Masih dengan rencananya, Yura mengajak 'mantan sepasang kekasih' itu ke kedai es krim. Terlihat banyak pengunjung di kedai tersebut. Mungkin selain rasanya yang enak, tempatnya yang nyaman pun membuat siapa pun tertarik. Bahkan, Yura yang random memilih kedai itu cukup terperangah.
Setelah memesan, mereka berjalan menuju salah satu meja kosong. Baru saja duduk, Yura berucap, "Aku ke toilet sebentar. Jangan kemana-mana!" yang membuat Haneul dan Jimin menaikkan kepalanya yang sama-sama menunduk.
"Cepat kembali, Yura-ya!" ucap Haneul yang sebenarnya gugup.
Sepeninggal Yura, keduanya hanya diam, sama-sama terlihat gugup. Tidak ada yang dilakukan selain menyendok es krim yang sudah mulai mencair.
"Ya Tuhan, kenapa aku gugup sekali. Aku harus lakukan apa? Awas saja kau, Park Yura!" rutuk Haneul dalam hatinya.
"Apa jangan-jangan Yura mengerjaiku lagi?? Ah, kenapa diriku gugup di dekat dia? Apa mungkin aku masih menyukainya? Tidak mungkin! Aku 'kan mencintai Jessica. Mana mungkin aku menyukai dia. Wahai hati... kenapa, sihh??" Pikiran dan hati Jimin rasanya tengah berperang. Kini ia bingung. Apa yang terjadi dengan dirinya?
Sementara itu, tampak seseorang di luar kedai yang memperhatikan Haneul dan Jimin. "Apakah itu Haneul? Sedang apa dia di sana... dengan seorang lelaki. Sepertinya aku mengenal laki-laki itu, tapi siapa ya?"
Seseorang itu terlihat berfikir, dan akhirnya...
"Apa aku tak salah? Itu kan Jimin! Sedang apa dia berduaan dengan Haneul? Apakah dia mencoba menduakan Jessica? Omo!!" tambahnya.Tanpa ragu, dia mengambil gambar keduanya yang tengah duduk berhadapan. Lalu, dia mengirim foto itu kepada Jessica. Apakah ia bermaksud mengganggu hubungan orang lain? Padahal dia tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi.
"Setelah Jessica melihat foto ini, dia pasti akan menjauhi Haneul dan memutuskan Jimin, haha... dan akhirnya aku bisa mendekati si tampan lagi. Pintar sekali kau, Lee Areum!" pikirnya dengan senyum licik, senyuman kemenangan. Dia pun pergi meninggalkan tempatnya tadi.
~*~
Esoknya di ruang kelas Haneul, suasana riuh sebab dosen yang belum datang. Kelas itu berisi mahasiswa-mahasiswi aktif yang tak bisa diam.
"Bisakah kalian diam?!" teriak seseorang yang tak lain adalah Jessica. Ya, dia adalah ketua kelas di kelas ini. Seketika suara 'liar' pun hilang.
"Apa Haneul sudah datang?" tanyanya.
"Sepertinya sudah, tapi dia tidak ada di kelas, mungkin keluar," terang salah satu mahasiswa. Dia melihat bangku yang bersangkutan dan hanya ada tasnya yang sudah mejeng.
"Bisa tolong carikan dia? Siapa pun."
"Biar aku saja," tawarnya kemudian keluar mencari keberadaan Haneul.
Tak lama akhirnya Haneul pun ditemukan di perpustakaan. Dia sedang membaca buku. Ah, sepertinya bukan sedang membaca buku. Terbukti dari pandangannya yang... yang entah kemana.
Mahasiswa tadi mendekatinya. "Haneul-ah, bisakah kau kembali ke kelas? Jessica mencarimu."
Haneul tersadar dari lamunannya. "Jessica mencariku? Ada apa?" tanya Haneul dengan raut sama sekali bingung.
"Aku tidak tahu."
"Ah, terima kasih. Ayo ke kelas bersama." Keduanya pun kembali ke kelas bersama.
Setibanya di ruang kelas yang rupanya masih belum disambangi dosen, Haneul langsung menghampiri Jessica. Terlihat Jessica seperti tengah menahan sesuatu.
"Ada perlu apa kau memanggilku?" tanya Haneul yang kini sudah berada di dekat kursi Jessica. Ruang kelas yang senyap membuatnya merasa sedang menjadi pusat perhatian.
"Bisakah kau jelaskan apa maksud dari foto ini?" Jessica menyodorkan ponselnya memperlihatkan foto yang ia maksud pada Haneul. Matanya terbelalak kaget.
"Ini.. ini tidak seperti yang kau bayang-" Ucapannya terpotong.
"APA PENGLIHATANKU SALAH?! Jelas-jelas kau terlihat tengah berduaan dengan KEKASIHKU. Kau... Apa kau iri denganku? APA KAU INGIN MEREBUT JIMIN DARIKU?!!" teriak Jessica yang sangat membuat Haneul terkejut. Apalagi kalimat terakhir itu membuatnya sakit hati.
Lidahnya kelu, tapi gemetar. Ia sanggah tuduhan Jessica itu. "Tidak, Jessica. Kau salah... aku tid-"
"Masih saja berani berbohong. Ya ampun, aku tak percaya, aku memiliki teman seorang PERUSAK HUBUNGAN ORANG. Walaupun aku tak tau siapa yang mengirimkan foto ini, tapi aku yakin, aku tak salah lihat. KAU BENAR-BENAR.. AKKHHH!!" Suara Jessica makin lantang.
Kedua tangan Haneul mengepal. Rasa marah, sedih, sakit hati, dan malu dirasakannya. Semua temannya memperhatikan dirinya. Pun ia yakin, setelah ini semua tidak akan baik-baik saja.
"Aku bukan seseorang seperti itu dan aku tidak iri denganmu! Aku tidak peduli dengan apa yang kalian lakukan, karena aku bukan siapa-siapa lagi! Aku sangat tidak terima kau menghinaku seperti ini, Im Jessica!!"
Haneul berlari keluar kelas dengan air mata yang sudah membasahi wajahnya. Entah kemana dia pergi yang pasti ia tidak terima dipermalukan seperti itu oleh Jessica.
"Siapa yang berani-beraninya memfitnahku? Siapa orang itu? Aku rasa, aku tidak mempunyai masalah dengan siapa pun, tapi kenapa ada orang yang berbuat seperti itu padaku?" Haneul terus menangis. Dia berakhir di sebuah bilik kamar mandi. Mungkin bagi kebanyakan orang tempat yang dituju bila dalam keadaan seperti ini adalah taman, tapi berbeda dengan Haneul.
Baru kali ini ia diperlakukan seperti ini. Dipermalukan di depan teman-teman satu
kelasnya. Dipermalukan dalam hal yang masih ia coba pahami. Seandainya di saat kejadian tadi berlangsung ada Yura mungkin sahabatnya itu akan mendukungnya dan menjelaskasemua kesalah pahaman. Sayangnya, sahabatnya itu tidak masuk karena sakit.Sementara di kelas, suasana masih sama sejak sebelum kejadian tadi berlangsung. Hening. Untung saja dosen mata kuliah pertama meng-cancel kelas, jadi tidak ada yang tau apa yang terjadi kecuali satu kelas ini.
Jessica yang masih tampak emosi dengan deraian air mata di pipinya dan teman di sebelahnya yang menenangkannya. Sedangkan, satu wanita di barisan belakang yang menyunggingkan senyuman kebahagiaannya. Dialah provokator dari kejadian ini.
"Berhasil, haha!" batinnya. Ia pun menghampiri Jessica.
"Sudahlah, Jessica. Mungkin ini jalan yang terbaik untukmu. Siapa pun orang yang mengirimkan foto itu padamu, dia telah melakukan hal baik. Dia memberitahumu bahwa kekasihmu itu adalah kekasih yang kurang ajar. Berani menduakanmu yang jelas-jelas mencintainya. Tidak menghargai rasa cintamu padanya." Areum bersandiwara. Dia terus memengaruhi Jessica agar memutuskan hubungannya dengan Jimin.
"Kau benar, Areum-a. Baik sekali orang itu. Aku benar-benar tidak menyangka. Orang yang selama ini kucintai telah menduakanku dengan temanku sendiri. Apa selama ini aku telah dibohonginya? Aku benci dia! Aku benci Jimin!" Setelah itu, Jessica segera mengambil ponselnya dan menulis pesan yang ditujukan kepada kekasihnya.
"MULAI SEKARANG KITA PUTUS! JANGAN TANYAKAN APA ALASANKU! KAU TANYAKAN SAJA PADA DIRIMU SENDIRI ! TERIMA KASIH." Itulah isi dari pesan itu.
Areum yang melihat isi dari pesan itu senang tak terkira. Rencananya berhasil. Tak sia-sia pikirannya selama ini. Membuahkan hasil yang sangat membuatnya senang. Setelah ini, dia akan bebas mendekati Jimin lagi seperti dulu. Soal Yura? Mudah!
-----------------------------------------------------------
KAMU SEDANG MEMBACA
Late Love
FanfictionPark Jimin dan Kim Haneul Dua insan yang mengalami rasa cinta yang tepat, tetapi pada waktu yang salah. Park Jimin, termakan penyesalan. Kim Haneul, termakan kesedihan. Cinta yang terlambat menjadi buah dari rasa sesal seorang Park Jimin.