Setelah perbincangan singkat, Jimin dan Yura pun berangkat menuju Hollys Coffee yang tidak jauh dari rumah mereka. Setelah sampai, ternyata orang yang dimaksud sudah terduduk manis di meja paling ujung. Jika saja tadi Yura tidak mencegahnya, mungkin Jimin akan sampai lebih dulu daripada orang tersebut. Lelaki itu pun mendaratkan bokongnya pada kursi yang ada dihadapan Jessica.
"Ada apa kau mengajakku bertemu? Ingin menjelaskan semuanya? Aku sudah tau," ucap Jessica tanpa basa-basi.
"Kau bicapa apa, sayang? Aku benar-benar tidak paham dengan semua ucapanmu."
"Berhenti menyebutku dengan sebutan itu, kita sudah putus! Aku tidak menyangka kau akan berbuat seperti ini padaku," cerca Jessica.
Jimin makin tidak mengerti. Sebetulnya apa yang dia lakukan? Kenapa Jessica mengatakan hal seperti itu?
"Jelaskan padaku, Sica-ya... kenapa kau mengakhiri hubungan kita?? Apa aku berbuat salah padamu??" tanyanya tak sabaran. Dia benar-benar tidak tahan dengan semua ini.
Jessica merisik tasnya, mencari ponselnya lalu menunjukkan satu foto pada lelaki itu. Jimin langsung saja terkejut melihatnya. Foto itu sangat jelas menampakkan dirinya dengan mantannya, Haneul. Ia mengerti sekarang.
"Kau salah paham. Aku tidak melakukan apapun dengan dia di belakangmu." Ia berusaha membuat Jessica mengerti. Inginnya meraih tangan kekasihnya (atau mungkin sudah bukan), tetapi tangan itu lebih dulu menepisnya.
"Sudah kuduga... Tidak kau, tidak Haneul, kalian sama saja ingin menipuku. Mana ada orang yang jujur bahwa dirinya tengah selingkuh dibelakang kekasihnya. Kau dan perempuan itu sama saja, mengiraku salah paham. Padahal jelas-jelas sudah ada buktinya. Ahh, aku lelah memikirkan semua ini. Yang aku inginkan hanyalah kau jangan anggap aku sebagai kekasihmu lagi, karena aku tidak ingin punya kekasih seorang pengkhianat sepertimu!!" hardiknya tanpa henti lalu meninggalkan Jimin yang masih memproses ucapannya.
Yura yang sedari tadi diam dan hanya mendengarkan obrolan panas tadi berdiri dan menghampiri saudaranya itu. Mengajaknya pulang karena ia pikir masalahnya telah selesai. Dengan langkah gontai, Jimin jalan mengikuti langkah Yura untuk pulang.
~*~
Dari hari ke hari, Jessica makin menjauhi Haneul. Dia menganggap Haneul seperti musuh. Haneul tentu jengah dengan keadaan ini. Oh ayolah, dirinya bukanlah seperti yang kalian pikirkan. Selain Jessica, teman-teman sekelasnya pun menjauhinya. Hanyalah Yura yang menerimanya sebagai teman. Ia tahu apa yang membuat teman-temannya menjauhi sahabatnya dan ia pun tau siapa yang membuat semua ini terjadi.
Hari itu, di tempat kejadian, dia pergi ke toilet meninggalkan Haneul dan Jimin berdua di meja kedai. Ia tidak bermaksud apa-apa, ia hanya ingin melihat reaksi keduanya jika dibiarkan berduaan.
Tidak sengaja ia melihat Areum di luar kedai tersebut dengan posisi sedang memotret sesuatu dari luar ke dalam kedai. Pikirnya, mungkin saja perempuan menyebalkan itu hanya iseng memotret sesuatu di dalam toko. Mengingat itu, Yura sekarang yakin. Hari itu, Areum sedang memotret Haneul dan kembarannya yang kemudian dikirimlah foto itu kepada Jessica. Ia janji akan menjelaskan kebenarannya.
~*~
"Jiminie, boleh aku masuk?" Teriakkan Yura menghentikan kegiatan yang sedang Jimin lakukan."Masuk saja!"
Masuklah Yura ke dalam kamar bernuansa gelap itu. Dia duduk di pinggir kasur. "Ada yang ingin aku bicarakan, tapi apa aku mengganggumu?" tanyanya usai melihat Jimin yang sedang bergulat dengan buku-buku tebalnya.
"Tidak, kau mau membicarakan tentang apa?" tanya Jimin seraya menoleh. Ia langsung merapikan buku-bukunya dan menghampiri Yura, lantas duduk di samping kirinya.
"Kau masih ingat Areum? Teman sekolah kita dulu yang selalu mengejarmu." Jimin mengangguk. "Ada apa? Apakah dia datang lagi?"
"Tepat. Kau tau, sekarang aku dengannya satu kelas lagi. Sepertinya dia masih mencintaimu." Yura mengembuskan nafasnya pelan.
Jimin bergidik. "Sungguh? Ah, untung saja aku tidak satu kampus denganmu. Kalau begitu, bisa-bisa dia mengejarku seperti dulu. Tapi, bagaimana bisa kau tau dia masih mencintaiku?"
"Dialah yang menyebabkan kau dan Jessica putus. Aku pun yakin, foto kau dan Haneul yang ada di ponsel Jessica itu akibat perbuatannya. Tapi aku tidak tau kenapa dia bisa tau kalau Jessica adalah pacarmu." Jimin hanya menganggukkan kepalanya cuek. Yura bingung kenapa reaksi saudaranya ini biasa saja.
"Hei, ada apa denganmu? Waktu itu, kau sangat terpuruk setelah diputuskan oleh Jessica..
dan sekarang kau biasa saja setelah mengetahui siapa dalangnya." ujar Yena."Lantas, apa aku harus berlarut-larut dalam kesedihan? Sudahlah lupakan kejadian itu. Itu juga salahmu kenapa waktu itu kau meninggalkanku dengan Haneul berdua?"
"Kenapa jadi menyalahkanku? Hmm, tapii... kau gugup ‘kan didekatnya??" goda Yura. Ia tau pasti bahwa Jungkook masih menyimpan rasa cintanya pada sahabatnya.
Jimin yang mendengarnya terkejut. "Gugup? Aku tidak gugup sama sekali didekatnya," sangkalnya yang memang berbohong, dengan gengsi pula.
"Ahh, mengaku saja. Kau harus jujur ya, waktu kau memutuskan Haneul dulu kau masih mencintainya ‘kan?"
"Kenapa jadi membahas itu? Aku tidak mau membahas tentang hubunganku dengannya dulu! Keluar sana, aku ingin istirahat!" usir Jimin kemudian. Yura itu memang senang membicarakan hal-hal random secara tiba-tiba.
"Huhhh!" rutuk Yura sembari keluar.
~*~
"Selamat pagi."
Tidak ada sahutan dari sapaannya. Ia berjalan menuju kursinya. Dapat dia rasakan setiap langkah demi langkah, tatapan teman-temannya seperti mengintimidasinya. Sakit hati memang, tapi ia harus terima. Toh nanti juga dengan sendirinya teman-temannya berubah kembali. Ya semoga saja.
Belum lama setelah dia mendudukkan diri di kursinya, Yura datang dan langsung menghadangnya dengan rangkaian peringatan.
"Rae Sup-ah, aku minta padamu untuk jangan dekat-dekat dengan Areum. Sudah kukatakan hal ini berulang kali padamu dan kuharap ucapanku kali ini kau turuti," ujarnya.
Haneul bingung dengan perkataan sahabatnya itu. Tak biasanya temannya itu mengeluarkan suaranya pagi-pagi. Biasanya pagi-pagi yang dilakukannya hanyalah membaca ulang catatannya.
"Selalu saja seperti ini.. kenapa sih kau bersikeras menyuruhku menjauhi Areum?" balas Rae Sup dengan nada seperti menyolot. Sungguh ada apa dengan temannya ini?
"Dialah yang membuatmu dibenci oleh Jessica dan teman-teman. Foto yang dijadikan bukti oleh Jessica pada saat meminta penjelasan padamu terkait Jimin itu adalah hasil potret si gadis penghasut. Sepertinya dia masih menyukai kembaranku sampai-sampai dia melakukan hal yang tidak ia ketahui untuk menjauhkan orang-orang yang dekat dengan Jimin. Seperti halnya Jessica. Dia melakukan hal itu agar Jessica memutuskan Jimin, dan setelah itu ia dapat dengan mudahnya mendekati seperti dulu," terang Yura serius. Berharap temannya yang satu ini menurutinya.
"Areum masih menyukai Jimin?" Yura mengangguk.
"Tapi bisa saja bukan dia pelakunya, Yura-ya. Semuanya harus ada bukti." Menyangkal, menyangkal, dan menyangkal. Entah sampai kapan Yura harus meyakinkan Haneul supaya mempercayainya. Bukti? Tentu. Setiap pernyataan pasti harus ada buktinya agar pernyataan itu dapat dipercaya 'kan?
-----------------------------------------------------------
KAMU SEDANG MEMBACA
Late Love
FanfictionPark Jimin dan Kim Haneul Dua insan yang mengalami rasa cinta yang tepat, tetapi pada waktu yang salah. Park Jimin, termakan penyesalan. Kim Haneul, termakan kesedihan. Cinta yang terlambat menjadi buah dari rasa sesal seorang Park Jimin.