan hal itu Bian bergegas pergi menuju halaman belakang untuk menjemur baju.

Usai menjemur baju Bian kembali masuk ke dalam rumah lalu ketiganya pergi menuju rumah Bian untuk menitipkan Kanaya.

Di tengah perjalanan Zeeline masih sempat saja berdandan hanya sekedar memoles wajahnya memakai make-up tipis. Hanya bedak dan liptint saja.

Baru saja Zeeline hendak memasukkan kembali liptint ke tasnya. Namun, Bian malah menghapus liptint yang menempel di bibirnya itu menggunakan tangannya.

"Kak!"

"Menor," ujar Bian dingin membuat Zeeline mendengkus kesal.

"Nyebelin ih, cuma liptint doang masa menor warnanya juga cantik kok gak merah," gerutunya sebal.

Zeeline hendak memakai kembali liptint tersebut. Namun, Bian sudah terlebih dahulu merebutnya lalu memoleskan lipsbam itu pada bibirnya sendiri, hanya tipis. Tentu saja hal itu mampu membuat Zeeline cengo, terlebih lagi lelaki itu malah menaruh lipsbam miliknya di saku celananya.

"Itu punya gue kak! Minta gak izin lagi," sungut Zeeline.

Bian sama sekali tak mengindahkan hal itu, lelaki itu memilih kembali fokus memandang ke depan seraya menyetir mobilnya seolah tak ada yang terjadi.

TBC

Hi Mom! 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang