Sesuai rencana, Jimin menemui Jessica di sebuah cafe yang sering mereka jadikan tempat kencan. Sedikit berbincang di awal, sekadar menanyakan kabar masing-masing setelah tak bertemu beberapa hari. Terlebih lagi, Jimin yang baru saja pulih.
"Emm, Jim, sebenarnya.. aku mengajakmu bertemu untuk bertanya suatu hal," ucap Jessica usai menyesap minumannya.
"Tinggal bertanya saja, sayang." Jimin tersenyum manis, meyakinkan pacarnya itu untuk bertanya. Lekaki itu memajukan tubuhnya. Dapat ia lihat raut ragu dari wajah perempuan itu.
Jessica membasahi bibirnya sebelum akhirnya bertanya, "Kau mencintaiku 'kan, Jim?"
Jimin mengerutkan keningnya. "Aku benar benar mencintaimu, Jessica. Apakah semua sikapku kurang meyakinkan?"
"Bukannya begitu, Jimin-ah. Ya.. aku ingin bertanya saja, takutnya kau flashback lagi dengan mantanmu," ucap Jessica dengan wajah yang seketika cemberut.
"Mantanku? Siapa?"
"Kim Haneul, teman sekelasku.”
"Tadi di kelas, aku melihat Yura dan Haneul sedang membicarakan sesuatu dan aku mendengar Yura mengucapkan namamu. Sepertinya mereka membicarakanmu. Tapi anehnya.. Haneul terlihat takut," sambung Jessica."Hmmm, Haneul dan Yura membicarakanku? Tak usah curiga, sayang. Aku sudah tidak memiliki hubungan apa-apa lagi kok dengan Haneul. Kau tahu, aku itu sangat membencinya. Untuk apa menyukai orang yang sudah jelas-jelas melukai hatiku? Kau jangan khawatir, aku hanya mencintaimu."
Dengan pernyataan Jimin tersebut, Jessica percaya bahwa Jimin tidak akan mengkhianatinya. "Aku juga, Jimin. Aku sangat mencintaimu." Pasangan itu pun meninggalkan cafe tersebut dengan bergandengan tangan.
~*~
"Sepertinya yang bernama Kim Haneul itu adalah orang yang sangat dekat dengan Yura. Baiklah, target sudah didapatkan."
Melihat kedekatan antara Haneul dan Yura membuat Areum yakin bahwa orang yang paling dekat dengan Yura adalah Haneul. Dari mulai tempat duduk yang bersebelahan, mengobrol bersama, dan kemana-mana pun berdua.
Untuk hari pertama berkuliah, dia merasa senang karena bisa langsung mendapatkan target yang tepat. Dia merencanakan sesuatu seperti halnya dulu sewaktu di bangku sekolah dasar. Areum adalah murid yang paling bermasalah di sekolahnya dulu. Sampai-sampai kedua orang tuanya kewalahan mengurus kenakalan Areum hingga dia dikeluarkan dari sekolahnya. Dia pun didaftarkan di salah satu sekolah yang ada di Hongkong hingga kini ia pun kembali ke Korea, tempat kelahirannya dan bertemu dengan temannya dulu.
Dia kira Jimin berkuliah di kampus yang sama dengan Yura, tetapi ternyata lelaki itu lebih memilih kampus lain.
"Buat rencana apa ya? Bodoh sekali aku, target sudah dapat tapi rencananya saja belum dibuat.""Sepertinya Yura dan si murid baru itu punya masalah, terlihat dari tatapan-tatapan tajam yang mereka lemparkan satu sama lain, seperti menahan amarah. Sebenarnya bagaimana kepribadian Areum itu sampai-sampai Yura dan Jimin membenci murid baru itu dan dia bilang aku pun akan membencinya. Jadi kepikiran deh," batin Haneul sambil menggerak-gerakakan pensil yang digenggam sejak tadi.
"Hey, Yura-ya, cerita dong siapa Areum itu sebenarnya? Dari tadi aku terus memikirkannya. Ayo dong, ceritaa!!" pintanya menggoyang-goyangkan lengan Yura dengan keras.
"Aww, sakit, Haneul-ah.. Kau ini pelan-pelan dong, tidak usah pakai emosi begitu. Jadinya merah kan tangankuu." Yura meringis pelan karena tangannya yang dipegang dan digoyang-goyangkan oleh kawannya dengan keras sampai menimbulkan warna merah.
"Hehe maaf, ayo donggg." Haneul terus mendesak Yura agar mau bercerita. Dia pun menampilkan wajah memelas dan mulai melakukan aegyo. Ia tau kalau sudah ber-aegyo, Yura pasti luluh.
"Ahh, lagi-lagi kau menampilkan aegyo itu.. kau bilang kau terus memikirkan perihal Areum, untuk apa dipikirkan? Aku kan tidak memintanya."
"Ya... aku 'kan ingin tau Yura-yaa, kau tau kan temanmu ini adalah orang yang kepo. Atau kalau kau tidak mau, aku akan membeberkan rahasiamu," ucap Haneul bermaksud mengancam Yura.
"Rahasiaku? Yang mana?" Ia menunjuk dirinya dengan pandangan yang bingung.
"Rahasia kau berpacaran dengan Taehyung!!" Yura membelalakkan matanya mendengar perkataan Haneul.
"Bisa-bisanya dia mengancamku dengan cara membeberkan rahasiaku," pikir Yura dengan wajah cemberut. Kalau sudah menyangkut rahasianya itu ia pasti kalah, dia akan melakukan apapun agar rahasianya itu tidak terungkap.
"Hem... dulu itu, Areum adalah anak yang bermasalah di sekolah kami sampai-sampai kenakalannya itu membuat semua orang di sekolah itu benci padanya, dari mulai murid sampau guru-guru. Ya walaupun ada 2 murid yang dekat dengannya dan 2 murid itu juga merupakan murid yang bermasalah. Awalnya 2 murid itu adalah murid yang baik tapi karena terpengaruh oleh Areum jadinya mereka ikut-ikutan. Saat itu juga, Areum menyukai Jimin. Selalu mengejar Jimin walaupun dia tidak menghiraukannya. Ada kasihannya juga sih.. tapi ya suruh siapa dia jadi anak nakal begitu. Aku juga tidak akan setuju kalau sampai Jimin berhubungan dengan Areum. Jimin juga membencinya, Areum selalu mengikutinya, everywhere. Jimin pasti risih. Sampai akhirnya Areum dikeluarkan, kami dan yang lainnya senang karena di sekolah sudah tidak ada lagi si pembuat onar. Walau cantik, tapi sikapnya jauh berbanding terbalik. Yaa, pokoknya gitu dehh, jangan sampai kau mudah terpengaruh olehnya. Kuperingatkan kau!" Yura menunjuk wajah Haneul, membuat si pemilik wajah terkejut.
"Ohh gitu, iya ya dia itu cantik sekali. Sama saja dong, walaupun wajahnya cantik tapi sikapnya tidak terpelajar, wajah cantiknya itu sia-sia." Yura hanya menganggukkan kepalanya dengan ekspresi tak suka.
Setelah bercerita tadi, Haneul berdiri lalu berjalan menghampiri Areum yang sedari tadi hanya duduk, ingin melakukan apa pun juga karena dia belum mengenal teman-temannya. Yang dia kenal di kelasnya ini hanyalah Yura.
"Hai, namaku Kim Haneul, salam kenal." Haneul menjulurkan tangannya pada Areum tak lupa dengan senyumnya.
"Ohh, hai.. namaku Lee Areum, salam kenal juga." Areum menerima jabat tangan Haneul dan membalas senyumnya.
"Idihh, so manis amat," gumam Yura, tapi masih bisa didengar oleh Areum. Dia membuang pandangannya dari Areum dengan tangan yang ia lipat di perut.
"Kau pasti sudah tau aku siapa, jadi kurasa aku tidak perlu memperkenalkan diriku," ucap Yura dan langsung kembali ke kursinya.
"Siapa juga yang ingin berkenalan denganmu, geer sekali kau Park Yura!" ucap Areum dalam hati. Dirinya harus terlihat baik di depan Haneul agar rencananya berjalan mulus.
Meski sebenarnya gadis Kim itu telah mengetahui sifat asli Areum, tapi dia ingin melihat apakah dia masih memiliki kepribadian seperti yang dikatakan Yura atau sudah berubah. Bisa saja selama di Hongkong sikapnya berubah menjadi baik dan sopan, tidak seperti yang dulu.
"Huhh, Haneul! Sudah kuperingatkan agar tidak dekat-dekat dengan Areum, tapi tetap saja mendekatinya." Yura mendengus kesal. Dari tadi ia terus memperhatikan kawan dekatnya dan Areum yang sedang berbincang-bincang tepat di sebelah bangkunya. Ingin rasanya ia menarik Haneul untuk menjauh dari Areum, tapi itu mustahil. Alhasil, ia hanya terdiam sambil terus mendengar percakapan temannya.
"Oh begitu ya, kalau begitu aku kembali ke bangku ya. Kasihan tuh ada yang sendirian." Haneul menyudahi kegiatan bincang-bincangnya dengan Areum. Lagi-lagi ia bersikap seperti itu. Menyadari bahwa dia terlalu lama berbicara berdua dengan Areum dan melupakan sahabatnya.
"Hah?? Iyaa." balas Areum.
-----------------------------------------------------------
Haii, buat pembaca yang udah sempet baca cerita ini, tapi ceritaku malah gantung setahun. :((
Terima kasih sudah mampir. Minta vote dan komennya, yaaa!
Terima kasih! ^_^
KAMU SEDANG MEMBACA
Late Love
FanfictionPark Jimin dan Kim Haneul Dua insan yang mengalami rasa cinta yang tepat, tetapi pada waktu yang salah. Park Jimin, termakan penyesalan. Kim Haneul, termakan kesedihan. Cinta yang terlambat menjadi buah dari rasa sesal seorang Park Jimin.