Pt.05

475 32 30
                                    

Bel istirahat telah berbunyi membuat para murid berhamburan menuju kantin sekolah untuk mengisi perutnya yang sudah keroncongan.

Sama halnya dengan Zeeline, gadis itu hendak pergi menuju kantin. Namun, sebuah suara memanggilnya membuatnya menoleh.

"Zee."

Dilihatnya seorang lelaki menghampirinya. Siapa lagi jika bukan Bian.

"Kenapa?"

Lelaki itu menyodorkan secarik kertas yang berisikan formulir. "Shasa nyuruh gue buat ambil formulir dari ketua seni musik dan kasih ini ke lo."

Sedetik kemudian binar di mata Zeeline tercetak jelas. Dengan segera ia menerimanya. "Thank's ya. Bay the way Shasa mana?"

"Sakit." Zeeline kembali murung mendengarnya. "Padahal gue mau berterimakasih, sama ngajak dia main bareng temen gue nanti."

"Siapa?"

"Selina, temen online gue. Gue kenal dia pas masih di Amerika."

Lelaki itu mengangguk paham. "Besok juga Shasa sembuh."

"Oke deh besok aja."

"Lo mau ke kantin kan?" tanya Bian membuat Zeeline mengangguk menanggapinya.

"Iya."

"Zeeline." Sebuah suara membuat keduanya mengalihkan atensinya pada Rayyan yang hendak menghampiri keduanya.

"Eh, Rayyan. Lo gak ke kantin?"

"Ini mau, bareng gue, ya?"

Zeeline mengangguk pelan. Ia beralih menatap Bian yang kini memasang raut wajah datar.

"Kantin gak?"

"Hm."

Setelahnya ketiganya pun bergegas menuju kantin untuk mengisi perutnya masing-masing.

Sesampainya di kantin Rayyan yang memilih memesankan makanan, sedangkan Zeeline sudah duduk bersama Bian di sebelahnya.

"Kak, geseran dikit napa," celetuk Zeeline ketika Bian menempelinya seakan enggan berjauhan dengannya sedikit pun.

"Mager."

Zeeline merotasi bola matanya malas. "Up to you."

Tak lama Rayyan datang dengan membawa pesanan lalu menaruhnya di atas meja.

Wajah Zeeline yang berseri tak luput dari pandangan Bian. Ketiganya segera menyantap makanannya dengan hidmat.

"Makan yang banyak," bisik Bian dengan menepuk pelan pucuk kepala Zeeline. Hal itu mampu membuat Zeeline mematung.

"Nafas, Zee."

Seakan tersadar, Zeeline menarik nafasnya dalam lalu mengeluarkannya secara perlahan. Entah mengapa Zeeline merasa gugup dan memilih melanjutkan makanannya yang tertunda, sedangkan Bian malah terkekeh akan tingkah Zeeline.

***

1 bulan kemudian

Bian yang gemas dengan anaknya– Kanaya pun mengangkat tubuh Kanaya lalu menciumi seluruh inti wajahnya.

"Ppahhh pah angg sahhh!" rengek Kanaya seraya meraup wajah sang ayah.

(Papa basah!)

Bian tertawa melihat anaknya yang begitu menggemaskan. Zeeline yang melihat itu pun tersenyum hangat.

"Pahh cum mamm-mah," kata Kanaya membuat Zeeline dan Bian terdiam.

(Pah, cium mama)

Zeeline berdehem pelan. "Sayang, Daddy bau acemm, mandi dulu ya Daddy-nya." Zeeline hendak mengambil alih Kanaya dari gendongan Bian. Namun, pergerakannya terhenti ketika merasakan benda kenyal menempel di bibirnya. Bian menciumnya! Demi apapun Zeeline ingin menjerit detik itu juga. Bagaimana tidak, Bian adalah salah satu most wanted boy di sekolahnya, dan ini sangat bersejarah sekali karena baru kali pertamanya Bian mencium pipi seorang gadis, terlebih lagi Bian memberikan kecupan basah di pipinya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 04, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Hi Mom! 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang